Oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki |
1. BERTABARRUK DENGAN TEMPAT YANG DIPAKAI SHALAT
RASULULLAH SAW
Riwayat dari
Nafi’, bahwa Ibnu Umar pernah menuturkan, bahwa Rasulullah saw pernah melakukan
shalat di suatu masjid kecil, bukan masjid yang berada di Syaraf ar-Rauha.
Kepada Nafi’, Ibnu Umar berkata : “Masjid itu bisa kamu lihat, tepatnya di
sebelah kananmu sewaktu kamu berdiri hendak shalat. Jarak antara masjid itu
dengan masjid yang besar kurang lebih sejauh lemparan batu”. (HR Bukhary)
2. BERTABARRUK DENGAN WADAH YANG TERSENTUH MULUT RASULULLAH SAW
Imam Ahmad
bin Hambal dan selainnya meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik ra, bahwa
Rasulullah saw pernah mengunjungi rumah Ummu Sulaim, ibunya. Di rumah itu
tergantung Qirbah, wadah air dari kulit kambing. Beliau saw pernah minum
air dari mulut Qirbah tersebut. Selanjutnya beliau saw tidur. “Ibuku, Ummu
Sulaim ra, memotong mulut Qirbah, sementara Rasulullah saw masih berada di
rumah kami”, cerita Anas bin Malik ra.
Pelajaran
yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah bahwa Ummu Sulaim ra memotong
mulut Qirbah yang pernah tersentuh mulut Rasulullah saw, lalu disimpannya
secara baik di rumahnya, merupakan bentuk Tabarruk pada benda bekas
peninggalan Rasulullah saw.
Hadis di
atas diriwayatkan oleh At-Thabrany. Didalamnya terdapat seorang rawi
yang bernama Al-Barra’ bin Zaid, dimana Abdul Karim Al-Jauzy meriwayatkan hadis
dari dia seorang. Imam Ahmad bin Hambal tidak memandangnya sebagai hadis Dha’if.
Sementara para perawi lainnya adalah perawi hadis shahih.
3. BERTABARRUK DENGAN MENCIUM TANGAN ORANG YANG
TERSENTUH RASULULLAH SAW
Riwayat dari
Yahya bin Al-Haris adz-Dzimary, ia bercerita : “Aku bertemu Watsilah bin
Al-Asqa’. Aku bertanya kepadanya : ‘Apakah kamu ikut berbai’at kepada
Rasulullah saw dengan tanganmu ini?”. (Maksudnya: berjabat tangan langsung
dengan beliau saw). “Benar”, jawabnya. Aku bilang: “Ulurkan tanganmu
untuk aku cium”. Kemudian ia ulurkan tangannya dan aku ciumi tangannya
itu”.
Al-Haitsamy
berkomentar, bahwa didalam hadis tersebut terdapat seorang rawi yang bernama Abdul Malik al-Qariy
yang tidak diketahui pribadinya. Namun para perawi lainnya Tsiqah.
Bukhary
mengetengahkan suatu riwayat didalam kitabnya, pada judul Al-Adab, hal.
144, yang bersumber dari Jad’an, bahwa Tsabit Al-Banany pernah bertanya kepada
Anas bin Malik ra : “Apakah Anda menyentuh Rasulullah saw dengan tanganmu
ini?”. “Benar!”, jawab Anas bin Malik ra. Kemudian Tsabit mencium
tangannya.
Imam Bukhary
dalam kitab dan bab yang sama dengan di atas mengetengahkan riwayat dari
Shuhaib, ia mengatakan bahwa dirinya pernah melihat Ali bin Abi Thalib mencium
tangan dan kedua kaki Abbas ra.
