Rosululloh ketika ditanya Abu Dzar, "Masjid apakah yang dibangun
pertama kali di muka bumi?", beliau menjawab: "Masjidil Haram".
Ditanya lagi, "Lalu masjid apa lagi?". "Masjidil Aqsho",
jawab beliau. Ditanya lagi, "Berapa lama jarak pembangunan diantara
keduanya?". "40 tahun", jawab beliau. (HR Muslim).
Bentuk Masjidil Haram kuno
Atas dasar hadis
itu, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa pembangunan Masjidil Aqsho dilakukan
oleh Nabi Ya'qub yang
kemudian direnovasi kembali oleh Nabi Sulaiman.
Maka jelaslah bahwa
yang dimaksud dengan Masjidil Haram adalah masjid yang pertama kali
dibangun pada masa Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim, yakni 40 tahun sebelum dibangunnya Masjidil Aqsho.
Pada zaman Nabi
Muhammad dan Abu Bakar, Masjidil Haram tidak terdapat dinding atau
tembok. Luasnya seputar Ka'bah dan halaman tempat thowaf di sekelilingnya.
Pada masa Umar bin
Khothob (tahun 17 H / 639 M), jumlah kaum muslimin semakin banyak sehingga
Masjidil Haram terasa telalu sempit. Untuk itu beliau memperluasnya dengan cara
membeli tanah milik penduduk sekitar. Kemudian dibuatkan bangunan tembok yang
mengelilingi Masjid, dibuatkan pintu-pintunya dan melapisi lantai halaman
thowaf dengan batu kerikil.
Masjidil Haram diperluas lagi pada masa kekhalifahan Usman bin Affan
(26 H / 648 M), Abdullah bin Zubair (65 H / 685 M), Al-Walid bin
Abdul Malik al-Umawiy (91 H / 709 M), dan Abu Ja'far al-Manshur
al-Abbasiy (137 H / 755 M). Hasil perluasannya mencakup bagian Timur, utara
dan barat Masjid, sehingga posisi Ka'bah tidak berada persis di tengah-tengah
Masjid.
Pada masa khalifah Muhammad
al-Mahdi bin Harun al-Rasyid al-Abbasiy (160 H / 777 M) diadakan perluasan
lagi ke semua penjuru, sehingga posisi Ka'bah berada tepat di tengah Masjid.
Bangunan Masjid hasil kerja keras Al-Mahdi mampu bertahan selama 810 tahun,
sejak tahun 785 M sampai tahun 1571 M.
Bahkan beberapa tiangnya di bagian selatan masjid masih tegak berdiri
sampai sekarang, lengkap dengan ornamen dan tulisan kaligrafinya.
Pada masa Al-Mu'tadhid
Billah al-Abbasiy (897 M) dan Al-Muqtadir billah al-Abbasiy (918 M)
diadakan perluasan bangunan Masjid.
Pada masa sultan Sulaiman
Al-Qanuni al-Usmaniy (979 H / 1571 M), bangunan Masjid bagian timur
mengalami keretakan. Beliau akhirnya memerintahkan untuk merenovasi secara
total bagian tiang dan tembok Masjid yang retak. Usahanya ini selesai pada masa
anaknya, sultan Murad (984 H / 1576 M). Pada periode ini tidak ada
perluasan Masjid.
Masjidil Haram dulu sebelum perluasan Saudi
Perluasan Saudi I. Sejak tahun 1948, Raja Abdul Aziz memerintahkan
memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, lalu diadakan survey dan
perencanaan sampai beliau wafat 1953 M, dan pengerjaannya dimulai pada masa
Raja Sa'ud bin Abdul Aziz tahun 1955 M oleh kontraktor Ben Laden,
dengan melibatkan 55 ribu tenaga ahli dan kasar selama 20 tahun, dengan menelan
biaya 1 milyar Riyal.
Perluasan Saudi II.
Kondisi perluasan Masjidil Haram
dan pengadaan fasilitas pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz sebagai
berikut:
1. Melengkapinya dengan ubin marmer,
sistem pengeras suara dan pencahayaan, serta distribusi air minum zamzam.
2. Antara tahun 1988 - 1993 M, menambah
bangunan 4 lantai antara Babul Umrah dan Babul Malik Abdul Aziz
dengan luas 76.000 m2 (setiap lantai seluas 19.000 meter persegi), meliputi
lantai bawah tanah, lantai dasar, lantai atas dan lantai atap. Jumlah tiang
setiap lantainya 530 buah, di bagian bawahnya dilengkapi AC.
3.
