Khondaq (parit) dan Masjid Sab’ah
Masjid Al-Fath di Khandaq Madinah |
Khondaq artinya
parit, digunakan untuk menamai peristiwa perang antara umat Islam melawan
10.000 orang "pasukan sekutu kafir" pada tahun 5 H.
Pasukan sekutu yang terdiri dari kafir Quraisy Makkah, kabilah Ghothofan
dan kaum Yahudi bani Qainuqa’ datang menyerang Madinah di bawah pimpinan
Abu Sufyan. Dalam perang ini, Nabi lebih
memilih strategi perang kota. Agar musuh terhalang masuk kedalam kota, atas
saran Salman Al-Farisi, Nabi membangun sistem pertahanan dengan membuat
parit (khondaq) yang lebar dan dalam di
sekeliling kota Madinah, yang dilengkapi dengan 7 menara pengintai.
Sesampainya di Madinah, pasukan musuh tidak berhasil membobol
pertahanan parit ini, lalu mereka mendirikan tenda-tenda sambil mengepung kota
Madinah, sampai tenda mereka diporak-porandakan angin kencang disertai udara
dingin, sehingga mereka hanya mampu bertahan selama kurang lebih 24 hari,
kemudian pulang kembali dengan tangan hampa.
Masjid Sab’ah.
Pada masa-masa selanjutnya, di atas
ketujuh menara pengintai tersebut didirikan 7 masjid kecil yang letaknya saling
berdekatan untuk mengenang peristiwa yang sangat bersejarah tersebut.
Ahir-akhir ini, ketujuh masjid ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid
Sab’ah. Lokasinya di sebelah barat gunung Sala’.
Dari ketujuh masjid itu yang paling tersohor adalah Masjid
Al-Fath yang didirikan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lokasinya
persis di tempat Rosululloh mendirikan kemah dan Beliau berdoa di kemah ini selama tiga
hari terus menerus berdoa agar tentara sekutu (ahzab) diporak-porandakan Alloh.
Doa beliau akhirnya terabul.
Masjid Al-Fath
beberapa kali direnovari dan yang terakhir dilakukan pada tahun 1851 M (1268
H). Bentuk masjidnya memanjang dengan ukuran 8,5 m x 3,5 m, dilengkapi dengan
serambi terbuka (tanpa atap) seluas 8,5 m x 6,5 m.
Beberapa meter dari masjid Al-Fath terdapat 6 buah
masjid kecil lainnya yang secara urut menggunanakan nama para sahabat yang
dipandang berjasa dalam perang Khondaq/Ahzab :
a. Masjid
Salman Al-Farisi yang terletak di puncak bukit. Sahabat ini berperan
sebagai penemu ide untuk menggali parit (khondaq) sekeliling Madinah.
b. Masjid
Abu Bakar Ash-Shiddiq
c. Masjid
Umar bin Khotthob
d. Masjid
Ali bin Abi Tholib
e. Masjid
Fathimah
f. Masjid
Sa’ad bin Mu’adz
Masjid Qiblatain
Masjid Qiblatain Madinah |
Masjid Qiblatain (dua kiblat) terletak diatas bukit kecil dekat wadi al-'aqiq,
berjarak 3 km arah barat laut dari Masjid Nabawi. Masjid ini memiliki dua
mihrab, satu menghadap ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsho - Palestina) dan satunya
lagi menghadap ke Ka'bah (Masjidil Haram - Makkah).
Dulu, masjid ini disebut masjid Banu Salamah. Sewaktu Nabi sholat 'ashar di masjid ini sambil
berkiblat ke Masjidil Aqsho lalu turun wahyu yang memerintahkan agar berpindah
kiblat
“Sungguh Kami (Alloh) melihat mukamu (Muhammad)
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Alloh
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS Al-Baqarah :
144)
Sejak saat itu beliau berputar 180 derajat berkiblat ke Masjidil Haram, lalu diikuti para sahabat yang bermakmum. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka masjid banu Salamah ini dinamakan Masjid Qiblatain.
Sejak saat itu beliau berputar 180 derajat berkiblat ke Masjidil Haram, lalu diikuti para sahabat yang bermakmum. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka masjid banu Salamah ini dinamakan Masjid Qiblatain.
Di dekat masjid ini ada satu sumur yang disebut "Sumur
Raumah" dan sampai kini masih berfungsi. Dulunya, sumur ini merupakan
danau kecil berair jernih milik orang Yahudi, kemudian dibeli Usman bin Affan
dan diwakafkan untuk keperluan masjid.
Masjid Quba'
Masjid Quba' Madinah |
Depan pintu masuk Masjid Quba' |
Quba' adalah
sebuah perkampungan yang berjarak 5 km dari kota Madinah. Di sini terdapat
sebuah Masjid yang pertama kali dibangun Nabi pada bulan Rabiul Awwal tahun 1
Hijriyah (622 M) dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, di atas sebidang tanah
milik Kalsum bin Hadam dari kabilah Amir bin Auf. Di Masjid ini pula beliau
pertama kali melakukan sholat berjamaah.
