Senin, 29 April 2013

PROFIL KOTA MADINAH MUNAWWARAH

Al-Madinatul Munawaroh (disingkat Madinah) merupakan nama salah satu dari dua kota suci umat Islam.
Pada masa Rosululloh dan Khulafaur Rasyidin, kota Madinah merupakan pusat dakwah dan pengajaran Islam, sekaligus menjadi ibukota pemerintahan Islam pertama di dunia. Dari Madinah ini agama Islam memancar ke seluruh semenanjung jazirah Arab, kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Selain Al-Madinatul Munawwarah, kota ini memiliki beberapa nama lain, diantaranya Madinatun Nabi (kota Nabi Muhammad), Madinatur Rosul (kota Rosululloh),Thoyyibah (yang baik, suci), Thobah (yang baik),  dan lain-lain.

Batas-batas Kota Madinah

1.    Daerah antara dua Labah (labatani/lahar). Yang dimaksud dengan Labatani ialah dua harrah (harratani/dua kawasan berbatu hitam); yaitu, Bagian Timur yang dahulu dikenal dengan nama Harrah Waqim, dan di Bagian Barat yang dahulu dikenal dengan Harrah Wabarah.
2.    Pengharaman daerah antara dua kawasan berbatu hitam dan tiga lembah, yaitu jama' Tadharu`, jama' Ummu Khalid dan jama' Aqil atau Aqir, yaitu pegunungan yang membentang dari lembah Aqiq sebelah Barat sampai ke sumur Urwah (dekat Universitas Islam Madinah).
3.    Pengharaman daerah antara Tsur dan Ir.
* Tsur adalah bukit kecil yang terletak di belakang gunung Uhud, berwarna merah. Di belakang bukit ini sekarang terdapat jalan ke arah Pelabuhan Udara.
* Ir adalah gunung hitam yang besar yang mengarah ke Barat Daya dari Zulhulaifah (Bir Ali). Pada lereng sebelah Baratnya melintas jalan Hijrah yang merupakan jalur cepat.


Kondisi Georafis dan Cuaca Kota Madinah
Madinah yang berjarak 498 dari arah utara kota Makkah ini tanahnya terkenal subur dan banyak terdapat sumber-sumber air. Tidak seperti tanah Makkah yang sebagian besar berupa bebatuan gunung dan kondisinya benar-benar gersang. Karena kesuburan tanahnya ini, di Madinah terdapat banyak areal pertanian dan perkebunan.
Kondisi cuaca di Madinah sama seperti cuaca di Arab Saudi pada umumnya yang selalu berubah berdasarkan musim. (Lihat kondisi cuaca kota Makkah di muka).  Bila dibanding dengan Makkah, udara kota Madinah lebih enak dan sejuk.

