Oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki |
Rasulullah
saw bersabda :
لاَ تُـطْـرُونِـيْ
كَـمَا أطْـرَتْ النّـصَارَى عِـيْسَى ابْنَ مَـرْيَـمَ
“Jangan kau kultuskan aku,
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum nasrani kepada Nabi Isa bin Maryam”
Sebagian orang memahami sabda Rasulullah saw di atas
sebagai bentuk larangan untuk memuji, memuliakan dan menyanjung Rasulullah saw.
Penghormatan seperti itu mereka anggap sebagai wujud pengkultusan,
pendewa-dewaan atau penyanjungan secara berlebihan, yang dapat menyebabkan
pelakunya terjerumus kedalam jurang
kesyirikan. Demikian pula sikap meninggikan, mengagungkan dan memberi
sifat kepada Rasulullah saw dengan sifat-sifat istimewa melebihi yang lain,
mereka anggap sebagai perbuatan Bid’ah dan menyalahi Sunnah Nabi.
Pemahaman semacam itu tidak proporsional dan tidak
sepantasnya mereka lakukan, bahkan menunjukkan kekerdilan pandangan mereka.
Karena yang dilarang Rasulullah saw didalam sabdanya di atas adalah
pengkultusan dan pendewa-dewaan seperti yang dilakukan kaum Nasrani kepada Nabi
Isa bin Maryam, yakni mengkultuskannya sebagai Putra Allah. Dengan kata
lain, orang yang mengkultuskan Rasulullah saw dan memberinya dengan sifat-sifat
tertentu sama seperti yang dilakukan kaum Nasrani kepada Nabi Isa as, berarti
ia sama dengan mereka. Sikap dan tindakan itulah yang sebenarnya dilarang
Rasulullah saw.
Mengenai orang yang
memuji, menyanjung dan memberi sifat-sifat yang tidak keluar dari hakekat kemanussian
kepada Rasulullah saw, disertai dengan suatu keyakinan bahwa beliau adalah
seorang hamba dan utusan Allah swt, serta jauh dari pemahaman
akidah kaum Nasrani, maka hal semacam itu boleh-boleh saja dilakukan, dan
bahkan menunjukkan kesempurnaan
ketauhidannya.
Allah swt menyatakan sanjungan-Nya kepada Rasulullah saw :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ(4)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam,[68] : 4)
Allah swt memerintahkan agar bersikap sopan kepada
Rasulullah saw sewaktu berbicara dan menjawan pertanyaannya :
(1)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَرْفَعُوا
أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ
كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا
تَشْعُرُونَ(2)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap
sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak
menyadari.” (QS Al-Hujurat [ ]: 2)
Allah swt melarang kita memperlakukan Rasulullah saw
seperti layaknya memperlakukan seorang teman, atau memanggilnya seperti
layaknya memanggil sesama teman :
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ
بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu
seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)” (QS An-Nur,[24] : 63).
Para sahabat sangat memuliakan dan memuji Rasulullah saw
sebagaimana yang mereka nyatakan didalam bait-bait syairnya, misalnya yang
dilakukan oleh Hissan bin Tsabit, Shafiyyah binti Abdulmutthalib, Ka’ab bin
Zuhair, dan lain-lain. Bahkan Rasulullah saw sendiri pun pernah memuji dirinya
dalam beberapa sabdanya, seperti :
أنَـا خَـيْرُ أصْحَابِ الـيَمِـيْنِ
“Aku adalah sebaik-baik golongan
kanan”
أنَـا خَـيْرُ السَّـا بِـقِيْنَ
“Aku adalah sebaik-baik orang yang
terdahulu (masuk surga)”.
أنَا أتْـقَى وَلَدِ أدَمَ وَ أكْـرَمُهُمْ عَلَى اللّـهِ, وَ
لاَ فَخْـرَ
“Aku adalah orang yang paling bertakwa
dari sekalian manusia dan paling mulia di antara mereka di sisi Allah swt.
Tiada kebanggaan sedikit pun” (HR At-Thabrany dan Al-Baihaqy)
أنَـا أكْـرَمُ الاَوَّلِـيْنَ وَ الآخِـرِيْنَ وَ لاَ
فَـخْرَ
“Aku adalah yang termulia dari sekalian
orang-orang terdahulu dan yang terkemudian. Tiada kebanggaan sedikit pun” (HR
At-Thabrany dan Ad-Darimy).
Malaikat Jibril pernah mengatakan: “Selama bolak balik
berkeliling dunia, mulai dari ujung timur sampai ujung barat, aku belum pernah
melihat seseorang yang lebih mulia melebihi kemuliaan Muhammad dan belum pernah
melihat anak keturunan seorang manusia yang lebih utama melebihi keturunan Bani
Hasyim”. (HR Al-Baihaqy dan Abu Na’im, dari Aisyah)
Dalam riwayat Abu
Sa’id dituturkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : “Aku adalah Sayyid
(junjungan, pemuka) anak keturunan Adam pada hari kiamat nanti. Dan di tanganku
lah panji pujian. Ini bukan kebanggaan. Tiada seorang Nabi pun, melainkan
mereka berada didalam panjiku. Akulah orang yang pertama kali menghirup udara
bumi”.
Rasulullah saw bersabda : “Aku adalah orang yang paling
mulia dari sekalian manusia di hadapan Allah swt. Seribu pelayan
mengelilingiku. Mereka bagaikan mutiara yang berserakan”. (HR At-Tirmidzy
dan Ad-Darimy).
_________________________________________________
*) Sumber : Diambil dari salah satu bagian
dari kitab :
|
|
Judul Asli
|
: مفـاهـيم يجب أن تـصحح
|
Penulis
|
: Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi
Al-Maliki
|
Alih Bahasa
|
: Achmad Suchaimi
|
Judul
Terjemahan
|
: Pemahaman Yang Perlu Diluruskan
(PYPD)
|