Rabu, 16 Oktober 2013

MKTS 16. MAS'A, Tempat Sa'i



Mas'a yang artinya tempat sa’iy merupakan sebutan bagi tempat sepanjang + 395 meter yang menghubungkan antara bukit Shafa (arah selatan) dan bukit Marwa (arah utara) yang dibangun untuk para jamaah yang melakukan sa'iy sebanyak 7 kali bolak-balik. Sekali melakukan sa'iy sama artinya dengan berjalan sepanjang  hampir  3 km (7 x 395 m = 2.765 meter).
Shafa, Marwa dan Mas'a ini terletak di arah timur Ka'bah, bersandingan dan menyatu dengan bangunan Masjidil Haram. Meski demimian, status hukum Mas’a bukan termasuk masjid, sehingga orang yang berhadats kecil atau wanita yang sedang haidh boleh melakukan sa'iy.
Bukit Shafa merupakan bukit kecil yang berjarak +130 m sebelah tenggara dari Ka'bah. Dari bukit Shafa inilah ibadah Sa'iy dimulai.
 Bukit Shafa, tempat memulai Sa'iy
Sedangkan Bukit Marwa adalah bukit kecil yang berjarak + 300 meter sebelah timur laut dari rukun syami Ka'bah. Di bukit inilah ibadah Sa'iy berakhir.
Bukit Marwah, tempat berakhirnya Sa'iy
Kedua bukit ini sekarang berada didalam bangunan Mas'a. Keduanya menjadi saksi banyak peristiwa penting sepanjang sejarah manusia, diantaranya :
1). Sewaktu turun perintah berdakwah secara terang-terangan, Rosululloh mengundang kaum kafir qurais, lalu beliau naik ke bukit Shafa dan mengajak mereka beriman. Namun mereka justru mencemooh beliau.
2). Menurut riwayat Ibnu Abbas, kaum Quraisy pernah meminta Nabi berdoa agar bukit Shafa dijadikan emas, sehingga mereka mau beriman. Malaikat Jibril lalu menemui beliau seraya menyampaikan firman Alloh, "Jika Aku menghendaki, bisa saja Shafa akan berubah menjadi emas buat mereka. Namun bila mereka ingkar setelah itu, Aku akan timpakan kepada mereka azab pedih yang belum pernah ditimpakan kepada seluruh jagad raya. Dan jika Aku menghendaki, Aku bukakan bagi mereka pintu taubat dan rahmat". Nabi Saw tidak menuruti kemauan mereka, seraya mengatakan kepada Jibril, "Aku ingin pintu taubat dan rahmat buat mereka"
3). Abu Jahal berlaku kasar : menyakiti dan memukul Nabi di Shofa. Begitu mendengar pemukulan ini, paman Nabi (Hamzah bin Abdul Mutholib) yang saat itu belum beriman sangat marah, lalu mendatangi Abu Jahal dan memukulnya dengan busur panah sambil memberitahukan keislaman-nya : "Bagaimana kamu berani menyakiti keponakanku, sementara aku sudah berada didalam agamanya!".
4). Sewaktu peristiwa Fat-hu Makkah, Nabi menyuruh pasukan pimpinan Khalid bin Walid memasuki kota Makkah lewat dataran rendahnya. Mereka lalu berhenti dan berkumpul di Shofa.
5). Setelah berhasil menundukkan kota Makkah, Nabi mencium Hajar Aswad dan ber-thawaf, lalu naik ke atas bukit Shofa dan berdoa sambil menghadap ke Ka'bah.
Di bukit Shofa, beliau menjamin keamanan penduduk Makkah seraya mengatakan, bahwa siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan, atau meletakkan senjatanya, atau menutup pintu rumahnya, atau masuk ke Masjidil Haram, maka akan dijamin keamanannya.
Di bukit Shofa, beliau memberikan ampunan secara umum kepada seluruh penduduk Makkah yang pernah menyakiti dan memusuhi beliau.
Dan di bukit Shofa pula, beliau menerima bai'at keislaman penduduk Makkah, termasuk keislaman Hindun isteri Abu Sufyan.
6).      Mengomentari turunnya ayat 82 surat an-Naml, Rosululloh bersabda: "Bersegeralah kalian bekerja sebelum terbenam dan terbitnya matahari (dari barat), dan sebelum datangnya Dajjal dan binatang melata (Dabbah)".
Dari mana keluarnya binatang melata / dabbah tersebut?. Para ulama menjelaskan bahwa keluarnya adalah dari bukit Shofa yang berada di gugusan Jabal Qubaisy di lokasi Masjidil Haram.
Alloh juga menjadikan kedua bukit ini sebagai salah satu syi'ar haji, sebagaimana firman-Nya, yang artinya :
"Sesungguhnya Shofaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Alloh. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,  sungguh Alloh Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah,[2] : 158)
Kondisi Mas'a Saat Ini
Dahulunya, Mas'a (tempat sa'iy) merupakan tanah yang berliku-liku, curam dan naik-turun. Sedikit demi sedikit Mas'a diperbaiki dan direnovasi sampai seperti keadaannya sekarang.
Ketika itu Mas'a ditempati berjualan (pasar). Di kanan kirinya tersebar toko dan warung, antara Masjidil Haram dan Mas'a dipisah oleh bangunan-bangunan. Jadinya, para jamaah haji melakukan sa'iy di tengah-tengah pasar. Oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi, pasar (toko dan warung) dan bangunan-bangunan tersebut dipugar, lalu dijadikan sebagai bangunan yang menyatu dengan Masjidil Haram. 
Bangunan Mas'a terdiri dari empat lantai : lantai bawah tanah tidak dipakai untuk sa’i tetapi untuk lewatnya orang-orang yang ingin memasuki  Masjidil Haram dari arah timur Mas’a. Lantai dasar dan dua lantai di atasnya untuk sa’i. Lantainya terbuat dari batu marmer. Panjangnya kira-kira 395 meter mulai dari ujung dinding di atas bukit Shafa sampai ujung dinding yang ada di bukit Marwa. Lebarnya + 20 meter. Dan saat ini (sejak tahun 2008) lebarnya ditambah 20 meter lagi, sehingga lebar seluruhnya menjadi 40 meter.
 Mas'a lama lantai dasar, lebar 10 m x 2 = 20 m
 