Sejarah kota Al-Madinah Al-Munawwarah
Masyarakat Madinah sebelum Islam. Kota Madinah sebelum peristiwa hijrah disebut Yatsrib. Sebelum Islam datang, kota ini dihuni oleh dua bangsa, yakni bangsa Arab dan Yahudi.
Bangsa Arab yang tinggal di Yasrib terdiri dari penduduk setempat (badui) dan pendatang dari Yaman pasca jebolnya bendungan Ma'rib. Arab pendatang ini lalu membentuk dua kabilah : Aus dan Khazraj, yang sering bentrok dan bertikai hanya karena masalah sepele. Permusuhan ini semakin diperparah dengan hasutan dan adu domba (devide et empire) bangsa Yahudi yang sangat berambisi untuk menguasai kehidupan politik dan ekonomi masyarakat Yasrib. 
      Sedangkan Yahudi Yasrib berasal dari Palestina yang sengaja eksodus (pindah) ke Yasrib pada tahun 70 masehi untuk menyelamatkan diri dan agamanya dari pembunuhan dan usaha kristenisasi oleh kaum nasrani, sebagai balasan atas sikap bangsa yahudi yang sangat kasar terhadap Nabi Isa dan Siti Maryam. Bahkan bangsa Yahudilah yang mendorong tentara Romawi Bizantium mengejar, membunuh dan menyalib nabi Isa al-Masih. Di kota Yasrib ini, bangsa yahudi terkelompok menjadi tiga kabilah besar, yakni kabilah bani Nadhir, bani Quraidhah dan bani Qoinuqo'.
Bangsa Yahudi Yasrib sangat giat berusaha dengan berbagai cara untuk menguasai perekonomian Yasrib. Sampai pada suatu saat, bangsa Yahudi yang minoritas ini merasa khawatir kedudukan perekonomiannya disaingi oleh kabilah arab yang menjadi penduduk mayoritas. Untuk itu, mereka mengadu domba kabilah-kabilah arab yang sebelumnya sudah ada bibit-bibit permusuhan, terutama kabilah Aus dan Khozraj, sehingga mereka sibuk dengan peperangan dan lupa dengan urusan ekonomi dan perdagangannya. Dalam jangka waktu yang panjang, bangsa Yahudi berhasil menguasai perekonomian, sehingga kedudukan mereka di Yasrib semakin kuat dan mapan.
Permusuhan antara kabilah Aus dan Khazraj berlangsung sangat lama. Beberapa tahun sebelum Rasulullah hijrah ke kota Yasrib, kedua kabilah ini berada pada puncak ketagangan, sampai terjadi peperangan hebat, yang disebut perang "Buwath". Sangat beruntung, beberapa tokoh dari kedua pihak berhasil menyadarkan mereka tentang betapa pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan sesama bangsa arab, daripada berdampingan dengan bangsa Yahudi yang suka mengadu domba mereka.
Agama dan Keyakinan Penduduk Yasrib. Masyarakat Yahudi beragama Yahudi dan masyarakat mayoritas (bangsa arab) beragama paganisme (penyembah berhala). Hanya saja, karena di Yasrib tidak ada pusat peribadatan semacam Ka'bah, kaum paganis Madinah ini setiap tahunnya datang ke Makkah untuk mengikuti upacara tradisional haji, sekaligus bertujuan mencari dukungan politik dari suku Quraisy untuk mengalahkan bangsa Yahudi.
Namun dalam menyambut kedatangan agama Islam yang sudah muncul di Makkah, sikap dan kondisi keberagamaan bangsa Arab Yasrib masih lebih baik daripada arab Makkah. Kalau arab jahiliyah Makkah sangat memusuhi dakwah Islam. Sedangkan Arab Yasrib sangat toleran dan tidak memusuhi, bahkan lebih cepat menerima dakwah Islam. Hal ini disebabkan karena:
1. Arab Yasrib hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Mereka sering berdialog atau mendengar dari bangsa Yahudi tentang kebaikan agama tauhid (monotheisme) dan tercelanya agama paganisme (agama berhala), serta mendengar kabar tentang akan datangnya Nabi akhir jaman yang akan menghancurkan agama paganisme.
2. Peperangan yang berkepanjangan terutama antara kabilah Aus dan Khazraj membuat mereka menaruh harapan besar terhadap seorang tokoh seperti yang diceritakan orang Yahudi, yang mampu mempersatukan mereka dan mampu membuat kehidupan mereka tentram, damai dan lebih berkualitas daripada orang-orang Yahudi.
Pada tahun ke-11 masa kenabian (620 M), saat berhaji di Makkah, beberapa orang Arab Yasrib menyaksikan beliau di daerah Aqobah (Mina) yang giat mendakwahkan kenabiaannya dan mengajak mereka agar meng-Esakan Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Hal ini membuat mereka saling bertanya dan menerka-nerka, barangkali dia (Muhammad) inilah yang sering diceritakan oleh orang Yahudi itu sebagai Nabi Akhir Zaman. Sepulangnya dari haji, peristiwa ini diceritakan kepada penduduk Madinah.
Bai'atul Aqobah. Pada tahun ke-12 masa kenabian (621 M), saat menghadiri musim haji, 12 orang kabilah Khazraj bertemu dengan Nabi di Aqobah, lalu masuk Islam dan mengucapkan bai'at atau ikrar yang  isinya : 1) tidak menyekutukan Allah, 2) tidak mencuri,  3) tidak berzina,  4) tidak membunuh anak-anak,  5) tidak menghasud dan memfitnah,  6) tidak mendurhakai beliau. 
Beliau kemudian mengutus sahabat Mush'ab bin Umair ke Yasrib untuk mengajari mereka tentang agama Islam. Perilaku Mush'ab yang terpuji membuat banyak penduduk Yasrib tertarik memeluk agama Islam. Mereka rindu bertemu dengan Nabi Muhammad.
Pada tahun ke-13 masa kenabian (622 M), saat musim haji, semakin banyak orang Yasrib yang ikut ke Makkah. Tidak kurang dari 75 orang (73 lelaki dan 2 wanita). Mereka menemui Nabi di Aqobah, lalu masuk Islam dan meminta beliau bersedia pindah (hijrah) ke Yasrib.
Untuk menanggapi keseriusan permohonan mereka, Nabi lalu membai'at mereka, yang isinya  mereka berikrar akan membela mati-matian dan melindungi keselamatan diri beliau dan agama Islam dari gangguan siapapun. Pernyataan Sumpah setia atau ikrar ini terkenal dengan sebutan "Bai'atul Aqobah Kedua". 