Di sekeliling Masjid dibuatkan halaman
dengan lantai marmer dingin bergaris untuk shaf shalat.
4. Mendirikan 9 buah menara setinggi 89
meter. 8 menara berada di pintu masuk utama, seperti Babul Malik Abdul Aziz,
Babul fath, Babul Umrah, Babul Malik Fahd (masing-masing 2 buah), dan satu
buah di samping Shofa.
5.
Pengadaan 7 buah tangga elektronik
(lift) di tiap sudut Masjid untuk melayani
jamaah yang ingin shalat di lantai atas dan atap. Tiap lift dapat
menampung 1500 orang per jam.
6.
Sentral Pendingin Udara (AC) berada di
gedung 6 lantai di jalan Ajyad, 600 meter dari Masjid. Dari gedung ini udara dingin disalurkan lewat
terowongan ke satuan pendingin di bagian bawah tiang-tiang Masjid.
7. Bangunan toilet dan tempat wudhu 2
lantai di bawah tanah, berlapiskan marmer, dilengkapi peralatan modern dan
kamar ganti pakaian, terletak di depan
halaman Babul Malik Abdul Aziz, di depan halaman Marwa, dan di dekat
Pasar Seng. Untuk lelaki dan perempuan dibuat terpisah.
8.
Dibuatkan terowongan bawah tanah untuk
saluran dan penampungan air sewaktu terjadi banjir di lokasi Masjid, dengan
mesin pompa / peralatan modern
9.
Membuat jalan terowongan bawah tanah di
sekitar Masjid untuk menghindari kemacetan lalu lintas yang menuju ke Masjid
atau ke daerah sekitar.
Perluasan dan Renovasi besar-besaran Masjidil Haram terus
dilakukan. Raja Abdullah bin Abdul Aziz yang saat ini berkuasa ingin menambah
35% kapasitas Masjidil Haram, sehingga Masjid yang seluas 350.000 meter persegi
ini mampu menampung hingga 2 juta jamaah di dalam dan di luar Masjidil Haram.
Dan diperkirakan setelah renovasi bisa menampung lebih dari 2 juta jamaah.
Sejak tahun 2008, banyak perobahan terjadi di kota Makah. Belasan ribu bangunan hotel, rumah, toko, dan kantor yang terletak di sebelah barat dan utara Masjidil Haram, kini habis diratakan. Beberapa gedung yang saat ini masih tegak berdiri, beberapa tahun lagi menunggu giliran diratakan dengan tanah.
Mas'a dulu, 10 m x 2 = 20 m Mas'a sekarang, 20 m x 2 = 40 m
Pemerintah Arab Saudi akan memperluas halaman masjid, membangun tempat parkir, dan membuat lokasi sa’i baru antara Bukit Shafa dan Marwah yang tadinya selebar 20 meter menjadi 40 meter, sehingga sempat menjadi perselisihan faham di kalangan ulama tentang sah atau tidaknya bersa’i di lokasi yang baru.
Kondisi pelataran thawaf saat ini (2012-2013) penuh dengan orang thawaf, seolah-olah tak mampu menampungnya. Namun untuk menambah kapasitas tempat tawaf, terutama untuk menghadapi musim haji 2013, dibuat area tawaf sementara yang mirip "cincin" besar yang melingkari Ka'bah. Area ini dibangun dengan sistem knock down sebanyak dua lantai yang akan dimanfaatkan selama renovasi.
Shalat tarawih Ramadhan 1434 H/2013 M di Masjidil Haram |
Bahkan beberapa tahun ke depan, kota Makah dengan Masjidil Haram sebagai pusatnya akan dipersiapan sebagai kota “futuristik”. Masjidil Haram, terutama di atas pelataran Ka’bah dan seluruh area thowaf akan dipayungi dengan payung-payung elektrik raksasa, sehingga jamaah yang sedang thowaf tidak lagi tersengat sinar matahari ketika melakukan thowaf di siang hari. Demikian pula bangunan rumah, hotel, pertokoan, perkantoran dan lain-lain ditata sedemikian rupa sehinga benar-benar menjadi kota modern dan futuristik.
Renovasi ini bukan
hanya dipusatkan di Tanah Haram Makah saja, tetapi terjadi juga di Mina,
Musdalifah, dan Arafah, yang menjadi rangkaian tempat pelaksanaan ibadah haji.
Tempat pelemparan jumrah ditata ulang demi keamanan jamaah haji. Jaringan
transportasi juga akan dibangun mulai seputar Masjidil Haram hingga Arafah,
Muzdalifah, dan Mina dengan “Kereta Listrik”.