 Mas'a jadid (tempat sa'i baru) Lantai dasar, lebar 20m x 2 = 40 m

Mas'a baru lantai atas

Mas’a lantai dasar setinggi  + 11,75 m dan 2 lantai atas setinggi 8,5 m. Di lantai yang paling rendah (wadi), orang lelaki disunnahkan berjalan cepat / berlari-lari kecil, yang ditandai dengan dua tanda lampu hijau. Di atas Mas'a ini diberi atap peneduh dari beton, sehingga membuat para jamaah merasa nyaman dan tidak tersengat sinar matahari. 
Di atas Mas'a lantai dasar antara Shofa dan Marwa terdapat jembatan penyeberangan orang-orang yang ingin keluar-masuk Masjidil Haram, sehingga tidak mengganggu orang yang sedang sa'iy.
Mas'a lantai bawah/dasar dibuatkan dua jalur perjalanan. Satu jalur untuk tempat berjalan dari Shofa ke Marwa, dan satu jalur lainnya untuk tempat berjalan dari Marwa ke Shofa. Sedangkan di tengah-tengah antara keduanya terdapat jalur khusus untuk kereta dorong / kursi roda bagi jamaah usia lanjut, orang sakit dan lumpuh. 
Sa'i dengan kursi roda di jalur khusus









MKTS - 15. Maqam Ibrahim









Maqom bukan diartikan kuburan, akan tetapi adalah bekas pijakan kaki (bahasa jawanya petilasan tapak kaki). Maqom Ibrohim, menurut sejarahnya, merupakan batu tempat berpijak kaki Nabi Ibrahim ketika meninggikan tembok Ka'bah. Batu ini bisa naik-turun secara otomatis, sesuai kehendak beliau. (HR Tirmidzi). 


Maqam Ibrahim
Batu Maqom dengan ukuran tinggi 20 cm, lebar setiap sisinya 36 cm tersebut nampak terukir bekas atau jejak kedua telapak kaki beliau yang masing-masingnya berkedalaman 10 cm dan 9 cm, panjang 22 cm, dan lebar 11 cm. Tidak nampak bekas jari-jarinya, mungkin sudah hilang/hapus akibat terlalu sering diusap dan dipegang banyak orang, dan juga terkena hujan dan panas, apalagi batu maqom ini ribuan tahun dalam keadaan terbuka dan tidak dimasukkan kedalam wadah tertutup seperti keadaannya sekarang.
 
Maqam Ibrahim tersimpan di kotak kaca kristal


Saat ini, batu Maqom Ibrohim diletakkan didalam kotak kaca kristal dengan rangka tembaga. Bagian luarnya dilapisi kaca bening setebal 10 mm yang tahan panas dan anti pecah, sehingga Maqom Ibrohim dapat dilihat dengan jelas dari luar. Batu tersebut diletakkan di atas marmer putih dilapisi granit agak kebiru-biruan.


KEUTAMAAN DAN KEMU'JIZATAN MAQOM IBRAHIM

Maqom Ibrohim merupakan salah satu kemukjizatan yang diberikan Alloh kepada Nabi Ibrohim, sebagaimana yang difirmankan Alloh dalam QS Ali Imran ayat 97, yang artinya: "…Padanya (Baitullah) terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) Maqom Ibrohim; …."
1). Batu Maqom Ibrohim berasal dari bebatuan surga, sebagaimana Hajar Aswad.
2). Di atas Maqom Ibrahim nampak jelas bekas jejak kedua telapak kaki tanpa alas Nabi Ibrahim. Menurut riwayat dari sahabat Jahm ibn Hudzaifah al-Qurasyi, jejak telapak kaki Nabi Ibrahim mirip dengan telapak kaki Rosululloh.
3). Maqom tersebut dapat naik dan turun secara otomatis sesuai yang dibutuhkan oleh Nabi Ibrahim sewaktu meninggikan tembok bangunan Ka'bah .
4). Keabadiannya sepanjang sejarah para Nabi. Walaupun ada usaha pencurian dan adanya terpaan cuaca atau badai di Masjidil Haram selama ribuan tahun, kondisi Maqom Ibrohim tetap terpelihara dengan baik sampai sekarang, bahkan sampai kiamat. Ini tentu suatu kemukjizatan, apalagi dulu Maqom Ibrohim dalam keadaan terbuka, tanpa adanya penutup dan pengaman.
5.  Terjaga dan luput dari penyembahan kaum musyrikin. Orang-orang arab jaman jahiliyah mayoritas menyembah batu-batu berhala, namun tidak ada seorang pun yang menyembah batu Maqom Ibrohim.

Shalat sunat Thawaf di belakang Maqam Ibrahim
6). Disunnahkan sholat sunnah sehabis melakukan thowaf di belakang Maqom Ibrahim. Ini menunjukkan keutamaannya, dan keutamaan shalat di situ. Oleh karena itu pula, di tempat inilah Imam sholat berdiri untuk semua macam shalat berjamaah di lokasi Masjidil Haram.









Sabtu, 14 September 2013

MKTS - 19. Mengenal Kawasan Arafah




Padang Arafah yang terletak pada 25 km sebelah timur kota Makkah merupakan  hamparan pasir berbatu yang cukup luas dan dikelilingi bukit-bukit batu berbentuk setengah lingkaran. Di tengah-tengah padang pasir berbatu tersebut terdapat sebuah bukit yang sangat terkenal dengan sebutan Jabal Rahmah.

SEJARAH ARAFAH.
Arofah artinya kenal (ta'arruf). Dapat pula diartikan mengajari ('arrafa), dan mengakui (i'tarafa)
 ‘Arafah diartikan tahu dan mengenal, karena di tempat ini, tepatnya di Jabal Rahmah,  Nabi Adam dan Hawa' ber-ta'arruf, saling melihat, mengenal dan bertemu kembali setelah 200 tahun berpisah karena diusir oleh Alloh dari surga disebabkan melanggar larangan memakan buah khuldi. Menurut riwayat, Nabi Adam diturunkan di India dan Hawa diturunkan di sekitar daerah Irak. Setelah bertemu, mereka berdua berkumpul, mengembangkan keturunan dan menetap di sekitar wilayah Masjidil Haram Makkah. Peristiwa ta'arruf ini dibadikan setiap tahunnya oleh Nabi Adam sendiri dan diteruskan oleh anak keturunannya di padang Arofah sampai saat ini, yakni didatangi dan dizaiarahi para jamaah haji.
Selain itu lokasi ini dinamakan 'Arafah disebabkan malaikat Jibril pertama kali mengajari ('arrafa) Nabi Ibrahim tentang seluk beluk manasik haji.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas, disebut Arafah karena di tempat ini manusia (jamaah haji) mengakui kesalahan dan dosa-dosanya.
 Fasilitas. Padang Arafah yang luasnya  + 3,5 km x 3,5 km atau 10,4 km persegi ini tidak berpenduduk. Namun setiap datang musim haji, di lokasi ini didirikan puluhan ribu kemah untuk seluruh jamaah yang wuquf. Oleh pemerintah Arab Saudi, saat ini padang Arafah dilengkapi dengan berbagai fasilitas antara lain jalan-jalan tol lebar beraspal yang menghubungkan Arafah dengan Muzdalifah, jalan tol lingkar (ringroad), terminal dan tempat-tempat pemberhentian bus di pinggir-pinggir Arafah, penyediaan air bersih, pelayanan kesehatan dan keamanan. 

