Selasa, 22 September 2020

Terjemah (1) Kitab AL-'AQOID Imam Hasan Al-Bana : Pendahuluan

 1. Definisi

Aqidah adalah sesuatu perkara yang harus dibenarkan oleh hati Anda dan membuat jiwa Anda menjadi tentram serta menjadikan diri Anda yakin seyakin-yakinnya, tanpa dicampuri oleh perasaan ragu dan bimbang. 

 

2. Tingkatan Keyakinan

Dipandang dari sudut lemah dan kuatnya aqidah, manusia itu bermacam-macam tingkat keyakinannya, sesuai dengan kadar kemantapan hujjah (argumentasi) yang dimilikinya. Untuk lebih kongritnya, perlu kami jelaskan persoalan ini melalui ilustrasi atau contoh sebagai berikut :

Seseorang mendengar informasi adanya negara yang belum pernah ia lihat, misalnya saja negara Yaman, dari orang yang terkenal tidak pernah berbohong, sudah barang tentu ia akan meyakini dan mempercayai keberadaan negara tersebut.

Suatu hari ia mendengar keberadaan negara tersebut dari banyak orang, ia tentu akan semakin percaya dan yakin (bahwa negara itu benar-benar ada), sekalipun ada kemungkinan bahwa ia nantinya akan meragukan kepercayaan dan keyakinannya itu, terutama pada saat ia menemukan syubhat (ketidak jelasan / keraguan) atas kebenaran informasi tersebut. 

Jika ia melihat gambar-gambar foto negara tersebut, ia akan semakin yakin dan percaya terhadap keberadaanya, sehingga kebimbangan dan keragu-raguannya  tidak mampu merubah kekuatan argumentasinya.

Apabila ia diberi kesempatan mengunjungi negara itu dan tampaklah di depan matanya atribut atau tanda-tanda keberadaannya, maka ia akan semakin bertambah yakin dan tidak akan timbul keraguan sama sekali. Terutama pada saat ia turun (dari kendaraannya) dan menyaksikan  secara langsung dengan mata kepalanya sendiri, maka segala keraguan dan kebimbangan tidak akan mungkin datang mempengaruhi keyakinannya itu. Bahkan keyakinannya ini semakin menguat dalam jiwanya, sehingga mustahil ia merubah atau bergeser dari keyakinannya itu, meskipun seluruh masyarakat sepakat ramai-ramai menentangnya. Jika ia kemudian berjalan berkeliling di jalan / lorong-lorong jalan yang ada, dan mempelajari situasai dan kondisi negara tersebut, maka akan semakin bertambah lagi pengalaman dan pengetahuannya. Hal itu tentu saja dapat memperjeas dan menambah keyakinanannya.

Jika Anda sudah mengetahui (menganalisa dan memahami) contoh atau ilustrasi tersebut, maka ketahuilah bahwa di depan aqidah  agama, maka manusia pun juga sepeti itu (berkelas-kelas, macam-macam). Diantara mereka ada menerima aqidah secara talaqqi (apa adanya) dan meyakininya secara adat / tradisi. Pemahaman aqidah model seperti ini sangat ringkih / rawan terserang keraguan jika ia menemui berbagai bentuk syubhat. Diantara mereka ada yang sampai menganalisa dan berfikir, sehingga keimanannya dapat bertambah dan keimanannya semakin kuat. Diantara mereka ada yang melakukan analisa dan perenungan terus-menerus, berusaha mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya, memperbagus amal ibadahnya, maka pada saat itu lampu hidayah Alloh memancar dalam hatinya.erangi hatinya, sehingga ia mampu melihat / menganalisa dengan mata hatinya persoalan apa saja yang dapat menyempurnakan keimanan dan keyakinannya, serta mengokohkan hatinya.

Alloh berfirman :

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَءَاتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Artinya: "Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya." (QS Muhammad,[47] : 17)

Kami kemukakan contoh / ilustrasi tersebut sebenarnya adalah agar Anda dapat meningkat dari tingkat taqlid dalam masalah tauhid ke tingkat menggunakan akal pikiran dalam memahami aqidah Anda, serta agar Anda mampu mentaati Alloh dalam upaya memahami pokok-pokok agama Anda, sehingga Anda sampai pada tingkat para tokoh (ulama, shalihin, auliya') dan naik ke puncak kesempurnaan aqidah..

Mereka benar-benar telah melatih Anda untuk (memahami) sesuatu perkara. Jika Anda orang yang pintar (cerdas), maka cegahlah diri Anda jangan sampai menggembalakan / memelihara (ternak) disetai menerlantarkan.

