Senin, 29 April 2013

PROFIL KOTA MADINAH MUNAWWARAH

Al-Madinatul Munawaroh (disingkat Madinah) merupakan nama salah satu dari dua kota suci umat Islam.
Pada masa Rosululloh dan Khulafaur Rasyidin, kota Madinah merupakan pusat dakwah dan pengajaran Islam, sekaligus menjadi ibukota pemerintahan Islam pertama di dunia. Dari Madinah ini agama Islam memancar ke seluruh semenanjung jazirah Arab, kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Selain Al-Madinatul Munawwarah, kota ini memiliki beberapa nama lain, diantaranya Madinatun Nabi (kota Nabi Muhammad), Madinatur Rosul (kota Rosululloh),Thoyyibah (yang baik, suci), Thobah (yang baik),  dan lain-lain.

Batas-batas Kota Madinah

1.    Daerah antara dua Labah (labatani/lahar). Yang dimaksud dengan Labatani ialah dua harrah (harratani/dua kawasan berbatu hitam); yaitu, Bagian Timur yang dahulu dikenal dengan nama Harrah Waqim, dan di Bagian Barat yang dahulu dikenal dengan Harrah Wabarah.
2.    Pengharaman daerah antara dua kawasan berbatu hitam dan tiga lembah, yaitu jama' Tadharu`, jama' Ummu Khalid dan jama' Aqil atau Aqir, yaitu pegunungan yang membentang dari lembah Aqiq sebelah Barat sampai ke sumur Urwah (dekat Universitas Islam Madinah).
3.    Pengharaman daerah antara Tsur dan Ir.
* Tsur adalah bukit kecil yang terletak di belakang gunung Uhud, berwarna merah. Di belakang bukit ini sekarang terdapat jalan ke arah Pelabuhan Udara.
* Ir adalah gunung hitam yang besar yang mengarah ke Barat Daya dari Zulhulaifah (Bir Ali). Pada lereng sebelah Baratnya melintas jalan Hijrah yang merupakan jalur cepat.


Kondisi Georafis dan Cuaca Kota Madinah
Madinah yang berjarak 498 dari arah utara kota Makkah ini tanahnya terkenal subur dan banyak terdapat sumber-sumber air. Tidak seperti tanah Makkah yang sebagian besar berupa bebatuan gunung dan kondisinya benar-benar gersang. Karena kesuburan tanahnya ini, di Madinah terdapat banyak areal pertanian dan perkebunan.
Kondisi cuaca di Madinah sama seperti cuaca di Arab Saudi pada umumnya yang selalu berubah berdasarkan musim. (Lihat kondisi cuaca kota Makkah di muka).  Bila dibanding dengan Makkah, udara kota Madinah lebih enak dan sejuk.

Sejarah kota Al-Madinah Al-Munawwarah
Masyarakat Madinah sebelum Islam. Kota Madinah sebelum peristiwa hijrah disebut Yatsrib. Sebelum Islam datang, kota ini dihuni oleh dua bangsa, yakni bangsa Arab dan Yahudi.
Bangsa Arab yang tinggal di Yasrib terdiri dari penduduk setempat (badui) dan pendatang dari Yaman pasca jebolnya bendungan Ma'rib. Arab pendatang ini lalu membentuk dua kabilah : Aus dan Khazraj, yang sering bentrok dan bertikai hanya karena masalah sepele. Permusuhan ini semakin diperparah dengan hasutan dan adu domba (devide et empire) bangsa Yahudi yang sangat berambisi untuk menguasai kehidupan politik dan ekonomi masyarakat Yasrib. 
      Sedangkan Yahudi Yasrib berasal dari Palestina yang sengaja eksodus (pindah) ke Yasrib pada tahun 70 masehi untuk menyelamatkan diri dan agamanya dari pembunuhan dan usaha kristenisasi oleh kaum nasrani, sebagai balasan atas sikap bangsa yahudi yang sangat kasar terhadap Nabi Isa dan Siti Maryam. Bahkan bangsa Yahudilah yang mendorong tentara Romawi Bizantium mengejar, membunuh dan menyalib nabi Isa al-Masih. Di kota Yasrib ini, bangsa yahudi terkelompok menjadi tiga kabilah besar, yakni kabilah bani Nadhir, bani Quraidhah dan bani Qoinuqo'.
Bangsa Yahudi Yasrib sangat giat berusaha dengan berbagai cara untuk menguasai perekonomian Yasrib. Sampai pada suatu saat, bangsa Yahudi yang minoritas ini merasa khawatir kedudukan perekonomiannya disaingi oleh kabilah arab yang menjadi penduduk mayoritas. Untuk itu, mereka mengadu domba kabilah-kabilah arab yang sebelumnya sudah ada bibit-bibit permusuhan, terutama kabilah Aus dan Khozraj, sehingga mereka sibuk dengan peperangan dan lupa dengan urusan ekonomi dan perdagangannya. Dalam jangka waktu yang panjang, bangsa Yahudi berhasil menguasai perekonomian, sehingga kedudukan mereka di Yasrib semakin kuat dan mapan.
Permusuhan antara kabilah Aus dan Khazraj berlangsung sangat lama. Beberapa tahun sebelum Rasulullah hijrah ke kota Yasrib, kedua kabilah ini berada pada puncak ketagangan, sampai terjadi peperangan hebat, yang disebut perang "Buwath". Sangat beruntung, beberapa tokoh dari kedua pihak berhasil menyadarkan mereka tentang betapa pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan sesama bangsa arab, daripada berdampingan dengan bangsa Yahudi yang suka mengadu domba mereka.
Agama dan Keyakinan Penduduk Yasrib. Masyarakat Yahudi beragama Yahudi dan masyarakat mayoritas (bangsa arab) beragama paganisme (penyembah berhala). Hanya saja, karena di Yasrib tidak ada pusat peribadatan semacam Ka'bah, kaum paganis Madinah ini setiap tahunnya datang ke Makkah untuk mengikuti upacara tradisional haji, sekaligus bertujuan mencari dukungan politik dari suku Quraisy untuk mengalahkan bangsa Yahudi.
Namun dalam menyambut kedatangan agama Islam yang sudah muncul di Makkah, sikap dan kondisi keberagamaan bangsa Arab Yasrib masih lebih baik daripada arab Makkah. Kalau arab jahiliyah Makkah sangat memusuhi dakwah Islam. Sedangkan Arab Yasrib sangat toleran dan tidak memusuhi, bahkan lebih cepat menerima dakwah Islam. Hal ini disebabkan karena:
1. Arab Yasrib hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Mereka sering berdialog atau mendengar dari bangsa Yahudi tentang kebaikan agama tauhid (monotheisme) dan tercelanya agama paganisme (agama berhala), serta mendengar kabar tentang akan datangnya Nabi akhir jaman yang akan menghancurkan agama paganisme.
2. Peperangan yang berkepanjangan terutama antara kabilah Aus dan Khazraj membuat mereka menaruh harapan besar terhadap seorang tokoh seperti yang diceritakan orang Yahudi, yang mampu mempersatukan mereka dan mampu membuat kehidupan mereka tentram, damai dan lebih berkualitas daripada orang-orang Yahudi.
Pada tahun ke-11 masa kenabian (620 M), saat berhaji di Makkah, beberapa orang Arab Yasrib menyaksikan beliau di daerah Aqobah (Mina) yang giat mendakwahkan kenabiaannya dan mengajak mereka agar meng-Esakan Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Hal ini membuat mereka saling bertanya dan menerka-nerka, barangkali dia (Muhammad) inilah yang sering diceritakan oleh orang Yahudi itu sebagai Nabi Akhir Zaman. Sepulangnya dari haji, peristiwa ini diceritakan kepada penduduk Madinah.
Bai'atul Aqobah. Pada tahun ke-12 masa kenabian (621 M), saat menghadiri musim haji, 12 orang kabilah Khazraj bertemu dengan Nabi di Aqobah, lalu masuk Islam dan mengucapkan bai'at atau ikrar yang  isinya : 1) tidak menyekutukan Allah, 2) tidak mencuri,  3) tidak berzina,  4) tidak membunuh anak-anak,  5) tidak menghasud dan memfitnah,  6) tidak mendurhakai beliau. 
Beliau kemudian mengutus sahabat Mush'ab bin Umair ke Yasrib untuk mengajari mereka tentang agama Islam. Perilaku Mush'ab yang terpuji membuat banyak penduduk Yasrib tertarik memeluk agama Islam. Mereka rindu bertemu dengan Nabi Muhammad.
Pada tahun ke-13 masa kenabian (622 M), saat musim haji, semakin banyak orang Yasrib yang ikut ke Makkah. Tidak kurang dari 75 orang (73 lelaki dan 2 wanita). Mereka menemui Nabi di Aqobah, lalu masuk Islam dan meminta beliau bersedia pindah (hijrah) ke Yasrib.
Untuk menanggapi keseriusan permohonan mereka, Nabi lalu membai'at mereka, yang isinya  mereka berikrar akan membela mati-matian dan melindungi keselamatan diri beliau dan agama Islam dari gangguan siapapun. Pernyataan Sumpah setia atau ikrar ini terkenal dengan sebutan "Bai'atul Aqobah Kedua". 