 Untuk kenyamanan para jamaah haji, di bagian tengah Arafah didirikan ribuan tiang-tiang air setinggi tiang listrik yang di puncaknya dipasang spuyer-spuyer kecil yang dapat menyemprotkan uap air halus untuk membantu menyejukkan udara padang pasir yang panas dan membuat nyaman para jamaah haji. Disamping itu juga ditanami ribuan pohon-pohon rindang yang lebih dikenal dengan sebutan pohon Soekarno, karena penanaman pertama kali pohon tersebut dilakukan atas usaha dan prakarsa Presiden RI Soekarno.

KEUTAMAAN ARAFAH.
1).      Di Arafah (Jabal Rahmah), Nabi Adam dan Hawa' bertemu kembali setelah berpisah 200 tahun, akibat terusir dari surga.
2).      Rosululloh menjadikan Arafah sebagai tempat Wuquf haji, bahkan wuquf merupakan puncak dari haji itu sendiri, didalam sabdanya, yang artinya : "Haji itu hanyalah Arafah. (artinya Prosesi haji yang terpenting adalah hadir di Arafah). Barangsapa yang datang pada malam tanggal sepuluh (Dzulhijjah) sebelum terbit fajar, ia benar-benar telah mendapat waktu yang sah" (HR khomsah)


3). Alloh mengabadikan Arafah dalam firman-Nya yang artinya : ".... Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril haram. dan berdzikirlah (dengan menyebut Asma’) Alloh sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat". (QS Al-Baqarah [2] : 198)
4). Di Arafah ini, ketika Nabi wuquf pada peristiwa Haji Wada', Alloh menurunkan ayat Al-Qur'an terakhir, yakni ayat 3 surat Al-Maidah.
 "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. " (QS Al-Maidah,[5] : 3)
5. Di Arafah ini, ketika wuquf pada haji Wada', Rosululloh membacakan khutbah yang sangat terkenal dengan sebutan Khutbatul Wada'.
Beberapa tempat bersejarah di Arafah antara lain : Jabal Rahmah, masjid Namirah, dan masjid Sakhrat.

 

JABAL RAHMAH
Jabal Rahmah di Musim Haji
 
Jabal Rahmah merupakan bukit kecil berbatu keras setinggi 65 meter dari permukaan tanah, atau setinggi 372 m dari permukaan laut, luasnya + 170 m2, panjang lingkarannya 640 m.
Letaknya di Arafah bagian Timur, sekitar jalan tol nomor 7 dan 8, sekitar 1,5 km dari masjid Namirah. Di puncaknya terdapat bangunan Tugu Putih setinggi 8 m dan lebar 1,80 m persegi untuk mengenang sejarah bertemunya Nabi Adam dan Hawa'. Untuk mencapai puncaknya, diperlukan berjalan kaki naik melewati 168 buah anak tangga. 
 

Di bawah bukit terdapat bangunan Masjid Shakhrat dan tempat mengalirnya Mata Air Zubaidah, yang dibangun atas prakarsa Zubaidah, isteri khalifah Harun Al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah. Sekelilingnya ada alat penyiram air setinggi 4 m dan tiang penyemprot uap air saat wuquf.

MASJID NAMIRAH  DAN  SAKHRAT
Masjid Namirah berada di tanah Arafah bagian barat, berbatasan dengan Tanah Suci Makkah. Bagian depan masjid (barat) masuk tanah Haram Makkah dan bagian belakangnya (timur) masuk tanah Arafah (luar tanah Haram). Karena itu, setelah masuk waktu wuquf, jamaah haji tidak boleh wuquf di lokasi tanah Haram Makkah, tetapi harus berpindah ke lokasi tanah Arafah (luar tanah Haram).


Panjang masjid (timur-barat) 340 m, lebarnya (utara-selatan) 240 m. Luasnya lebih dari 110.000 m2. Masjid yang punya 6 buah menara setinggi 50 m,  3 buah kubah dan 64 buah pintu ini dapat menampung sekitar 350 ribu jamaah shalat, dilengkapi dengan fasilitas antara lain: 663 pendingin udara (AC), lebih dari 1000 kamar mandi dan toilet, 15.000 kran wudhu, dan ruangan sistem informasi yang berfungsi merekam pelaksanaan wuquf dan memancarkannya ke seluruh penjuru dunia melalui satelit.
Sejarah. Di sekitar lokasi masjid ini Rosululloh membuat kemah saat wuquf haji wada'.
Masjid Shakhrat berlokasi di kaki Jabal Rahmah, sebelah kanan jalan (tangga) naik ke puncak.
Sejarah. Rosululloh pernah berhenti di lokasi Mesjid ini pada malam 'Arafah. Dan di lokasi ini pula turun wahyu terakhir, yakni surat Al-Maidah ayat 3.