Muhammad bin Abdul Wahhab, Pendiri sekte Wahhabiyah
Posisi syaikh Abdul Wahhab dalam persoalan ini sangat
penting. Sebagian besar orang yang mengaku dan dan mengklaim dirinya sebagai
pengikut beliau terkadang memandangnya secara salah, lalu dengan
mengatasnamakan beliau mereka seenaknya melontarkan tuduhan kafir kepada setiap
orang yang menyalahi atau menolak metode dan sistim pemikiran mereka. Demikian
inilah syaikh Abdul Wahhab – pelatak dasar-dasar madzhab Wahhabiyah –
yang sangat menolak setiap lontaran kejengkelan dan fitnah yang diatasnamakan
beliau, kemudian beliau menyanggahnya dalam “Risalah”-nya yang khusus ditulis dan ditujukan kepada orang-orang yang lemah
pikirannya tersebut.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan, “Tidak perlu
disembunyikan kepada kalian, bahwa aku pernah menerima surat dari Sulaiman bin
Sahim, sebagaimana yang pernah aku sampaikan kepada kalian dan telah dibenarkan
oleh sebagian lembaga keilmuan. Allah swt mengetahui bahwa seseorang telah
merekayasa sesuatu persoalan atas namaku, padahal aku belum pernah
mengatakannya, lagi pula sebagian persoalan tersebut belum pernah terbayangkan
sebelumnya dalam angan-anganku. Di antara rekayasanya: Aku dituduh mendustakan
danmenolak kitab-kitab para ulama dari kalangan madzhab empat;
aku dibilangnya pernah mengatakan bahwa kaum muslimin sejak enam ratus tahun
yang lalu tidak bermadzhab atau tidak berdiri di atas suatu madzhab tertentu;
aku dikatakannya telah mengaku-aku berijtihad sendiri dan keluar dari belenggu
taqlid; aku dituduhnya pernah mengatakan bahwa sesungguhnya perbedaan pendapat
di kalangan para ulama dapat menyebabkan datangnya kemarahan Tuhan; aku
dibilang telah mengkafirkan orang yang bertawassul kepada para
auliya’us-shalihin; aku dibilangnya telah mengkafirkan syaikh Al-Busyiri
lantaran ucapannya “Ya Akromal Khalqi…” (Wahai makhluk yang termulia…,
yakni diriNabi Muhammad saw );aku dibilangnya
pernah mengatakan bahwa ‘sekiranya mampu merobohkan Qubbatul Khadhra’
(Kubah Hijau) di masjid Nabawi, tentu sudah aku robohkan. Dan sekiranya nampu
menguasai Ka’bah, tentu akan aku ambil talang emas-nya lalu aku ganti
dengan talang kayu”;aku dituduh
mengharamkan orang menziarahi makam Rasulullah sawdan menolak menziarahi makamkedua orang tuaku serta makam kaum muslimin
lainnya; aku dibilang telah mengkafirkan orang yang bersumpah dengan memakai
nama selain Allah; aku dibilang mengkafirkan syaikh Ibnu al-Farid dan Ibnu
Araby; aku dikatakan telah membakar kitab Dala-ilul khairat dan kitab Raudh
al-Rayahin, lalu aku ganti dengan judul Raudh asy-Syayathin. Kesmua
tuduhan dan rekayasa mereka tersebut hanya aku tanggapi denganucapan : Sub-haanaka
haadzaa buhtaanun ‘azhiim, Maha Suci Engkau Ya Allah,
ini dusta besar” (QS An-Nur, [24] : 16)
Jauh sebelum itu, pernah ada orang yang membuat-buat
kedustaan terhadap diri pribadi Rasulullah saw, bahwa beliau dikatakan orang
pernah mencaci maki Nabi Isa as dan kaum shalihin jaman dahulu. Hati mereka
benar-benar penuh dengan kebohongan dan kedustaan. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya
yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”. (QS An-Nahl, [16]
: 105 ).
Mereka melontarkan tuduhan bahwa beliau saw pernah
mengatakan, “Sesungguhnya para malaikat, Nabi Isa as dan Nabi Uzair
berada di neraka”, kemudian Allah swtmenurunkan ayat :
“Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka
ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka” (QS Al-Anbiya’, [21] : 101).
Syaikh as-Suwaid, seorang ulama di Irak, pernah berkirim
surat kepada syaikh Muhamad bin Abdul Wahhab untuk menanyakan tentang
desas-desus mengenai diri beliau. Kemudian beliau menanggapi suratnya dengan Risalah berikut ini :
“Sesungguhnya orang yang berfikiran waras seharusnya merasa
malu menyiar-nyiarkan suatu kebohongan seperti yang kalian ceritakan, yaitu
bahwa aku dituduh orang-orang pernah mengkafirkan kaum muslimin selain yang
menjadi pengikutku. Aneh sekali ! Bagaimana hal ini bisa dicerna oleh akal
orang yang waras? Apakah pantas tuduhan tersebut dilontarkan oleh seorang muslim
?Contohnya lagi, bahwa aku dibilangnya
pernah mengatakan, “Sekiranya aku mampu merobohkan Qubbatul khadhra’
(Kubah Hijau) di masjid Nabawi, tentu sudah aku robohkan”; aku dituduhnya
melarang membaca kitab Dala-ilul Khairat; aku dibilangnya pernah melarang
membaca shalawat Nabi yang disusun dalam bentuk syi-ir atau nazham yang
ditulis oleh para ulama; dan tuduhan lainnya yang semisal. Semuanya itu adalah
rekayasa dan kebohongan belaka. Sebagai seorang muslim, tidak boleh menyangka…/tidak
boleh ada persangkaan, bahwa di dalam hatinya terdapat sesuatu yang lebih
terhormat daripada Kitabullah, Al-Qur’an”.
Pada halaman 64 dari isi Risalah-nya, Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab mengungkapkan, “Apa yang anda katakan tentang diriku,
yaitu bahwa diriku pernah mengkafirkan orang yang bertawassul kepada kaum shalihin;
mengkafirkan Al-Busyiry; melarang berziarah ke makam Rasulullah saw dan ke
makam kedua orang tua serta makam kaum muslimin lainnya; mengkafirkan orang
yang bersumpah dengan nama selain Allah swt, dan lain-lain, kesemuanya itu
hanya aku komentari dengan ucapan: Sub-haanaka haadzaa buhtaanun ‘azhiim
(QS An-Nur [24] : 16), Maha Suci Engkau, Ya Allah.Ini dusta besar”.