Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Juni 2013

PYPD - 27. Surga Ada Dibawah Telapak Kaki Ibu. Kenapa Tidak Dibawah Perintah Rasulullah ? *)



Oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki




Di antara keistimewaan dan kekhususan Rasulullah saw yang ramai dibicarakan para pakar dan ulama sampai saat ini adalah tentang “Jaminan surga” Rasulullah, sebagaimana yang dijelaskan oleh As-Suyuthy dan al-Qasthalany, serta az-Zarqany dalam komentarnya terhadap kitab Al-Mawahib al-Laduniyah, yang intinya : bahwa jaminan surga ini tidak akan terjadi kecuali bagi orang yang berhak mendapatkannya dari kalangan Ahlu Tauhid, dan  dengan seizin Allah swt, sebagaimana yang dijelaskan didalam hadis Nabi :

إِنَّـمَا أنـَا قَاسِمٌ,   وَ اللَّـهُ مُعْـطٍ
Saya hanya sekedar membagikan, sementara Allah-lah yang memberi”.

Jika benar suatu ungkapan “Surga itu ada di bawah telapak kaki kaum ibu”, kenapa tidak ada ungkapan yang berbunyi “Surga itu berada di bawah perintah Rasulullah saw” ?.
Makna yang terkandung didalam ungkapan “Surga itu berada di bawah telapak kaki kaum ibu”  merupakan ungkapan Majaz Aqli, dan bukan dalam pengertian yang sebenarnya. Maksudnya, seseorang akan sampai menuju ke surga adalah dengan cara berbakti kepada kedua orang tuanya, terutama ibunya. Dalam hubungannya dengan Rasulullah saw, seseorang akan masuk kedalam surga adalah dengan cara mentaati dan mencintai beliau saw. Berikut ini merupakan kajian tentang beberapa keistimewaan beliau saw dalam kaitannya dengan jaminan masuk surga.


1.  Jaminan surga dari Rasulullah saw

Rasulullah saw memberikan jaminan masuk surga kepada sebagian sahabatnya. Di antaranya adalah mereka yang pernah mengikuti Bai’atul ‘Aqabah. Hadis yang diceritakan Ubadah bin as-Shamit berbunyi: “Aku termasuk orang yang mengikuti Bai’atul ‘Aqabah pertama. Saat itu kami berjanji setia kepada Rasulullah saw untuk tidak akan menyekutukan Allah swt dengan sesuatu yang lain; tidak akan mencuri; tidak akan berzina; tidak akan membunuh bayi-bayi kami; tidak akan melakukan kebohongan yang besar (fitnah); tidak akan bermaksiat; dan tidak akan melanggar suatu aturan yang jelas-jelas diatur didalam agama. Setelah itu beliau saw bersabda: “Barangsiapa yang wafat di antara kalian, maka ia akan berhak masuk ke surga. Jika kalian melanggar salah satu butir dari isi Bai’atul Aqabah tersebut, maka urusan kalian berada di tangan Allah swt. Jika Dia menghendaki, Dia akan menyiksamu dan bila menghendaki, Dia akan mengampunimu”.

Ibnu Katsir mengetengahkan hadis di atas didalam kitabnya, As-Sirah, juz 2, hal. 176, pada bab “Permulaan Islamnya Sahabat Anshar”.
Dijelaskan didalam kitab Ash-Shahih, bahwa pernyataan Bai’at tersebut merupakan syarat seseorang masuk ke surga. Ubadah bin ash-Shamit berkata, “Kami termasuk pimpinan kabilah yang mengucapkan Ba’at (janji setia) kepada Rasulullah saw. Kami berbai’at untuk tidak akan mensyirikkan Allah swt dengan sesuatu yang lain; tidak akan mencuri; tidak akan berzina; tidak akan membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah swt kecuali dengan alasan yang dibenarkan agama. Dan kami berhak mendapatkan surga jika telah melakukan isi Bai’at tersebut”.  (HR Bukhary didalam kitab Manaqib al-Anshar, pada bab “Bai’atul ‘Aqabah”.)
Riwayat lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan (isi Bai’at), maka ia berhak mendapatkan surga”. Sebagaimana hal ini disebutkan didalam kitab Al-Bidayah, juz 3, hal. 150. Dan didalam kitab yang sama dijelaskan sebuah hadis Nabi yang dikisahkan oleh Qatadah ra, bahwa para sahabat Anshar berkata: “Ya Rasulullah saw ! Dengan Bai’at itu, lalu apa balasannya jika kami telah melaksanakannya?”. Surga”, jawab beliau saw.
Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika kalian melakukan isi Bai’atul Aqabah tersebut, kalian berhak masuk surga atas jaminan Allah swt dan aku”. (HR At-Thabrany. Lihat kitab Kanzul ‘Ummal, juz 1, hal. 63 dan kitab Majma’ al-Zawaid, juz 6, hal. 67)



2. Daftar nama para penghuni surga di tangan Rasulullah saw

Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas ra menjelaskan, bahwa Rasulullah saw bersabda “Mimbar-mimbar dari Nur disediakan untuk diduduki  para Nabi. Tinggal mimbarku yang tidak aku duduki. Karena saat itu aku berdiri di hadapan Tuhanku, khawatir kalau-kalau aku dimasukkan ke surga terlebih dahulu, sementara umatku tertinggal di belakang. Kemudian aku berdoa: ‘Ya Allah! Umatku bagaimana? Umatku bagaimana?’ . Allah swt berfirman: ‘Hai Muhammad! Apa yang kamu kehendaki agar Aku dapat berbuat untuk umatmu?’. Aku jawab: ‘Ya Allah! Segerakan penghitungan amal mereka!’. Selanjutnya Allah swt segera memanggil umatku satu persatu untuk dihitung amalnya. Diantara mereka ada yang dimasukkan ke surga berkat rahmat-Nya, ada yang masuk surga berkat syafaatku. Aku selalu memberi syafaat, sampai-sampai daftar nama orang-orang yang jelas sudah masuk neraka diserahkan kepadaku, sehingga malaikat penjaga neraka bilang kepadaku: ‘Hai Muhammad! Aku terus menerus menyiksa umatmu disebabkan kemarahan Tuhanmu kepada mereka!’. (HR Thabrany, didalam kitab Al-Kabir dan Al-Ausath. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqy).



3. Usman bin Affan membeli surga dari Rasulullah saw

Hadis dari Abu Hurairah ra menjelaskan, bahwa Usman bin Affan ra dua kali membeli surga dari Rasulullah saw. Yang pertama pada saat ia membiayai penggalian sumur Ma’unah dan kedua pada saat ia menyumbangkan hartanya untuk perbekalan para prajurit perang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. (HR Al-Hakim didalam kitab Al-Mustadrak, juz 3, hal. 107. Hadis tersebut bernilai shahih)
Setiap orang yang berakal tentu tahu, bahwa surga adalah hak milik Allah swt. Tiada seorang pun yang berhak memiliki dan memberikannya kepada orang lain, sekalipun ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah swt, baik ia malaikat, para Nabi, maupun para Rasul. Hanya saja Allah swt menganugerahkan surga dan kedudukan yang mulia kepada mereka yang menyebabkan mereka lebih istimewa daripada sekalian makhluk. Anugerah tersebut disandarkan kepada mereka, dan pentasarufannya pun disandarkan kepada mereka sebagai wujud penghormatan, pengagungan dan pemuliaan Allah swt kepada mereka.
Dari sini kita dapat menyimpulkan tentang kekhususan dan keistimewaan Rasulullah saw yang diberi hak untuk memberikan jatah masuk surga, menjamin masuk surga, menjual surga, serta memberi kabar gembira masuk surga dan lain-lain kepada umatnya, disertai suatu keyakinan bahwa surga adalah hak milik Allah swt. Hal ini tidak perlu diragukan. Hanya orang bodoh saja yang meragukannya.

أَللَّهُـمَّ نَـوِّرْ بَصَائِـرَنَـا وَ افْـتَحْ مَسَامِـعَ قُلُوْبِـنَا, وَ أَرِنَـا الْـحَقَّ حَقًّـا وَ ارْزُقْنَا اتِّـبَاعَـهُ
Ya Allah! Sinarilah mata hati kami. Bukakanlah pendengaran hati kami. Perlihatkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, lalu berikanlah kemampuan kepada kami untuk mengikutinya".



=============================
 *) Sumber : diterjemahkan dari kitab "مفاهيم يجب ان تصحح", karya DR. Sayyid Muhammad Alawi Abbas Al-Maliki