4. BERTABARRUK
DENGAN BAJU JUBAH RASULULLAH SAW
Riwayat dari
Asma’ binti Abu Bakar ra, bahwa ia pernah mengeluarkan jubah Thayalisah, pakaian
kebesaran Raja Persia. Pada bagian dadanya ada dua lipatan yang membalutnya
berlapiskan sutera mewah. Dia bilang : “Ini adalah baju jubah yang pernah
dipakai Rasulullah saw, kemudian disimpan ‘Aisyah ra. Setelah dia wafat, jubah
ini aku simpan di rumahku. Aku mencucinya (mencelupnya kedalam air) untuk
keperluan mengobati orang yang sakit”. (HR Imam Muslim didalam kitab di
bawah judul Al-Libas waz-Zinah, pada juz 3, hal. 130).
5. BERTABARRUK DENGAN GELAS RASULULLAH SAW
Riwayat dari
Abu Burdah, bahwa dia menceritakan dirinya: “Aku mengunjungi kota Madinah.
Abdullah bin Salam menemuiku sambil berkata: ‘Mampirlah ke rumahku. Anda
akan aku beri minum dengan memakai gelas yang pernah dipakai Rasulullah saw
minum dan Anda dapat melakukan shalat di masjid
yang pernah beliau saw tempati shalat’. Aku pun mengiayakan lalu
berangkat ke rumahnya, dan di sana aku disuguhi minum dengan gelas tersebut,
beberapa butir kurma dan diajak shalat di masjid tersebut.” (HR Bukhary didalam
kitab Shahih-nya di bawah judul Al-I’tisham bil-Kitab was-Sunnah).
6. BERTABARRUK
DENGAN TEMPAT YANG PERNAH DIINJAK KAKI RASULULLAH SAW
Dijelaskan
didalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Mujlas, bahwa Abu Musa
al-Asy’ary, di tengah perjalanannya antara Makkah dan Madinah, meng-Qashar
shalat isyak, lalu diteruskan dengan shalat sunnah witir satu rekaat. Di tengah
bacaan shalatnya, setelah bacaan surat Al-Fatihah, dia membaca surat An-Nisa’
seratus ayat. Selesai shalat, dia berkata : “Aku tidak lupa meletakkan kedua
telapak kakiku pada tempat yang pernah diinjak Rasulullah saw dan aku membaca
surat serta ayat yang pernah dibaca beliau saw di tempat ini”. (HR
An-Nasaiy, 3/243).
7. BERTABARRUK
DENGAN MIMBAR RASULULLAH SAW
Al-Qadhi
‘Iyadh mengemukakan suatu riwayat, bahwa Ibnu Umar ra pernah meletakkan
tangannya di atas tempat duduk mimbar Rasulullah saw, lalu dia usapkan ke
wajahnya. Sementara riwayat dari Abu Qusaith dan Al-Utba menjelaskan bahwa para
sahabat Rasulullah saw, bila Masjid Nabawi sudah sepi, mereka sama mengusap Rumanah (Tiang kayu berbentuk
bulat di atas mimbar, tempat pegangan sewaktu berkhutbah) di atas mimbar beliau
saw. Kemudian mereka menghadap ke arah kiblat untuk berdoa. (Bersumber dari
kitab Asy-Syifa’, karya al-Qadhy ‘Iyadh).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah juga meriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal, bahwa dia
memperbolehkan mengusap mimbar Rasulullah saw dan Rumanah yang ada di
atasnya. Ibnu Taimiyah menuturkan lagi, bahwa Ibnu Umar ra, Sa’id bin
al-Musayyab dan Yahya bin Sa’id (salah seorang ahli fiqih di Madinah saat itu),
mereka bertiga pernah melakukan yang demikian itu. (Iqtidha’ as-Shirath
al-Mustaqim, hal. 367)
========================================
*)
Sumber : Diambil dari salah satu bagian dari kitab :
|
|
Judul
Asli
|
:
مفـاهـيم يجب أن تـصحح
|
Penulis
|
:
Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
|
Alih
Bahasa
|
:
Achmad Suchaimi
|
Judul
Terjemahan
|
:
Pemahaman Yang Perlu Diluruskan (PYPD)
|