________________________________________________
Penulis : DR. Sayyid Muhammad Alawi Al-Malikiy *)
Banyak sekali generasi muda
muslim yang tidak mengetahui apa itu madzhab “Al-Asy’ariyah” dalam bidang aqidah. Mereka tidak mengenal
siapa saja para ulama yang bermadzhab Asy’ariyah dalam bertauhid dan bagaimana
metode yang dipakai para ulama bermadzhab Asy’ariyah dalam merumuskan ajaran
Akidah Islamiyah. Bahkan sebagian mereka ada yang memandang madzhab Asy’ariyah
sebagai madzhab yang sesat, tidak mengakui adanya sifat-sifat Allah swt dan
dipandang telah keluar dari rel agama Islam.
Ketidaktahuan mereka terhadap
hakekat madzhab Asy’ariyah inilah yang menjadi salah satu sarana
terpecahbelahnya persatuan dan kesatuan golongan Ahlussunnah wal Jamaah. Sampai-sampai orang yang
bodoh mengira bahwa madzhab Asy’ariyah adalah termasuk sekte sesat. Kami tidak
tahu, bagaimana mungkin mereka menyandingkan antara ahli iman dan ahli
kesesatan. Bagaimana ia bisa menganggap sama antara golongan Ahlussunnah
dengan
golongan Mu’tazilah ekstrim yang merupakan perwujudan dari aliran Jahmiyyah
.
Allah swt berfirman :
أَفَنَجْعَلُ
الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ (35) مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (36)
“Apakah
patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang
berdosa ? Mengapa kamu berbuat demikian ? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan
?” (QS Al-Qalam,[68] : 35-36)Al-Asya’irah adalah para ulama yang keilmuannya tersebar luas ke seantero dunia. Orang-orang mengakui tentang keutamaan, kelebihan, keluasan ilmu dan ketaatan mereka dalam menjalankan syariat Islam. Mereka adalah para pakarnya ulama golongan Ahlususunnah di bidang akidah, yang berusaha sekuat tenaga membendung gelombang serangan pemikiran aliran rasionalis Mu’tazilah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar, “Para ulama adalah para penolong ilmu agama. Sedangkan para ulama yang bermadzhab Asy’ariyah adalah para penolong ilmu ushuluddin” (“Al-Fatawa” juz 4) [1]
Fathul Baariy |
1. Syaikhul Islam Ahmad Ibn Hajar al-Asqalany [2], seorang
pakar hadis, penulis kitab “Fathul Bari ala Syarhil
Bukhary”. Beliau bermadzhab Asy’ariyah dalam berakidah. Kitab beliau di
atas tidak mampu ditandingi kehebatannya oleh seorang pun ulama hadis.
Syarah Shahih Muslim |
3. Imam al-Qurthuby [4]: Seorang
pemuka ulama yang ahli di bidang tafsir, yang bermadzhab As’ariyah dalam
berakidah. Di antara karya tulisnya berjudul “Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an”,
berisi tafsir yang sangat terkenal.
Az-Zawajir , |
4. Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitamy [5]: Seorang
ulama besar yang juga bermadzhab Asy’ariyah, penulis kitab “Al-Zawajir
‘aniqtiraf al-Kabaair”.
Al-Bahrul Muhith |
Selain di atas, masih banyak lagi ulama besar lainnya seperti Abu Bakar al-Baqilany, imam Al-Asqalany, imam an-Nasafy, imam asy-Syarbiny, Abu Hayyan al-Nahwy al-Andalusi penulis buku tafsir “Al-Bahrul Muhith”, imam Ibn Jauzy penulis buku “At-Tafshil fi ‘Ulum at-Tanzil”. Dan ulama lainnya. Semuanya itu terkenal sebagai ulama bermadzhab Al-Asy’ariyah.
Jika kita ingin menghitung-hitung jumlah para ulama yang bermadzhab Asy’ariyah dalam bidang akidah, tentu akan mengalami kesulitan, kehabisan waktu dan membutuhkan berjilid-jilid buku untuk dibaca agar dapat mengidentifikasi para ulama asy’ariyah yang keilmuannya tersebar luas memenuhi dunia.
Kebaikan atau keuntungan apa yang sebenarnya dapat kita
peroleh jika menuduh para ulama bermazhab Asy’ariyah yang sangat ahli di
bidangnya dan para Salafusshalih dengan tuduhan bahwa mereka telah melakukan “kesesatan”
dan penyimpangan? Bagaimana mungkin Allah swt akan membuka hati dan
pikiran kita untuk memanfaatkan ilmu-ilmu mereka, jika kita masih tetap menuduh
mereka sebagai orang yang sesat dan menyimpang dari ajaran Islam ?