 Masjid Ba'ah di Mina

Berhijrah ke Madinah. Pasca Bai'atul Aqabah Kedua ini, masyarakat Yasrib semakin antusias dan rindu dengan kehadiran Nabi. Setelah melihat pertanda baik perkembangan Islam di Yasrib, beliau mendorong para sahabat agar berhijrah ke Yasrib, dengan harapan agar kehidupan mereka dan agama Islam lebih baik, serta jauh dari gangguang kafir quraisy. Kemudian mereka berhijrah ke Madinah secara bergelombang.
Beberapa faktor yang mendorong Nabi memilih kota Yasrib/Madinah sebagai tempat hijrah antara lain :
1).  Yasrib adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
2).  Sebelum menjadi Nabi, beliau berhubungan baik dengan penduduk Yasrib, karena kakek beliau (Abdul Muthalib) memiliki seorang isteri dari Yasrib.
3).  Penduduk Yasrib dikenal berakhlak mulia dan memiliki sifat lemah lembut.
4).  Beliau memiliki kerabat di Yasrib, yakni Bani Najjar.
5).  Penduduk Yasrib lebih cepat menerima Islam dan sanggup membela mati-matian
6. Bagi Nabi sendiri, berhijrah ke Yasrib merupakan perintah Allah.
Rosululloh sampai di Madinah. Setelah mengarungi lautan padang pasir yang sangat luas dan panas, Nabi yang ditemani Abu Bakar tiba di desa Quba', yakni suatu desa kira-kira 10 km dari kota Madinah pada hari senin tanggal 8 Rabi'ul Awwal tahun 1 hijriyah (20 september 622 M). Beliau menginap selama empat hari. Di desa ini beliau mendirikan masjid yang pertama kali dalam sejarah Islam, yakni "Masjid Quba". Di desa Quba ini pula Sayyidina Ali bin Abi Thalib berhasil menyusul Nabi setelah barang-barang titipan kafir Quraisy (yang dititipkan kepada Rosululloh) dikembalikan Ali kepada pemiliknya di Makkah.
Sambutan hangat masyarakat Madinah. Kerinduan penduduk Yasrib kepada Nabi benar-benar memuncak setelah terdengar berita hijrahnya. Setiap hari mereka pergi ke perbatasan kota untuk mencari tahu. Tepat pada hari jum'at tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 1 haijriyah (24 September 622 M) Rosululloh, Abu Bakar dan Ali memasuki wilayah perbatasan kota. Segeralah mereka memberitahukan kepada penduduk kota, sehingga hampir seluruh penduduk kota Yasrib mulai dari anak-anak, kaum wanita, para budak, para pemuda sampai orang-orang tua, baik yang muslim maupun yang non-muslim, mereka berduyun-duyun menyambut Nabi secara meriah di wilayah perbatasan kota. Berbagai pujian dan syair "Thola'al Badru 'alaina, min Tsaniyyatil Wada…" mereka dendangkan bersama, lengkap dengan iringan musik rebana dan tarian tradisional.
Para Tokoh masyarakat berlomba-lomba menawarkan kesanggupannya untuk melindungi dan menawarkan tempat tinggal dengan segala fasilitasnya. Namun beliau lebih memilih membeli sebidang tanah milik dua anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail bin 'Amr untuk bangunan masjid dan calon rumah beliau. Sambil menunggu berdirinya masjid dan rumah, beliau menginap di rumah tokoh Madinah, Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari.