Masjid Quba yang oleh Al-Qur'an surat At-Taubah : 108 disebut Masjid
Taqwa ini juga memiliki beberapa keutamaan, diantaranya seperti yang
disabdakan Nabi : "Sholaatun fi masjidi Quba-a ka'umrotin"
(Sekali sholat di masjid Quba' seperti melakukan 'Umroh sekali).
Masjid Jum'at
Masjid Jum'at berada di lembah Ranuna perkampungan Bani Salim bin Auf, tidak
jauh dari masjid Quba' dan berjarak + 4 km dari kota Madinah. Dinamakan
Masjid Jum'at karena di masjid ini Nabi pernah melakukan sholat jum'at pertama kali dalam sejarah
Islam, yang terjadi pada hari jum'at tanggal 16 Rabiul Awwal tahun 1 H (622 M)
dalam perjalanan hijrahnya menuju ke Madinah, setelah beberapa hari menginap di
desa Quba'.
Masjid
Suqya dan Musium “Kereta Api” Madinah
Masjid Suqya di Anbariyah Madinah |
Masjid suqya berlokasi di dusun sugya
wilayah Anbariyah, sebelah barat laut Masjid Nabawi. Tempat ini dahulunya
merupaan tanah milik Sa’ad bin Abi Waqqash. Bangunannya berornamen Turki Usmani
dengan tiga kubah. Luasnya 31 x 5 m. Direnovasi kembali pada masa Raja Fahd
pada tahgun 1423-1424 H.
Ketika perang Badar, Nabi pernah berdoa
untuk kemenangan para tentaranya di tempat ini dan memohonkan keberkahan bagi
penduduk Madinah dua kali lipatnya penduduk Makkah (HR Ahmad). Sementara itu, Imam Bukhori juga meriwayatkan
bahwa Umar bin Khotthob juga pernah berdoa memohon hujan (sholat istisqo’)
dengan perantaraan kemuliaan dan kedudukan Abbas bin Abdul Mutholib di tempat
ini.
Musium “Stasiun Kereta Api” Madinah. Masjid Suqya saat ini persisnya didalam pagar bekas gedung Stasiun Kereta Api yang dibangun tahun 1907 M. Pada tahun 1908 kereta api pertama kali masuk ke kota Madinah dari kota Damaskus. Terpasangnya rel di tanah hijaz ini merupakan salah satu bentuk keberhasilan sultan Turki Usmani Abdul Hamid II membuka keterasingan kota Madinah dari dunia luar.
Rel kereta api tersebut tidak berfungsi
setelah meletusnya Perang Dunia I dan terjadinya pemberontakan di jazirah arab.
Oleh pemerintahan Arab Saudi, gedung stasiun kereta api tersebut pada tahun
1999 M difungsikan sebagai Musium Madinah, yang banyak menyimpan puing-puing
barang peninggalan bersejarah seperti lokomotif dan gerbong kereta api,
tempayan dari tanah, perabotan rumah, perhiasan, foto dan lain-lain.
Masjid Miqot Dzulhulaifah (Bi'r Ali) Madinah |
Masjid Miqot bagi jamaah Umroh dan
haji penduduk Madinah dan orang-orang
yang melewatinya ini di kampung Dzul Hulaifah, sehingga disebut Masjid Dzul
Hulaifah atau Bi’r Ali. Letaknya pada 12 km dari Masjid Nabawi
Jabal Uhud
di lokasi Jabal Uhud |
Gunung Uhud merupakan gunung terbesar di sekitar Madinah yang berjarak
sekitar + 5 km dari kota Madinah.
Gunung Uhud menjadi terkenal karena di tempat ini pernah
terjadi pertempuran besar antara umat Islam dengan kaum kafir Makkah pada
tanggal 15 syawal tahun 13 H (Maret 625 M). Penyebabnya kaum kafir quraisy
ingin membalas atas kekalahannya pada perang Badar kubro. Pada pertempuran ini
70 orang tentara Islam mati syahid, termasuk Hamzah bin Abdul Mutholib. Para syuhada'
tersebut dimakamkan di lokasi pertempuran ini.
Makam syuhada' Uhud |
Pemakaman Syuhada' Uhud ini setiap tahun selalu diziarahi oleh
Rosululloh dan diikuti oleh Khulafaur Rasyidin. Sehingga sampai saat ini,
pekuburan ini menjadi salah satu tempat yang diziarahi para jamaah haji, selain
untuk itba' (mengikuti jejak Rosululloh) juga untuk mengenang dan
menggugah semangat juang kaum muslimin dalam membela kebenaran agamanya.
Percetakan Mush-haf Al-Qur'an
Percetakan Mushaf |
Percetakan raksasa King Fahd Al-Qur'an Printing yang luasnya 20 hektar ini
terletak di kota Madinah, 10 km arah barat daya dari Masjid Nabawi, yang
diresmikan oleh Raja Fahd pada tahun 1985.
