Tampilkan postingan dengan label adzan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label adzan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Juli 2013

PYPD - 41. KEHIDUPAN KHAS ROSULULLAH SAW DI ALAM BARZAKH *)




Oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki

Kehidupan Barzakhiyah Nabi Muhammad saw lebih sempurna dan agung daripada selainnya. Beliau saw memberitahukan sendiri perihal keadaannya yang akan dialaminya di alam barzah sepeninggalnya. Di antaranya adalah masih bersambungnya hubungan antara beliau saw dengan umatnya, mengetahui keadaan umatnya, mengetahui dan mengawasi amal perbuatan mereka, mampu mendengarkan pembicaraan  mereka, serta dapat mengembalikan ucapan Shalawat dan Salam kepada mereka yang mengucapkannya.


RASULULLAH SAW MENGEMBALIKAN UCAPAN SHALAWAT-SALAM  UMATNYA

Banyak hadis yang menjelaskan persoalan ini, di antaranya adalah :

a. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah swt memiliki malaikat yang berkelana keliling dunia. Mereka menyampaikan kepadaku setiap ucapan Shalawat dan Salam dari umatku”.
Al-Mundziry mengatakan bahwa hadis di atas diriwayatkan oleh an-Nasaiy dan Ibnu Hibban didalam “Shahih”-nya. Demikianlah yang dinukil didalam kitab “At-Targhib wat Tarhib juz 2, hal. 498.
Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Isma’il al-Qadhy dan lain-lain, dari jalan yang berbeda-beda, dengan sanad Shahih, dan tidak dapat dipungkiri bahwa hadis ini berujung pada Sufyan Ats-Tsaury dari Abdullah bin as-Saib, dari Zadan, dari Abdullah bin Mas’ud ra.

b. Hadis dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Hidupku lebih baik bagimu, dimana kamu dapat berbicara secara langsung denganku. Dan matiku pun baik bagimu, dimana amal-amal perbuatanmu diperlihatkan Allah kepadaku, sehingga jika aku lihat baik, maka aku memuji syukur kepada-Nya dan jika aku lihat buruk, maka aku akan memohonkan ampunan kepada-Nya untukmu”.
Al-Hafizh al-‘Iraqy didalam bukunya, Al-Janaiz min Tharhit Tatsrib fi Syarh at-Taqrib (juz 3, hal. 297), mengatakan bahwa Sanadnya Jayyid (baik). Al-Haitsamy didalam bukunya, Majma’ az-Zawaid (juz 9, hal. 24) mengatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan para perawinya adalah perawi hadis shahih. As-Suyuthy menilai hadis tersebut shahih sanadnya didalam bukunya, Al-Mu’jizat wal Khashaish. Demikian pula Ibnu Hajar Al-Asqalany, az-Zarqany dan Asy-Syihab al-Khafajy didalam buku Syarh asy-Syifa, juz 1, hal. 102.

c. Hadis dari ‘Ammar bin Yasir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah swt menugaskan kepada para malaikat-Nya untuk selalu berada di atas makamku. Kepadanya diserahkan daftar nama seluruh makhluk. Tidak seorang pun di antara mereka yang membaca shalawat-salam kepadaku hingga hari kiamat nanti, melainkan malaikat itu menyampaikan shalawat-salam orang itu kepadaku, lengkap dengan namanya dan nama ayahnya : ‘Si Fulan bin Fulan telah menyampaikan shalawata kepadamu, Hai Muhammad!’”. (HR Al-Bazzar)
 Sementara teks hadis yang diketengahkan Ibnu Hibban berbunyi : “Sesungguhnya Allah swt menugaskan malaikat dan disodorkan kepadanya daftar nama para makhluk. Ia berdiri di atas makamku setelah wafatku nanti. Tiada seorang pun di antara mereka yang bershalawat kepadaku, melainkan malaikat itu akan menyampaikannya kepadaku: ‘Hai Muhammad! Si Fulan bin Fulan telah bershalawat kepadamu’. Maka Allah swt pun akan membalas bacaan shalawatnya tersebut sepuluh kali lipat dari setiap bacaannya”.
Imam At-Thabrany juga meriwayatkan hadis dengan teks yang sama didalam kitab Al-Kabir, sebagaimana yang disebutkan didalam kitab At-Targhib wat Tarhib juz 2, hal. 500.

d. Dari Amr bin al-Haris, dari Sa’id bin Abi Hilal, dari Zaid bin Aiman, dari ‘Ubadah bin Nasiyyi, dari Abud-Darda’ ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Perbanyaklah olehmu bershalawat kepadaku pada hari jum’at, karena bacaan itu akan disaksikan oleh para malaikat. Sesungguhnya seseorang tidak akan bershalawat kepadaku melainkan bacaan itu akan dihaturkan mereka kepadaku sampai orang itu selesai membacanya”. Abud-Darda’ ra bertanya: “Dan juga setelah engkau wafat?”. Beliau saw jawab : “Benar, juga setelah aku wafat. Sesungguhnya Allah swt mengharamkan tanah merusakkan jasad para Nabi. Karena para Nabi, pada hakekatnya, adalah masih hidup (di alam barzakh) dan masih menerima rizki- kenikmatan” (HR Ibnu Majah didalam kitab Sunnah-nya. Dan didalam kitab Az-Zawaid dijelaskan bahwa hadis ini shahih).

e. Hadis dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tiada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan Allah swt akan mengembalikan Ruhku pada jasadku, sehingga aku dapat mengembalikan salam kepadanya”. (HR Abu Dawud didalam kitab At-Targhib wat-Tarhib juz 2, hal. 499 dan Saikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa hadis ini shahih atas syarat Imam Muslim).


RASULULLAH SAW MENANGGAPI PANGGILAN UMATNYA

Rasulullah saw menanggapi setiap orang yang memanggilnya dengan ucapan : “Ya Muhammad!”, berdasarkan hadis dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sungguh, jika ada orang yang berdiri di atas makamku lalu memanggilku ‘Hai Muhammad!…’ , tentu aku akan menjawabnya”.

Hadis di atas diketengahkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalany didalam bukunya, Al-Mathalib al-‘Aliyah juz 4, hal. 23, di bawah judul : “Kehidupan Rasulullah saw didalam Kubur”.



KIRIM SALAM KEPADA RASULULLAH SAW 

Riwayat dari Yazid al-Mahdy, bahwa ia berkisah: “Setelah aku showan menghadap khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia berkata kepadaku : ‘Sebenarnya aku membutuhkan bantuanmu’. ‘Bagaimana mungkin engkau membutuhkan bantuanku?’ jawabku. Dia mengatakan : ‘Saya berharap kepadamu, jika kamu nanti datang ke kota Madinah dan menziarahi makam Rasulullah saw, maka sampaikanlah  Salamku kepada beliau saw”.

 Hatim bin Wardan juga menceritakan : “Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz Kirim salam kepada Rasulullah saw melalui orang-orang yang yang bepergian dari Syam ke Madinah, agar mereka menyampaikan dan mengucapkan salamnya itu di hadapan makam Rasulullah saw”. Demikianlah yang dihaturkan kembali oleh Al-Qadhy ‘Iyadh didalam kitab Asy-Syifa’  juz 2, hal. 83, pada bab Az-Ziyarah .

Al-Khafajy dan Mulla ‘Aly Qary menuturkan didalam kitab Syarh asy-Syifa, bahwa kisah di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dan Al-Baihaqy didalam kitab Asy-Syu’ab. Al-Khafajy berkomentar : “Di antara kebiasaan kaum salaf adalah mereka selalu mengirimkan “Salam” kepada Rasulullah saw (melalui orang yang bepergian ke Madinah). Ibnu Umar, Abu Bakar dan Umar bin Khatthab ra juga melakukan yang demikian itu. “Salam” yang disampaikan mereka tersebut akan sampai kepada beliau saw, meskipun mereka sampaikan dari ujung dunia, akan tetapi yang lebih utama adalah disampaikan secara langsung (bukan melalui kiriman), karena hal ini berarti ada keutamaan melakukan dialog dan audiensi dengan beliau saw, dan beliau saw sendiri yang akan menjawab ucapan salamnya  itu”. (Nasim ar-Riyadh, karya Al-Khafajy, juz 3, hal. 516. Al-Fairuzzabady juga menuturkannya didalam kitab Ash-Shalah wal Basyar pada halaman 153).



SUARA SALAM DAN ADZAN TERDENGAR DARI DALAM MAKAM RASULULLAH SAW

Al-Imam al-Hafizh Abu Muhammad Abdullah ad-Darimy menjelaskan didalam kitabnya, As-Sunnah : “Bercerita kepada kami Marwan bin Muhammad bin Sa’id bin Abdul Aziz : “Pada waktu terjadinya musim panas, tidak terdengar suara adzan di masjid Madinah selama dalam tiga waktu shalat. Sa’id bin al-Musayyab terpaksa tidak shalat jamaah, namun ia tidak hengkang dari masjid Nabawy. Dia tidak mengetahui apakah waktu shalat sudah masuk atau belum, melainkan ada suara ‘menggeremeng’ yang datang dari arah dalam makam Rasulullah saw”.

Riwayat ini juga dinukil oleh Imam Najmuddin al-Fairuzzabady didalam kitab Shalah wal Basyar (halaman 154). Ibrahim bin Syaiban berkata, “Setelah selesau mengerjakan haji, aku menyempatkan diri berziarah ke Madinah dan menziarahi makam Rasulullah saw. Pada saat aku mengucapkan Salam kepada beliau saw, tiba-tiba aku mendengar suara dari balik kamar makam beliau saw : Wa ‘alaikum Salam”.


DUKUNGAN IBNU TAIMIYAH

Ibnu Taimiyah menuturkan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan Barzakhiyah ini sehubungan dengan usaha menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat peribadatan) atau berhala sesembahan, kemudian dia mengatakan : “Tidak masuk dalam pembahasan ini (menjadikan kuburan sebagai masjid atau berhala sesembahan) kisah yang menjelaskan tentang suatu kaum mendengar balsan Salam dari arah dalam makam Rasulullah saw atau dari dalam beberapa makam kaum shalihin. Sesungguhnya Sa’id bin al-Musayyab pernah mendengar suara Adzan dari arah dalam  makam beliau saw pada beberapa malam di musim panas. Demikian pula kejadian-kejadian aneh semisalnya”. (Iqtidhaus-Shirathil Mustaqim, halaman 373).

Pada kesempatan yang lain Ibnu Taimiyah mengatakan, “Demikian pula cerita tentang kekeramatan dan kejadian-kejadian aneh (Khawariqul ‘adah) yang ditemui di beberapa makam para Nabi dan kaum shalihin seperti turunnya Nur (cahaya) dan malaikat di atas makam mereka; menjauhnya syetan dan hewan-hewan dari makam tersebut; semburan api keluar dari dalam makam mereka atau makam-makam sekitarnya; syafaat mereka kepada penghuni kubur sekitarnya; disukainya penguburan di sebelah makam mereka; turunnya ketenangan dan ketentraman hati sewaktu berada di samping makam mereka; serta turunnya adzab (balak, siksa) kepada orang yang meremehkan atau memandang suatu makam. Kejadian-kejadian tersebut Haq, benar-benar pernah terjadi. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang terkena adzab seperti itu. Demikian pula kekeramatan, penghormatan dan rahmat Allah swt yang ada didalam makam para Nabi dan kaum halihin, serta kehormatan dan kemuliaan Arwah mereka di sisi Allah swt melebihi apa yang dibayangkan oleh sebagian besar orang. Hanya saja bukan pada tempatnya kami menguraikan secara panjang lebar dan terinci contoh-contoh kekeramtan tersebut didalam buku ini”. (Iqtidhaus Shirathil Mustaqim, halaman 374).

==============================================

*) Sumber : Diambil dari salah satu bagian dari kitab :
Judul Asli
: مفـاهـيم يجب أن تـصحح
Penulis
: Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
Alih Bahasa
: Achmad Suchaimi
Judul Terjemahan
: Pemahaman Yang Perlu Diluruskan (PYPD)