Peta posisi Masjid Nabawi di tengah kota Al-Madinah Al-Munawwarah:


Setelah tinggal beberapa hari, beliau lalu mengganti nama kota Yasrib menjadi "Al-Madinatul Munawwarah", yang berarti kota yang bercahaya. Karena dari kota ini agama Islam memancarkan cahaya iman yang menerangi dunia.
Langkah-langkah strategis yang beliau lakukan setelah menetap di Madinah Al-Munawwarah untuk mendukung kesuksesan tegaknya risalah Islam adalah :
a.   Mendirikan Masjid, sebagai sarana membina hubungan manusia dengan Allah, dan antar manusia. Mula-mula mendirikan masjid Quba’, lalu masjid Nabawi Madinah
b. Memperkokoh hubungan intern umat Islam (ukhuwwah Islamiyah), dengan cara mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor, sehingga terjadilah takaful ijtima’i (jaminan sosial, solidaritas, sepenanggungan, saling tolong-menolong). Persaudaraan yang dibangun Rasululah SAW adalah berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan kesukuan yang berjalan sebelum itu. Melalui semangat itu, Rasulullah SAW berhasil membangun kota Madinah dalam sebuah entitas yang penuh kedamaian, keamanan, adil dan sejahtera, padahal sebelumnya telah terjadi konflik sangat sengit yang berlangsung sejak lama (sekira 120 tahun) antara dua suku (qabilah) besar, yaitu Aus dan Khazraj.
c. Menyusun perjanjian (dustur) dengan ditandatanganinya Piagam Madinah sebagai regulasi tata kehidupan yang plural, baik antara kaum muslimin (Muhajirin dan Anshar) di satu pihak, maupun antara kaum muslimin dengan umat-umat lainnya (termasuk Yahudi) di pihak lain yang menjelaskan berbagai hak dan kewajiban sebagai warga negara. Mengatur hubungan antar umat beragama (muslim dan Non Muslim) didalam sebuah Negara Islam Madinah.
 Terbentuknya Negara Madinah. Untuk menciptakan kehidupan masyarakat Madinah yang bersatu, aman, tentram, damai dan sejehtera, serta bebas dari berbagai gangguan, baik yang datang dari dalam maupun luar Madinah, maka beliau e menerapkan langkah strategis : menjalin hubungan dengan masyarakat non-muslim di Madinah, terutama dengan kaum Yahudi.
Mereka diajak berkumpul dan berunding dalam rangka merumuskan perjanjian dan kesepakatan bersama untuk dapat hidup berdampingan secara damai. Kesepakatan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk  "undang-undang" yang lebih dikenal dengan Piagam Madinah pada tahun ke-2 hijriyah (623 M).
Diantara pokok-pokok isi Piagam Madinah adalah :
1. Kaum muslimin dan kaum Yahudi sebagai penduduk Madinah harus hidup ber dampingan secara damai, tidak saling bermusuhan.
2. Kaum muslimin dan Yahudi bebas memeluk dan menjalankan ibadah agamanya.
3. Jika salah satu pihak diserang musuh dari luar, maka pihak yang lain wajib membantu pihak yang diserang.
4. Kaum muslimin dan kaum Yahudi harus saling nasehat-menasehati dan tolong menolong dalam rangka menjalankan kebaikan demi kepentingan bersama.
5. Muhammad Rosululloh adalah pemimpin umum masyarakat Madinah. Jika terjadi perselisihan antara kaum muslimin dan kaum Yahudi atau antar anggota masyarakat, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada beliau selaku pemimpin tertinggi.
Piagam Madinah merupakan bentuk Proklamasi berdirinya sebuah negara modern,  Negara Madinah yang demokratis yang menjamin kebebasan beragama bagi warganya, dengan menjadikan Nabi Muhammad sebagai “Kepala Negara”. 
Sepeninggal Rosululloh, kepemimpinan Negara Madinah dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khotthob, Usman bin 'Affan dan Ali bin Abu Tholib. Setelah masa Khulafaur Rasyidin itu, bentuk Negara Islam bukan lagi negara demokratis, akan tetapi berbentuk Monarki (kerajaan) dan kota Al-Madinah Al-Munawwarah tidak lagi dijadikan sebagai Ibukotanya.    

Minggu, 28 April 2013

Sumur Zamzam



Sejarah Penemuan Sumur Zamzam. Mas'a yang menghubungkan antara Bukit Shofa dan Marwa merupakan saksi sejarah perjalanan Siti Hajar dalam usahanya mencari air untuk mempertahankan hidup, yang kemudian diabadikan oleh Alloh sebagai salah satu dari rangkaian manasik haji.
Menurut riwayat Ibnu Abbas, Nabi Ibrahim datang ke Makkah bersama Hajar (isteri) dan Ismail (anak) yang masih menyusu. Nabi Ibrahim, lantas meninggalkan anak-isterinya di dekat Baitulloh di lembah yang sepi dan tak ada seorang pun di sana. Tepatnya ditinggal di bawah pohon besar yang posisinya kira-kira di atas lokasi sumur zamzam, dengan makanan dan minuman secukupnya.
Ibrahim terus pergi naik bukit dan diikuti Hajar sambil memanggilnya berulang-ulang:
"Wahai Ibrahim! Kemanakah engkau...! Apakah engkau akan meninggalkan kami berdua di tempat yang sepi ini!". Tetapi Nabi Ibrahim terus naik dan tidak menggubrisnya. Ketika Siti Hajar bertanya : "Apakah ini atas perintah Alloh!", baru beliau mengiyakan. Siti Hajar pun menerima kenyataan ini dengan penuh tawakkal, "Baiklah kalau begitu, kami tidak perlu khawatir lagi".
Ibrahim terus naik ke puncak bukit Shofa, lalu berdoa sambil mengarahkan pandangannya ke arah reruntuhan Ka'bah yang saat itu terkubur tanah :
"Ya Tuhan kami, sungguh aku tempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitulloh) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur."(QS Ibrahim,[14] : 37)
Ketika bekal makanan menipis dan persediaan air habis, Siti Hajar naik ke puncak bukit Shafa, lalu  memandang ke daerah sekitar dengan tujuan mencari orang yang bisa menolongnya, kemudian turun dari Shafa. Ketika sampai di lembah, ia mengangkat ujung roknya sambil berlari kecil (berjalan cepat), terus naik ke puncak bukit Marwa. Sesampainya di sana tidak dilihatnya seorang pun, lantas turun lagi dan naik ke bukit Shofa dengan tujuan yang sama. Begitu seterusnya sampai ia melakukannya sebanyak 7 kali bolak-balik.
 Sewaktu berada di Marwa pada perjalanannya yang terakhir, ia mendengar suara. "Diamlah!", kata Hajar. Setelah ditelusuri dari mana datangnya suara itu, ternyata berasal dari suara malaikat Jibril yang mengepakkan sayapnya menggali tanah pasir di dekat Nabi Ismail. Tak lama kemudian, memancarlah air yang cukup deras, dan Siti Hajar pun menghimpun air itu dengan tangannya sambil mengatakan : "zam...zam... , zam.... zam...." (Air yang melimpah).  
                                        sumur zamzam jaman kuno
Air yang keluar dari sumber yang di kemudian hari terkenal dengan sebutan "Sumur Zamzam" inilah yang sehari-hari diminum oleh Siti Hajar, Nabi Ismail beserta anak keturunannya, penduduk Makkah dan para peziarah haji sampai sekarang. 
 Sumur Zamzam yang sampai saat ini berusia 5000 tahun mengalami dua kali penggalian. Penggalian pertama dilakukan oleh malaikat Jibril dan penggalian kedua oleh Abdul Mutholib, Kakek Nabi. 
Tidak lama setelah ditemukannya Sumur Zamzam sebagai karunia Alloh kepada Siti Hajar dan Ismail, rombongan suku  Jurhum dari Yaman datang dan menetap di sekitar lokasi sumur (Makkah). Mereka bertahun-tahun hidup bertetangga dengan Siti Hajar dan Ismail. Bahkan mereka menjadi keluarga setelah Ismail dinikahkan dengan anak mereka.
Jurhum berabad-abad menjadi suku arab yang kuat, terhormat dan disegani. Sewaktu mereka sudah berani menghina dan mencemari Baitulloh dan Tanah Haram dengan kezhaliman, aqidah syirik dan kejahatan, menyebabkan sumber air zamzam tiba-tiba menjadi kering. Sumur pun lalu ditutup dan dikubur selama beberapa abad, bahkan dilupakan dan tidak diketahui lagi lokasinya. Sumur zamzam hanya tinggal kenangan bangsa arab.


Suku Jurhum terusir dari Makkah setelah dikalahkan oleh suku Khuza'ah. Suku ini berkuasa di Makkah beberapa abad sampai kota ini dikuasai oleh suku Quraisy. Sewaktu suku Quraisy dipimpin oleh kakek Rosululloh yang bernama Abdul Mutholib, pada suatu malam beliau bermimpi didatangi seseorang dan menyuruhnya menggali sumur zamzam di tempat yang ditentukan. Setelah tempat tersebut digali bersama anak-anaknya, sumur zamzam akhirnya berhasil ditemukan kembali. Sejak saat itu beliau dan anak keturunannyalah yang berhak menguasai dan membagi-bagikan airnya kepada penduduk Makkah dan para peziarah haji. 


Identifikasi Sumur Zamzam Dan Sumber Air.

Posisi Sumur Zamzam berjarak + 21 meter sebelah timur dari rukun Hajar Aswad. Kondisi sumurnya sekarang ini berada pada kedalaman 1,56 meter di bawah lantai thwaf (sath-hul mathof) yang ditandai dengan bulatan pada lantai yang didalamnya tertulis "Bi'ru Zamzam". Dari bibir sumur sampai ke permukaan air berjarak 4 meter. Kedalaman sumur, mulai dari bibir sumur sampai ke dasarnya sedalam 30 meter. Luas diameter sumur tidak sama, yakni antara 1,5 meter sampai 2,65 meter, disebabkan posisi sumur yang tidak lurus.

Sumber air Zamzam mengalir deras dari celah-celah / lobang pada kedalaman 13 meter dari bibir sumur. Celah-celah / lobang sumber air tersebut terbagi kedalam 3 celah pokok.
1). Celah yang mengarah ke Hajar Aswad sepanjang 45 cm dan tinggi 30 cm, merupakan pemasok air terbesar untuk sumur zamzam.
2). Celah agak besar sepanjang 70 cm dan tinggi 30 cm bercabang dua yang mengarah ke pengeras suara, dekat maqom Ibrahim.
3). Celah berukuran agar kecil sebanyak 21 celah yang mengarah ke  jabal Qubaisy, Shafa dan Marwa. Sedang lokasi penyedotan dan penyulingan air terletak pada kedalaman 18 meter, pada lobang sumur berdiameter 2,65 meter.
 Sumur Zamzam yang menjadi sumur tertua dan terbaik airnya di dunia ini mengalir terus sampai hari kiamat dan tidak pernah mengalami kekeringan sumber, meskipun telah diambil, disedot dan dipompa setiap hari. Saat ini air Zamzam setiap hari dipompa dengan mesin canggih yang menghasilkan 11 sampai 18 liter air per detik. Jadi dalam waktu satu jam, mesin ini  mampu menyedot air Zamzam sebanyak 39.000 liter (11 liter x 60 detik x 60 menit), dan dalam waktu sehari non stop dihasilkan air sebanyak 936.000 liter  (24 jam x 39.000 liter).