Percetakan ini dilengkapi mesin cetak modern dan super canggih
sehingga menjadi percetakan terbesar di dunia. Dengan jumlah pegawai lebih dari
1.600 orang, percetakan ini setiap
tahunnya mampu memproduksi 8 juta mush-haf Al-Qur'an berbagai ukuran,
yang dibagi-bagikan secara gratis kepada jamaah haji dan kaum muslmin seluruh
dunia (melalui masjid, lembaga, organisasi Islam).
Selain Mush-haf Al-Qur'an, juga mencetak buku tafsir dan
terjemah Al-Qur'an dalam berbagai bahasa di dunia, kaset-kaset bacaan Al-Qur'an
baik audio maupun video.
Jabal Magnet
Jabal Magnit |
Nama Jabal Magnet (Gravity Hills, Magnetic Hills, atau
Gunung Magnet) semakin lama semakin populer di Arab Saudi. Penduduk sekitar
Madinah menyebutnya “Manthoqotul Baidho’” (daerah/perkampungan putih).
Jabal Magnet yang
terletak + 40 - 50 km sebelah utara dari Kota Madinah ini menjadi
favorit terutama bagi para jamaah haji dan umroh dari Asia, dan merupakan kawasan luar Tanah
Suci sehingga touris non muslim pun boleh mengunjunginya.
Keistimewaan Jabal Magnet
Jabal Magnet
menyimpan misteri dan decak kagum bagi siapa saja yang berkunjung ke sana.
Perjalanan menuju ke sana dipenuhi sejumlah perkebunan kurma yang subur dan
hamparan bukit berbatuan. 10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah
bendungan air atau danau buatan yang besar.
Kawasan antara bendungan air/danau dan Jabal Magnet
diyakini memiliki daya dorong, terutama pada km 2 - 4 menjelang tujuan. Karena
di tengah bendungan air ini mobil terasa berat (lambat) berjalan menuju ke arah
Jabal Magnet. Ketika persneling dalam posisi netral, mobil berjalan
sendiri ke arah berlawanan (mundur), bahkan sanggup mendaki tanjakan.
Sebaliknya, ketika berbalik arah menuju ke Medinah, mobil yang dalam kondisi persneling netral
melaju dengan kecepatan tinggi. Kian lama kecepatan kendaraan makin tinggi.
Tidak hanya itu, jarum penunjuk KOMPAS juga tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan menjadi kacau, dan data-data di
telepon seluler bisa hilang di lokasi itu. Oleh karena itu, bagi siapa saja
yang pergi berkunjung melalui wilayah ini, segera matikan ponsel Anda, daripada
data-data di dalam ponsel hilang.
Hingga kini, belum diketahui secara jelas hubungan antara
magnet dengan laju kendaraan, karena batu yang mengandung biji magnet itu
diduga berada di bawah permukaan jalan yang dilewati (antara danau sampai Jabal
Magnet), bukan di dalam bukit. Alasannya, bila medan magnet ada bebukitan,
tentu semakin mendekati bukit akan semakin kuat daya tariknya, sehingga
kendaraan dapat menempel di bebukitan itu, namun medan magnet tampaknya ada
dalam radius 2-4 kilometer saja.
Kisah Penemuan.
Jabal Magnet
ditemukan beberapa tahun yang lalu secara tidak sengaja oleh seorang Arab
Baduy. Saat itu si Arab ini menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil.
Karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobilnya, tetapi tidak memasang
rem tangan. Ketika sedang enak-enaknya pipis, ia kaget bukan kepalang, karena
mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. Ia berusaha
mengejarnya, tetapi tidak berhasil. Mobilnya baru berhenti setelah melenceng ke
tumpukan pasir di samping jalan.
Konon, Jabal Magnet ini diketahui setelah ada pesawat terbang
yang melintasi kawasan itu, tiba-tiba kecepatan pesawat berkurang dengan
sendirinya.
Selain itu, otoritas Saudi Geological Survey (SGS) pada
tahun 1999 sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil
terus-menerus) di Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar
magma. Bahkan, di sekitar Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah
Rahat, yang sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di
antaranya diduga menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul medan
magnet di kawasan itu.
Fenomena alam semacam ini juga ditemukan di beberapa tempat di
dunia seperti di Korea Selatan, Yunani, Australia, timur Amerika, juga di
Indonesia : sekitar Gunung Kelud (Jawa Timur) dan di desa Limpakuwus kecamatan
Sumbang Banyumas. Hanya saja, kekuatan magnet di daerah-daerah tersebut
tidaklah sekuat yang ada di Madinah.
Obyek Wisata Baru
Saat
ini Pemerintah Arab Saudi sudah membangun fasilitas mainan dan tempat berteduh
di kawasan Jabal Magnet yang merupakan jalan buntu, karena di sana
memang tidak ada jalan tembus ke daerah lain, sehingga pergi dan pulang pun
hanya tinggal memutar di bundaran Jabal Magnet.
di kawasan jabal maqnit |
Setiap Kamis sore atau malam Jumat, suasana di Jabal Magnet terlihat
ramai dengan masyarakat Madinah yang bercengkerama bersama anak-anak, saudara,
dan kawan-kawannya. Mereka sering juga membawa makanan dan tenda sendiri. Di
masa dahulu, wilayah itu merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang
ingin menenangkan diri.