Perlu kami
tegaskan di sini. Apakah Anda sudah menemukan seorang guru dari sekian ribu,
bahkan sekian juta ulama, sekalipun
mereka yang bergelar Profesor Doktor yang mampu menandingi keilmuan dan
kepakaran semacam Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Asqalany dan Syaikh An-Nawawy,
di mana mereka berdua sangat berjasa dan menghabiskan seluruh waktunya untuk
menjaga, menyebarluaskan dan melestarikan Sunnah Rasulullah saw? Lalu bagaimana kita bisa melontarkan tuduhan Sesat dan Menyimpang kepada
kedua ulama tersebut khususnya, dan seluruh ulama bermadzhab Asy’ariyah lainnya
pada umumnya? Sementara kita sendiri masih tetap membutuhkan uluran ilmu
mereka ? Bagaimana mungkin kita dapat mengambil ilmu dari mereka itu, kalau
mereka kita tuduh telah melakukan kesesatan ?
Benar-benar aneh bin ajaib kita menuduh mereka sesat dan
menyimpang, sementara kita sendiri masih membutuhkan, mengambil,
mengkaji dan mengembangkan ilmu mereka. Ibnu Sirin pernah mengatakan, “Sesungguhnya
ilmu itu adalah agama, maka lihat dan perhatikan, dari siapa Anda
mengambil agama Anda ?!”
Mereka yang sinis kepada ulama Asy’ariyah berkomentar, “Para
ulama Asy’ariyah memang benar telah melakukan ijtihad. Namun dalam ijtihadnya
itu mereka telah melakukan kesalahan dalam menakwilkan sifat-sifat Allah swt”.
Apakah komentar
mereka tersebut dapat diterima oleh akal sehat ? Masuk akalkah bahwa para ulama sekaliber
imam An-Nawawy, Ibnu Hajar al-Asqalany, dan para ulama besar lainnya yang
ilmunya telah diserap kaum muslimin seluruh dunia, bahkan sampai sekarang belum
ada seorang pakar pun yang mampu menandinginya, lalu mereka tuduh telah Sesat
? Mungkinkah komentar miring mereka itu justru mencerminkan bahwa mereka
sendiri lah sebenarnya yang sesat dan menyimpang dari kebenaran ?
Kita benar-benar sangat marah kepada mereka yang gegabah dan tidak secara
jantan melontarkan tuduhan sesat kepada para ulama Ahlussunnah Wal
Jamaah tersebut.
Bila para ulama Asy’ariyah semacam imam an-Nawawy,
al-Qurthuby, al-Asqalany, al-Fahrurrazy, al-Haitamy, Zakaria al-Anshary dan
para tokoh ulama besar lainnya dikatakan bukan termasuk kelompok ulama Ahlussunnah
Wal Jamaah, lalu siapa yang berhak mendapatkan predikat Ahlussunnah wal
Jamaah ?
Kami secara ikhlas benar-benar mengajak kepada seluruh
propagandis, para praktisi dan para tenaga yang bergerak di bidang dakwah
islamiyah agar bertakwa kepada
Allah swt dan berhati-hati dalam melontarkan tuduhan kepada umat Muhammad saw,
khususnya kepada para ulama yang ahli di bidang hadis, tafsir dan fiqih. Oleh
karena ummat Muhammad saw selalu dalam lingkungan kebaikan sampai akhir jaman.
Kita tidak akan terdorong untuk mengenal kemampuan dan keutamaan para ulama
kita yang bermadzhab Asy’ariyah.
__________________________________
*). Sumber : diterjemahkan dari kitab "", karya DR. Sayyud Muhammad Alawi Abbas Al-Maliki
[1]. https://sites.google.com/site/pustakapejaten/ahlus-sunnah-wal-jama-ah/asy-ariyyah
[2]. http://alquran-sunnah.com/kitab/bulughul-maram/source/0.%20Pendahuluan/3.%20Biografi%20al-Hafidh%20Ibnu%20Hajar%20al-Asqalany.htm . http://ustadzkholid.com/bulughul-maram-seri-04-biografi-ibnu-hajar-al-asqalani/. https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/para-imam/imam-ibnu-hajar-al--atsqolani
[3]. https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/para-imam/imam-nawawi . http://www.as-salafiyyah.com/2012/05/imam-nawawi-makan-sedikit-tidur-pun.html.
[4]. imamal-qurtubi.blogspot.com/.../biografi-imam-al-qurthubi-ulama-besar. jacksite.wordpress.com/.../biografi-imam-al-qurthubi-ulama-besar-dari-s
[5]. http://salafytobat.wordpress.com/category/ibn-hajar-haitamy-al-makky-ibn-taymiyah-dan-ibn-qayyim-al-jauziyyah-sesat/ .
[6]. http://tamanulama.blogspot.com/2008/06/syeikh-zakaria-al-anshari-sufi-nan.html.