Keistimewaan dan Keutamaan Air Zamzam :
1). Air Zamzam bersumber dari mata air surga. Berdasarkan atsar dari Ibnu Abbas, dan penjelasan para sahabat dan ulama salaf.
2). Air Zamzam merupakan rizki dan karunia istimewa Alloh bagi Siti Hajar dan Ismail, sebagai wujud pengkabulan doa Nabi Ibrahim yang tersebut dalam QS Ibrahim,[14] : 37.
3). Air Zamzam merupakan salah satu tanda kekuasaan Alloh di Tanah Suci, selain Hajar Aswad, Maqom Ibrahim dan Hijir Ismail. (QS Ali Imran,[3] : 96-97).
4). Air Zamzam merupakan nikmat dan manfaat terbesar yang disaksikan para jamaah haji (QS Al-Hajj : 27-28)
5). Air Zamzam memancar keluar dari sumur yang digali atau dikeruk dengan kepakan sayap malaikat Jibril.
6). Air Zamzam memancar di lembah yang paling suci di dunia
7). Air Zamzam digunakan untuk membasuh hati Rosululloh sewaktu kecil dan ketika akan Isro'-Mi'roj.
8). Air Zamzam penuh dengan berkah. Keberkahannya bertambah setelah Rosululloh meludahinya.
9). Air Zamzam merupakan minuman sekaligus makanan yang mengenyangkan dan menguatkan tubuh. Hajar dan Ismail hanya minum zamzam saat kehabisan bekal makanan. Nabi pernah berhari-hari tidak makan kecuali dengan minum zamzam. Abu Dzar Al-Ghiffari selama sebulan tidak makan kecuali minum air zamzam pada awal keislamannya. Nabi  berkomentar, "Sungguh air zamzam penuh berkah dan  makanan yang mengenyangkan". (HR Muslim, dari Abu Dzar al-Ghiffari).
10).    Air Zamzam mengalir terus dan tidak pernah kering sampai hari kiamat.
11).    Air zamzam merupakan obat yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. (HR Muslim, dari Abu Dzar, dan hadis-hadis lain)
12).    Air zamzam itu tergantung pada niat meminumnya. Jika diminum dengan niat, doa dan tujuan memperoleh kebaikan atau terkabulnya hajat, maka Alloh akan mengabulkannya.
13).      Air Zamzam merupakan air yang terbaik kandungannya dan tersuci di muka bumi.


Kandungan mineral
Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi :
1) Positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre).
2) Negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre).


Molekul Air Zamzam
Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon prosesnya higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini

Adab Sopan Santun Meminum Zamzam
1). Mengambilnya dengan tanan kanan
2). Minum sambil menghadap ke arah kiblat
3). Didahului dengan membaca Basmalah. (Bismil-laahirrohmaanirrohiim)
4). Diminum seteguk, lalu berhenti sebentar sambil bernafas tiga kali. Minum lagi seteguk, berhenti dan bernafas 3 kali. begitu seterusnya, sampai munum sepuas-puasnya.
5). Selesai minum membaca Hamdalah. Lalu berdoa apa saja, dengan bahasa apa saja sesuai hajat.
Berikut ini doa yang diajarkan Ibnu Abbas : Ibnu Abbas melihat seseorang yang hendak meminum air zamzam, lalu bertanya: “Tahukah kamu cara meminumnya?. Ambillah air zamzam satu timba, lalu menghadaplah ke kiblat dan ucapkan Basmalah, bernafaslah 3 kali setiap satu tegukan hingga engkau puas. Setelah selesai, berdoalah :
اَللَّهُمَّ   اِنِّيْ اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا  وَرِزْقًا  وَاسِعًا  وَشِفَاءً   مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَسَقَمٍ بِرَحْمَتِكَ  يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Alloh, aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas, dan obat kesembuhan dari berbagai macam penyakit ringan dan berat. Berkat rahmat-Mu, Ya Alloh.