 Masjid Ba'ah di Mina

Berhijrah ke Madinah. Pasca Bai'atul Aqabah Kedua ini, masyarakat Yasrib semakin antusias dan rindu dengan kehadiran Nabi. Setelah melihat pertanda baik perkembangan Islam di Yasrib, beliau mendorong para sahabat agar berhijrah ke Yasrib, dengan harapan agar kehidupan mereka dan agama Islam lebih baik, serta jauh dari gangguang kafir quraisy. Kemudian mereka berhijrah ke Madinah secara bergelombang.
Beberapa faktor yang mendorong Nabi memilih kota Yasrib/Madinah sebagai tempat hijrah antara lain :
1).  Yasrib adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
2).  Sebelum menjadi Nabi, beliau berhubungan baik dengan penduduk Yasrib, karena kakek beliau (Abdul Muthalib) memiliki seorang isteri dari Yasrib.
3).  Penduduk Yasrib dikenal berakhlak mulia dan memiliki sifat lemah lembut.
4).  Beliau memiliki kerabat di Yasrib, yakni Bani Najjar.
5).  Penduduk Yasrib lebih cepat menerima Islam dan sanggup membela mati-matian
6. Bagi Nabi sendiri, berhijrah ke Yasrib merupakan perintah Allah.
Rosululloh sampai di Madinah. Setelah mengarungi lautan padang pasir yang sangat luas dan panas, Nabi yang ditemani Abu Bakar tiba di desa Quba', yakni suatu desa kira-kira 10 km dari kota Madinah pada hari senin tanggal 8 Rabi'ul Awwal tahun 1 hijriyah (20 september 622 M). Beliau menginap selama empat hari. Di desa ini beliau mendirikan masjid yang pertama kali dalam sejarah Islam, yakni "Masjid Quba". Di desa Quba ini pula Sayyidina Ali bin Abi Thalib berhasil menyusul Nabi setelah barang-barang titipan kafir Quraisy (yang dititipkan kepada Rosululloh) dikembalikan Ali kepada pemiliknya di Makkah.
Sambutan hangat masyarakat Madinah. Kerinduan penduduk Yasrib kepada Nabi benar-benar memuncak setelah terdengar berita hijrahnya. Setiap hari mereka pergi ke perbatasan kota untuk mencari tahu. Tepat pada hari jum'at tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 1 haijriyah (24 September 622 M) Rosululloh, Abu Bakar dan Ali memasuki wilayah perbatasan kota. Segeralah mereka memberitahukan kepada penduduk kota, sehingga hampir seluruh penduduk kota Yasrib mulai dari anak-anak, kaum wanita, para budak, para pemuda sampai orang-orang tua, baik yang muslim maupun yang non-muslim, mereka berduyun-duyun menyambut Nabi secara meriah di wilayah perbatasan kota. Berbagai pujian dan syair "Thola'al Badru 'alaina, min Tsaniyyatil Wada…" mereka dendangkan bersama, lengkap dengan iringan musik rebana dan tarian tradisional.
Para Tokoh masyarakat berlomba-lomba menawarkan kesanggupannya untuk melindungi dan menawarkan tempat tinggal dengan segala fasilitasnya. Namun beliau lebih memilih membeli sebidang tanah milik dua anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail bin 'Amr untuk bangunan masjid dan calon rumah beliau. Sambil menunggu berdirinya masjid dan rumah, beliau menginap di rumah tokoh Madinah, Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari.

Peta posisi Masjid Nabawi di tengah kota Al-Madinah Al-Munawwarah:


Setelah tinggal beberapa hari, beliau lalu mengganti nama kota Yasrib menjadi "Al-Madinatul Munawwarah", yang berarti kota yang bercahaya. Karena dari kota ini agama Islam memancarkan cahaya iman yang menerangi dunia.
Langkah-langkah strategis yang beliau lakukan setelah menetap di Madinah Al-Munawwarah untuk mendukung kesuksesan tegaknya risalah Islam adalah :
a.   Mendirikan Masjid, sebagai sarana membina hubungan manusia dengan Allah, dan antar manusia. Mula-mula mendirikan masjid Quba’, lalu masjid Nabawi Madinah
b. Memperkokoh hubungan intern umat Islam (ukhuwwah Islamiyah), dengan cara mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor, sehingga terjadilah takaful ijtima’i (jaminan sosial, solidaritas, sepenanggungan, saling tolong-menolong). Persaudaraan yang dibangun Rasululah SAW adalah berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan kesukuan yang berjalan sebelum itu. Melalui semangat itu, Rasulullah SAW berhasil membangun kota Madinah dalam sebuah entitas yang penuh kedamaian, keamanan, adil dan sejahtera, padahal sebelumnya telah terjadi konflik sangat sengit yang berlangsung sejak lama (sekira 120 tahun) antara dua suku (qabilah) besar, yaitu Aus dan Khazraj.
c. Menyusun perjanjian (dustur) dengan ditandatanganinya Piagam Madinah sebagai regulasi tata kehidupan yang plural, baik antara kaum muslimin (Muhajirin dan Anshar) di satu pihak, maupun antara kaum muslimin dengan umat-umat lainnya (termasuk Yahudi) di pihak lain yang menjelaskan berbagai hak dan kewajiban sebagai warga negara. Mengatur hubungan antar umat beragama (muslim dan Non Muslim) didalam sebuah Negara Islam Madinah.
 Terbentuknya Negara Madinah. Untuk menciptakan kehidupan masyarakat Madinah yang bersatu, aman, tentram, damai dan sejehtera, serta bebas dari berbagai gangguan, baik yang datang dari dalam maupun luar Madinah, maka beliau e menerapkan langkah strategis : menjalin hubungan dengan masyarakat non-muslim di Madinah, terutama dengan kaum Yahudi.
Mereka diajak berkumpul dan berunding dalam rangka merumuskan perjanjian dan kesepakatan bersama untuk dapat hidup berdampingan secara damai. Kesepakatan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk  "undang-undang" yang lebih dikenal dengan Piagam Madinah pada tahun ke-2 hijriyah (623 M).
Diantara pokok-pokok isi Piagam Madinah adalah :
1. Kaum muslimin dan kaum Yahudi sebagai penduduk Madinah harus hidup ber dampingan secara damai, tidak saling bermusuhan.
2. Kaum muslimin dan Yahudi bebas memeluk dan menjalankan ibadah agamanya.
3. Jika salah satu pihak diserang musuh dari luar, maka pihak yang lain wajib membantu pihak yang diserang.
4. Kaum muslimin dan kaum Yahudi harus saling nasehat-menasehati dan tolong menolong dalam rangka menjalankan kebaikan demi kepentingan bersama.
5. Muhammad Rosululloh adalah pemimpin umum masyarakat Madinah. Jika terjadi perselisihan antara kaum muslimin dan kaum Yahudi atau antar anggota masyarakat, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada beliau selaku pemimpin tertinggi.
Piagam Madinah merupakan bentuk Proklamasi berdirinya sebuah negara modern,  Negara Madinah yang demokratis yang menjamin kebebasan beragama bagi warganya, dengan menjadikan Nabi Muhammad sebagai “Kepala Negara”. 
Sepeninggal Rosululloh, kepemimpinan Negara Madinah dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khotthob, Usman bin 'Affan dan Ali bin Abu Tholib. Setelah masa Khulafaur Rasyidin itu, bentuk Negara Islam bukan lagi negara demokratis, akan tetapi berbentuk Monarki (kerajaan) dan kota Al-Madinah Al-Munawwarah tidak lagi dijadikan sebagai Ibukotanya.    

Tidak ada komentar: