Oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki |
Kehidupan Barzakhiyah Nabi
Muhammad saw lebih sempurna dan agung daripada selainnya. Beliau saw
memberitahukan sendiri perihal keadaannya yang akan dialaminya di alam barzah
sepeninggalnya. Di antaranya adalah masih bersambungnya hubungan antara beliau
saw dengan umatnya, mengetahui keadaan umatnya, mengetahui dan mengawasi amal
perbuatan mereka, mampu mendengarkan pembicaraan mereka, serta dapat mengembalikan ucapan Shalawat
dan Salam kepada mereka yang mengucapkannya.
RASULULLAH SAW MENGEMBALIKAN UCAPAN
SHALAWAT-SALAM UMATNYA
Banyak hadis
yang menjelaskan persoalan ini, di antaranya adalah :
a. Hadis dari
Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah
swt memiliki malaikat yang berkelana keliling dunia. Mereka menyampaikan
kepadaku setiap ucapan Shalawat dan Salam dari umatku”.
Al-Mundziry mengatakan bahwa
hadis di atas diriwayatkan oleh an-Nasaiy dan Ibnu Hibban didalam “Shahih”-nya.
Demikianlah yang dinukil didalam kitab “At-Targhib wat Tarhib juz 2,
hal. 498.
Hadis di atas juga diriwayatkan
oleh Isma’il al-Qadhy dan lain-lain, dari jalan yang berbeda-beda, dengan sanad
Shahih, dan tidak dapat dipungkiri bahwa hadis ini berujung pada Sufyan
Ats-Tsaury dari Abdullah bin as-Saib, dari Zadan, dari Abdullah bin Mas’ud ra.
b. Hadis dari Ibnu
Mas’ud, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Hidupku lebih baik bagimu, dimana
kamu dapat berbicara secara langsung denganku. Dan matiku pun baik bagimu,
dimana amal-amal perbuatanmu diperlihatkan Allah kepadaku, sehingga jika aku
lihat baik, maka aku memuji syukur kepada-Nya dan jika aku lihat buruk, maka
aku akan memohonkan ampunan kepada-Nya untukmu”.
Al-Hafizh al-‘Iraqy didalam bukunya, Al-Janaiz min
Tharhit Tatsrib fi Syarh at-Taqrib (juz 3, hal. 297), mengatakan
bahwa Sanadnya Jayyid (baik). Al-Haitsamy didalam bukunya, Majma’
az-Zawaid (juz 9, hal. 24) mengatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
oleh Al-Bazzar dan para perawinya adalah perawi hadis shahih. As-Suyuthy
menilai hadis tersebut shahih sanadnya didalam bukunya, Al-Mu’jizat
wal Khashaish. Demikian pula Ibnu Hajar Al-Asqalany, az-Zarqany dan
Asy-Syihab al-Khafajy didalam buku Syarh asy-Syifa, juz 1, hal.
102.
c. Hadis dari ‘Ammar bin Yasir ra, bahwa Rasulullah saw
bersabda : “Sesungguhnya Allah swt menugaskan kepada para malaikat-Nya untuk
selalu berada di atas makamku. Kepadanya diserahkan daftar nama seluruh
makhluk. Tidak seorang pun di antara mereka yang membaca shalawat-salam
kepadaku hingga hari kiamat nanti, melainkan malaikat itu menyampaikan
shalawat-salam orang itu kepadaku, lengkap dengan namanya dan nama ayahnya :
‘Si Fulan bin Fulan telah menyampaikan shalawata kepadamu, Hai Muhammad!’”. (HR
Al-Bazzar)
Sementara teks hadis
yang diketengahkan Ibnu Hibban berbunyi : “Sesungguhnya Allah swt menugaskan
malaikat dan disodorkan kepadanya daftar nama para makhluk. Ia berdiri di atas
makamku setelah wafatku nanti. Tiada seorang pun di antara mereka yang
bershalawat kepadaku, melainkan malaikat itu akan menyampaikannya kepadaku:
‘Hai Muhammad! Si Fulan bin Fulan telah bershalawat kepadamu’. Maka Allah swt
pun akan membalas bacaan shalawatnya tersebut sepuluh kali lipat dari setiap
bacaannya”.
Imam At-Thabrany juga meriwayatkan hadis dengan teks yang
sama didalam kitab Al-Kabir, sebagaimana yang disebutkan didalam kitab At-Targhib
wat Tarhib juz 2, hal. 500.
d. Dari Amr bin al-Haris, dari Sa’id bin Abi Hilal, dari
Zaid bin Aiman, dari ‘Ubadah bin Nasiyyi, dari Abud-Darda’ ra, bahwa Rasulullah
saw bersabda : “Perbanyaklah olehmu bershalawat kepadaku pada hari jum’at,
karena bacaan itu akan disaksikan oleh para malaikat. Sesungguhnya seseorang
tidak akan bershalawat kepadaku melainkan bacaan itu akan dihaturkan mereka
kepadaku sampai orang itu selesai membacanya”. Abud-Darda’ ra
bertanya: “Dan juga setelah engkau wafat?”. Beliau saw jawab : “Benar,
juga setelah aku wafat. Sesungguhnya Allah swt mengharamkan tanah merusakkan
jasad para Nabi. Karena para Nabi, pada hakekatnya, adalah masih hidup (di alam
barzakh) dan masih menerima rizki- kenikmatan” (HR Ibnu Majah didalam kitab
Sunnah-nya. Dan didalam kitab Az-Zawaid dijelaskan bahwa hadis
ini shahih).
e. Hadis
dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tiada seorang pun
yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah swt akan mengembalikan Ruhku
pada jasadku, sehingga aku dapat mengembalikan salam kepadanya”. (HR Abu
Dawud didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib juz 2, hal. 499 dan Saikhul Islam
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa hadis ini shahih atas syarat Imam
Muslim).
RASULULLAH SAW
MENANGGAPI PANGGILAN UMATNYA
Rasulullah
saw menanggapi setiap orang yang memanggilnya dengan ucapan : “Ya Muhammad!”,
berdasarkan hadis dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sungguh,
jika ada orang yang berdiri di atas makamku lalu memanggilku ‘Hai
Muhammad!…’ , tentu aku akan menjawabnya”.
Hadis
di atas diketengahkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany didalam bukunya, Al-Mathalib
al-‘Aliyah juz 4, hal. 23, di bawah judul : “Kehidupan Rasulullah saw
didalam Kubur”.
KIRIM SALAM
KEPADA RASULULLAH SAW
Riwayat
dari Yazid al-Mahdy, bahwa ia berkisah: “Setelah aku showan menghadap khalifah
Umar bin Abdul Aziz, ia berkata kepadaku : ‘Sebenarnya aku membutuhkan
bantuanmu’. ‘Bagaimana mungkin engkau membutuhkan bantuanku?’ jawabku. Dia
mengatakan : ‘Saya berharap kepadamu, jika kamu nanti datang ke kota
Madinah dan menziarahi makam Rasulullah saw, maka sampaikanlah Salamku kepada beliau saw”.
Hatim bin Wardan juga menceritakan :
“Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz Kirim salam kepada Rasulullah saw melalui
orang-orang yang yang bepergian dari Syam ke Madinah, agar mereka menyampaikan
dan mengucapkan salamnya itu di hadapan makam Rasulullah saw”. Demikianlah
yang dihaturkan kembali oleh Al-Qadhy ‘Iyadh didalam kitab Asy-Syifa’ juz 2, hal. 83, pada bab Az-Ziyarah .
Al-Khafajy
dan Mulla ‘Aly Qary menuturkan didalam kitab Syarh asy-Syifa, bahwa
kisah di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dan Al-Baihaqy didalam
kitab Asy-Syu’ab. Al-Khafajy berkomentar : “Di antara kebiasaan kaum
salaf adalah mereka selalu mengirimkan “Salam” kepada Rasulullah saw
(melalui orang yang bepergian ke Madinah). Ibnu Umar, Abu Bakar dan Umar bin
Khatthab ra juga melakukan yang demikian itu. “Salam” yang disampaikan
mereka tersebut akan sampai kepada beliau saw, meskipun mereka sampaikan dari
ujung dunia, akan tetapi yang lebih utama adalah disampaikan secara langsung
(bukan melalui kiriman), karena hal ini berarti ada keutamaan melakukan dialog
dan audiensi dengan beliau saw, dan beliau saw sendiri yang akan menjawab
ucapan salamnya itu”. (Nasim
ar-Riyadh, karya Al-Khafajy, juz 3, hal. 516. Al-Fairuzzabady juga
menuturkannya didalam kitab Ash-Shalah wal Basyar pada halaman 153).
SUARA SALAM DAN ADZAN TERDENGAR
DARI DALAM MAKAM RASULULLAH SAW
Al-Imam
al-Hafizh Abu Muhammad Abdullah ad-Darimy menjelaskan didalam kitabnya, As-Sunnah
: “Bercerita kepada kami Marwan bin Muhammad bin Sa’id bin Abdul Aziz : “Pada
waktu terjadinya musim panas, tidak terdengar suara adzan di masjid Madinah
selama dalam tiga waktu shalat. Sa’id bin al-Musayyab terpaksa tidak shalat
jamaah, namun ia tidak hengkang dari masjid Nabawy. Dia tidak mengetahui apakah
waktu shalat sudah masuk atau belum, melainkan ada suara ‘menggeremeng’ yang
datang dari arah dalam makam Rasulullah saw”.
Riwayat
ini juga dinukil oleh Imam Najmuddin al-Fairuzzabady didalam kitab Shalah
wal Basyar (halaman 154). Ibrahim bin Syaiban berkata, “Setelah selesau
mengerjakan haji, aku menyempatkan diri berziarah ke Madinah dan menziarahi
makam Rasulullah saw. Pada saat aku mengucapkan Salam kepada beliau saw,
tiba-tiba aku mendengar suara dari balik kamar makam beliau saw : Wa
‘alaikum Salam”.
DUKUNGAN IBNU TAIMIYAH
Ibnu
Taimiyah menuturkan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan Barzakhiyah
ini sehubungan dengan usaha menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat
peribadatan) atau berhala sesembahan, kemudian dia mengatakan : “Tidak masuk
dalam pembahasan ini (menjadikan kuburan sebagai masjid atau berhala
sesembahan) kisah yang menjelaskan tentang suatu kaum mendengar balsan Salam
dari arah dalam makam Rasulullah saw atau dari dalam beberapa makam kaum
shalihin. Sesungguhnya Sa’id bin al-Musayyab pernah mendengar suara Adzan dari
arah dalam makam beliau saw pada
beberapa malam di musim panas. Demikian pula kejadian-kejadian aneh
semisalnya”. (Iqtidhaus-Shirathil Mustaqim, halaman 373).
Pada
kesempatan yang lain Ibnu Taimiyah mengatakan, “Demikian pula cerita tentang
kekeramatan dan kejadian-kejadian aneh (Khawariqul ‘adah) yang ditemui
di beberapa makam para Nabi dan kaum shalihin seperti turunnya Nur (cahaya)
dan malaikat di atas makam mereka; menjauhnya syetan dan hewan-hewan dari makam
tersebut; semburan api keluar dari dalam makam mereka atau makam-makam
sekitarnya; syafaat mereka kepada penghuni kubur sekitarnya; disukainya
penguburan di sebelah makam mereka; turunnya ketenangan dan ketentraman hati
sewaktu berada di samping makam mereka; serta turunnya adzab (balak, siksa)
kepada orang yang meremehkan atau memandang suatu makam. Kejadian-kejadian
tersebut Haq, benar-benar pernah terjadi. Semoga kita tidak termasuk
orang-orang yang terkena adzab seperti itu. Demikian pula kekeramatan,
penghormatan dan rahmat Allah swt yang ada didalam makam para Nabi dan kaum
halihin, serta kehormatan dan kemuliaan Arwah mereka di sisi Allah swt melebihi
apa yang dibayangkan oleh sebagian besar orang. Hanya saja bukan pada tempatnya
kami menguraikan secara panjang lebar dan terinci contoh-contoh kekeramtan
tersebut didalam buku ini”. (Iqtidhaus Shirathil Mustaqim, halaman 374).
==============================================
*)
Sumber : Diambil dari salah satu bagian dari kitab :
|
|
Judul
Asli
|
:
مفـاهـيم يجب أن تـصحح
|
Penulis
|
:
Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
|
Alih
Bahasa
|
:
Achmad Suchaimi
|
Judul
Terjemahan
|
:
Pemahaman Yang Perlu Diluruskan (PYPD)
|