Senin, 22 April 2013

PYPD - 53.Khatimah *)




KHATIMAH  (PENUTUP)


Demikianlah tulisan ringan kami yang mengkaji beberapa persoalan penting dan dengan tulisan ini kami dapat mencurahkan konsep dan pemahaman kami tentang itu. Jika pemikiran, konsep dan pemahaman kami tersebut benar, maka tiada ucapan yang pantas kami haturkan, selain ucapan Alhamdulillah. Sebaliknya jika ada salahnya, kami menyadari sepenuhnya bahwa diri kami ini adalah sekedar manusia biasa, tempat salah dan lupa. Setiap manusia tidak lepas dari kedua sifat negatif tersebut, kecuali Sayyidina al-Ma’shum Nabi Muhammad saw, yang tidak pernah berbicara sekedar menuruti hawa nafsunya, selain pembicaraan berupa Wahyu yang diberikan Allah swt kepadanya.
Kami berlindung kepada Allah swt dari perselisihan, perdebatan dan pertengakaran yang tidak ada manfaat dan juntrung-nya sama sekali. Kami berlindung kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat, doa yang tidak terkabul dan hati yang tidak khusyuk. Kami berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan, kejahatan, cobaan, perbuatan syirik dan bid’ah. Dan kami berlepas diri dari apa saja yang Rasulullah saw berlepas diri darinya dan menetapkan apa saja yang beliau saw tetapkan.
Kami memohon kepada Allah swt, semoga Dia senantiasa menetapkan kami di atas jalan-Nya. Dan kami berharap agar sewaktu mati nanti tetap berada di jalan-Nya itu dalam keadaan muslim, yang berpegang teguh pada tauhid dan beriman kepada-Nya, mati di negeri-Nya (Makkah) dan dimasukkan kedalam lingkungan kaum muslimin yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah swt dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sejak kalimat itu dibawa oleh Rasulullah saw kemudian diwarsikan kepada para sahabat, tabi’in. tabi’uttabi’in dan para pengikut mereka dari kalangan ulama salafusshalih. Semoga kami selalu berada di bahwa naungan para imam tauhid dan naungan para penganjur kebaikan dari kalangan para Pejabat Pemerintah kami yang terhormat ini. Kami berdoa semoga Allah swt selalu memberikan anugerah-Nya kepada mereka untuk tetap menjadi pelindung dan penolong kebenaran, dan semoga dengan jabatan yang sedang mereka pegang ini mereka dituntun Allah swt agar mampu mengantarkan kaum muslimin menjadi masyarakat yang lebih baik.
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan Pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, kaum kerabat, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Buku ini ditulis sendiri dengan tangannya dan diucapkan sendiri dengan mulutnya oleh Muhammad bin ‘Abbas bin ‘Alwy, Al-Maliky madzhabnya, As-Salafy akidahnya, Al-Makky kota kelahirannya, Al-Hasany nasab keturunannya, seorang Khadimul ‘Ilmi (pelayan ilmu) di dua Kota Suci, Makkah dan Madinah. Buku ini selesai ditulis di kota Makkah al-Mukarramah pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 1404 H / 1983 M.

Alhamdulillah, buku ini selesai diterjemahkan bi’aunillah pada tanggal 25 September 2000 di Surabaya. Semoga bermanfaat. Amin.
Penerjemah,

Achmad Suchaimi

 

________________________________________________


*) Sumber : Diambil dari salah satu bagian dari kitab :
Judul Asli
: مفـاهـيم يجب أن تـصحح
Penulis
: Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
Alih Bahasa
: Achmad Suchaimi
Judul Terjemahan
: Pemahaman Yang Perlu Diluruskan (PYPD)