 

 













3. Penghargaan Islam Terhadap Akal dan Mendorongnya Untuk Memikir dan Menganalisa.

Yang menjadi prinsip-prinsip aqidah Islam, --sebagaimana keseluruhan hukum-hukum syariat – Kitabullah dan Sunnah Rosulullah.

Bersamaan dengan itu, Anda harus tahu bahwa keseluruhan aqidah islam ini dikuatkan oleh akal dan dikukuhkan oleh analisa yang benar. Oleh karena itulah Alloh SWT  memuliakan akal dengan kemampuan bicara, menjadikannya sebagai tempat bergantung (atau syarat terjadinya) pentaklifan, dan menganjurkan/memerintahkannya untuk melakukan penelitian, analisa dan berfikir.

Alloh SWT  berfirman :

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا تُغْنِي اْلآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لاَ يُؤْمِنُونَ

Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS Yunus,[10] : 101)

Alloh SWT  berfirman lagi :

أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ(6) وَاْلأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ(7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ(8) وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ(9) وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ(10) رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ(11)

Artinya: "Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa`atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan." (QS Qaf,[50] : 6-11)

Sementara itu, Alloh SWT juga mencela orang-orang yang tidak mau berfikir dan menganalisa. Firman Alloh :

وَكَأَيِّنْ مِنْ ءَايَةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

Artinya: "Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya." (QS Yusuf,[12] : 105)

Alloh SWT juga menuntut para musuh Islam untuk mengemukakan argumentasi dan bukti, sehingga dalam hal itu semakin jelas kebatilan argume tasi mereka, sebagai bentuk penghargaan terhadap arumentasi dan kemenangan akan hujjah yang nyata.

Disebutkan dalam hadis Nabi, bahwa sahabat Bilal datang untuk adzan subuh, tiba-tiba dilihatnya Rsosululloh menangis, lantas ia menanyakan sebab beliau menangis. Jawab beliau : "Bagaimana engkau ini, hai Bilal? Apa yang mampu mencegahku menangis, sementara Alloh pada malam ini menurunkan ayat  kepadaku :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ ِلأُولِي اْلأَلْبَابِ

Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (QS Ali Imron,[3] : 190)

Kemudian Rosululloh SAW bersabda, "Sungguh celakalah orang yang membacanya, tetapi ia tidak memikirkan / melakukan perenungan isi kandungannya" (HR Abud-Dunya dalam kitab At-Tafakur).

 

Dari situ kita tahu bahwa Islam tidak mencegah / melarang berfikir dan tidak pula memenjarakan akal, akan tetapi membimbingnya sesuai dengan batas kemampuan, menunjukkan kelemahan dari pengetahuannya dan mendorongnya agar tetap berusaha menambah pengetahuan. ….. Sebab …. , kata Alloh SWT :

 وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً

Artinya : "dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" QSAl-Isra''[17] : 85) 


Alloh SWT berfirman :

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Artinya : "... dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."" (QS Thoha : 114)

 

 

4. Pembagian Aqidah Islamiyah

Aqidah Islamiyah terbagi atas 4 bagian pokok, masing-masingnya memiliki cabang-cabang yang banyak .

 

Bagian Pertama: Al-Ilahiyat, Ketuhanan.

Bagian ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan "Diri" Alloh SWT dari sudut Sifat-Nya, Asma'-Nya dan Af'al-Nya, serta berkaitan dengan apa saja yang seharusnya diyakini oleh seorang hamba perihal Tuhan-Nya.

 

Bagian Kedua : An-Nubuwwat, Kenabian.

Bagian ini membahas apa saja yang berkaitan dengan para Nabi  dari segi sifatnya, kemaksumannya, tugasnya, kebutuhan kepada Risalah-nya.  Berkaitan dengan bagian ini, akan dijelaskan pula hal-hal yang terkait dengan persoalan para Wali, kemukjizatan,  karomah dan kitab-kitab samawiy.

 

Bagian Ketiga : Ar-Ruhaniyyat, Keruhanian (Alam Ruh, Alam Malakut).

Bagian ini membahas hal ihwal yang berkaitan dengan "Alam Immateri", seperti alam malaikat, alam jin, dan alam ruh lainnya.

 

Bagian Keempat : As-Sam'iyyat, Bersifat Pendengaran.

Bagian ini membahas hal ihwal yang berkaitan kehidupan Barzakhiyyah (alam kubur) dan kehidupan ukhrowiyyah (alam akhirat), seperti hal ihwal alam kubur, tanda-tanda datangnya kiamat, hari ba'ts (kebangkitan dari alam kubur), padang makhsyar, persoalan hisab (penghitungan amal) dan jaza' (pembalasan amal).

Tidak ada komentar: