Selasa, 22 September 2020

Terjemah (2) Kitab AL-'AQOID Imam Hasan Al-Bana : Dzat dan Asma' Allah

 

BAGIAN PERTAMA : AL-ILAHIYYAT – (KETUHANAN)

 

 1. Dzat Alloh SWT

Ketauhilah saudaraku,  - semoga Alloh SWT menunjuki kita ke jalan yang benar -,  bahwa Dzat Alloh SWT lebih besar dari apa yang digambarkan oleh akal manusia, lebih besar dari apa yang diketahui oleh akal manusia. Karena, betapa pun tinggi dan cerdasnya seseorang, kekuatan dan kemampuan akalnya tetap sangat terbatas.

Berkaitan dengan persoalan itu, kami akan membahasnya secara khusus, Insya Allah, yang mana dari pembahasan ini Anda akan mengetahui keterbatasan akal manusia dalam memahami hakekat segala sesuatu. Akan tetapi, cukuplah kiranya kami mengingatkan Anda, bahwa apa saja yang pernah dicapai oleh akal kita sekarang ini, dari yang besar (luas-sulit) sampai yang kecil (sepele), ternyata sangat berguna untuk mengetahui banyak hal, sementara akal tidak dapat mengetahui hakekatnya.

Sama halnya dengan listrik, magnet dan yang lainnya, merupakan kekuatan yang dapat kita daya gunakan dan kita manfaatkan, sementara kita tidak mengetahui hakekatnya sedikit pun. Seorang tokoh intelektual yang jenius saat ini pun tidak mampu menguraikan (mendatangkan manfaat) tentang hal itu sedikit pun kepada Anda, (lalu berkesimpulan) bahwa mengetahui Dzat (inti isi, esensi) dan hakekat dari segala sesuatu itu sedikit pun tidak ada manfaatnya bagi kita, dan kita cukup mengetahui ciri-ciri /  karakteristiknya yang dapat mendatangkan manfaat pada kita.

Jika seperti ini keadaan kita dalam mengetahui berbagai urusan yang kita sentuh (kita capai) dan rasakan, lalu bagaimana keadaanmu dengan mengetahui Dzat Alloh SWT? Sungguh, sesatlah kaum (ahli kalam, teolog) yang membicarakan tentang "Dzat" Alloh SWT. Perbincangan mereka itulah yang menyebabkan kesesatan mereka, terjadinya fitnah di kalangan mereka dan terjadinya perselisihan pendapat di kalangan mereka. Karena mereka memperbincangkan sesuatu yang tidak mereka ketahui batas-batas-Nya, mereka tidak mampu mengetahui keberadaan (eksistensi)-Nya. Oleh karena itu, Rosululloh SAW melarang memikirkan Dzat Alloh SWT. Sebaliknya beliau SAW memerintahkan untuk memikirkan makhluk-Nya.

 

     Tafakkur Tentang Dzat Alloh SWT

Bersumber dari Ibnu Abbas ra, bahwa suatu kaum bertafakkur (berfikir) tentang Dzat Alloh, lalu Rosululloh SAW bersabda:

تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ وَ لاَ تَفَكَّرُوْا فِي اللهِ, فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدُرُوْا قَدْرَهُ

Artinya: "Bertafakkurlah tentang makhluk ciptaan Alloh SWT dan jangan bertafakkur tentang (Dzat) Alloh SWT, karena kalian tidak akan mampu memperhitungkan kadar-Nya"

Kata al-'Iraqiy, H.R. Abu Na'im dalam kitab Al-Hilyah dengan sanad dho'if. Diriwayatkan Al-Asbahaniy dalam kitab At-Tarhib wat Targhib dengan sanad lebih shahih darinya. Demikian pula diriwayatkan dari Abusy-Syaikh dengan sanad shahih. Singkat kata, hadis ini ber-sanad shahih makna.

Hal tersebut bukan berarti mencegah / membatasi kebebasan berfikir, bukan men-jumud-kan (memandulkan) analisis dan bukan pula menyempitkan ruang gerak akal, akan tetapi  sebagai usaha penjagaan bagi akal agar tidak terjebak kedalam jurang kesesatan dan sebagai usaha menjauhkan akal dari pembahasan-pembahasan yang tidak jelas juntrungnya (tak jelas metode dan sarana berfikir yang benar) dan akal tidak kuat / mampu memikirkannya, sekali pun sehebat apapun akalnya.

Itulah cara dan metode berfikir yang dipraktekkan oleh kaum shalihin dari hamba-hamba Allah yang sangat makrifat (kaum 'arifin) terhadap keagungan Dzat Alloh SWT dan kemuliaan Qudrat-Nya.

Asy-Syibliy  - seorang sufi yang bernama asli Abu Bakar Dalf bin Jahdar As-Syibliy. Dia lahir dan  hidup dewasa di Baghdad, hidup bersahabat dengan Junaid dan kaum sufi di masanya, bermadzhab Malikiy, berusia sampai 87 tahun dan wafat di Baghdad. -  Dia pernah ditanya seseorang tentang Dzat Alloh SWT. Lantas dijawab, "Dia-lah Allah Yang Maha Esa yang sudah dikenal sebelum ada batas-batas (ruang dan waktu, alam semesta) dan sebelum ada huruf".

Pernah dikatakan kepada Abu Zakariya Yahya bin Mu'adz, "Beritahu aku tentang Alloh SWT!". Lantas dia jawab, "Tuhan Yang Esa". Ditanyakan lagi kepadanya, "Bagaimana Dia?", dan dijawabnya, "Dia Raja Diraja Yang Maha Kuasa". Ditanya lagi, "Di mana Dia?". lalu dijawab "Dia selalu mengintai". Komentar si penanya, "Saya tidak menanyakan soal itu". Lantas dijawab oleh Yahya, "Apa saja selain itu merupakan sifat makhluk. sedangkan sifat-Nya adalah apa saja yang aku beritahukan kepada Anda".

Oleh karena itu, batasilah himmah (keinginan) Anda dalam rangka mengetahui keagungan Tuhan Anda dengan cara mentafakkuri makhluk-Nya dan berpegang teguh pada segala konsekwensi sifat-sifat-Nya.











 

 2. Asma'-Asma' Alloh SWT

Sang Maha Pencipta, Alloh SWT, telah memproklamirkan "Diri-Nya" kepada semua makhluk melalui Asma'-asma' dan Sifat-sifat yang sesuai / berkaitan dengan kemahamuliaan-Nya. Seorang mukmin sebaiknya menghafalkan Asma-asma'-Nya tersebut sebagai bentuk tabarruk (ngalap berkah) terhadapnya, sebagai usaha menikmati kelezatan berdzikir, dan sebagai wujud pengagungan terhadap Kemahakuasaan-Nya.

Berikut ini akan dikemukakan ke hadapan Anda sebuah Hadis shahih yang memuat keseluruhan Asma'-asma'-Nya. Sementara sebaik-baik mu'allim (guru pengajar) adalah Hadis Rosululloh SAW, sebaik-baik mursyid dan penunjuk jalan adalah lesan wahyu (sabda Nabi) dan misykat (lampu penerang) kenabian.

Dari Abu Hurairah ra, katanya, bahwa Rosululloh SAW bersabda :

لله تسعة وتسعين اسما, مائة الا واحدا, لا تحفظها احدٌ الا دخل الْجنّة

Artinya :"Allah memiliki Asma' sejumlah 99, yakni 100 kurang satu. Tidak satu pun orang yang menghafalnya, melainkan dia akan masuk surga. Dia itu (berjumlah) ganjil, dan Dia menyukai (hitungan) yang ganjil"(HR Bukhari dan Muslim).

Menurut riwayat imam Bukhari (dengan redaksi), "مَنْ أحصاها..." (Barangsiapa yang menghitungnya .... maka akan masuk surga)". Imam Tirmidzipun juga meriwayatkan hadis ini dengan tambahan (berikut) :

هُو الله الّذي لا إله إلاّ هو الرحـمن الرحيم الْملك القدّوس السلام الْمؤمن الْمهيمن العزيز الْجبّار الْمتكبّر الْخالق البارئ الْمصوّر الغفّار القهّار الوهّاب الرّزّاق الفتّاح العليم القابض الباسط الْخافض الرافع الْمعزّ الْمذلّ السميع البصير الْحكَم العدل اللطيف الْخبير الْحليم العظيم الغفور الشكور العليّ الكبير الْحفيظ الْمقيت الحسيب الْجليل الكريْم الرقيب الْمجيب الواسع الْحكيم الودود الْمجيد الباعث الشّهيد الْحقّ الوكيل القويّ الْمتين الوليّ الْحميد الْمحصي الْمبدئ الْمعيد الْمحيي الْمميت الحيّ القيّوم الواجد الْماجد الواحد الصمد القادر الْمقتدر الْمقدّم الْمؤخّر اْلأوّل الآخر الظاهر الباطن الوالي الْمتعالي البرّ التوّاب الْمنتقم العفوّ الرؤوف مالك الْملك ذوالْجلال والإكرام الْمقسط الْجامع الغنيّ الْمغني الْمانع الضارّ النافع النور الْهادي البديع الباقي الوارث الرشيد الصبور.

 

No

Asmaul Husna

Arti / Makna Kandungan

1

الله

Alloh SWT, Ismudz-Dzat (nama diri Tuhan kita)

2

الرحـمن

Maha Pengasih (kepada semua makhluk di dunia, baik yang beriman / tidak, benda mati/hidup, dll)

* ketenangan jiwa; permintaan mustajab

3

الرحيم

Maha Penyayang (kepada kaum yang beriman di akhirat)

* Daya pikat

4

الْملك

Raja Diraja, Maha menguasai segala sesuatu.

* Peroleh keberkahan/kemanfaatan

5

القدّوس

Maha Suci, bersih dari segala aib/sifat kotor & kurang

* Terhindar dari penyakit (fisik-psikis)  

6

السلام

Sumber Keselamatan, Pemberi  keselamatan

* Selamat dari berbagai bencana

7

الْمؤمن

Membenarkan janjinya pada makhluk, Memberi keamanan / keselamatan makhluk dari siksa-Nya.

* Kebutuhan tercukupi. * Terhindar dari kebohongan

8

الْمهيمن

Maha Memelihara,

*  Mengetahui isi hati / Terbukanya rahasia.

9

العزيز

Maha Mengalahkan, Maha Gagah Perkasa

* Kewibawaan, kemuliaan, disegani lawan

10

الْجبّار

Yang Maha Perkasa dalam rangka terlaksanan-Nya segala perintah-Nya.

* Perkasa, mudah mengalahkan musuh.

11

الْمتكبّر

Maha Luhur, Tinggi, Sombong, Agung.

* Terjaga dari jalan kesesatan

12

الْخالق

Maha Pencipta.

* Berharap sesuatu yang hilang  kembali

13

البارئ

Maha Membebaskan. Maha Membuat / memunculkan segala makhluk bernyawa dari ketiadaan.

* Memiliki kemampuan (dalam segala hal)

14

الْمصوّر

Maha Pembentuk Rupa

* Merubah (dari tak mampu menjadi mampu)

15

الغفّار

Maha Pengampun

* Terampuninya dosa

16

القهّار

Maha Pemaksa, Mengalahkan

* Tak terjerumus kedalam bujuk rayu nafsu / duniawi

17

الوهّاب

Maha Pemberi Karunia

* rizki diperluas

18

الرّزّاق

Maha Pemberi Rizki

* Memudahkan pencarian rizki lahir-batin

19

الفتّاح

Maha Pembuka, Penakluk, Pemberi keputusan

* Terbukanya jalan, cita-cita, problem hidup

20

العليم

Maha Mengetahui

* Mengetahui sesuatu yang rahasia/samar.

21

القابض

Maha Pencabut, Menggenggam / Menyempitkan rizki

* Menyadarkan, kuasai/kendalikan orang zhalim

22

الباسط

Yang Membentangkan / meluaskan rizki

* Kelapangan rizki dan hati dalam bermakrifat

23

الْخافض

Yang Menjatuhkan, merendahkan, menurunkan derajat

* Menyadarkan orang yang zhalim

24

الرافع

Yang meninggikan derajat

* Ketinggian derajat

25

الْمعزّ

Maha Memuliakan, memberi kemuliaan

* Kewibawaan

26

الْمذلّ

Yang Menhinakan, Merendahkan

* Merendahkan orang zhalim

27

السميع

Maha Mendengar

* Terkabulnya doa-permohonan  * Pendengaran tajam

28

البصير

Maha Melihat

* Melihat kesamaran. Awas/waspada,  * Panglimunan

29

الْحكَم

Maha Menetapkan hukum secara Bijaksana

* Cerdas, cepat faham (disertai usaha belajar)

30

العدل

Sangat Adil.

* Miliki sikap adil-bijaksana

31

اللطيف

Maha Halus, Maha Lembut.

* Kesulitan jadi sirna  * Mudahkan segala urusan.

32

الْخبير

Maha Mengenal/Waspada/Tahu segala kabar berita

* Waspada.   * memotifasi orang lain

33

الْحليم

Maha Penyantun (tak lekas marah dlam jatuhkan siksa)

* Mengendalikan kemarahan

34

العظيم

Maha Agung

* Miliki keagungan/kewibawaan,  * usir kesusahan

35

الغفور

Maha Mengampuni

* Meredakan kemarahan orang, * Sukses/kemudahan

36

الشكور

Maha Pembalas, Mensyukuri

* berhati syukur.  * Derajat tinggi 

37

العليّ

Maha Tinggi, Luhur, Bersih dari segala kekurangan

* Wibawa, Disegani

38

الكبير

Maha Besar, Agung

* Miliki keagungan/kewibawaan,  * usir kesusahan

39

الْحفيظ

Maha Pemelihara

* Terjaga/terpelihara dari keburukan

40

الْمقيت

Maha Memberi kekuatan (lahir-batin), Pemberi makan.

* Kuat menahan lapar-haus/kepayahan

41

الحسيب

Maha Menjamin, Mencukupi makhluk-Nya

* Tercukupi kebutuhan hidup

42

الْجليل

Maha Luhur, Agung

* Kewibawaan,  *  pancaran pandangan

43

الكريْم

Maha Dermawan, Maha Mulia

* Perlancar rizki / urusan

44

الرقيب

Maha Meneliti, Mengawasi

* Terjaga perbuatan/gerak-geriknya. * Sikap tenang

45

الْمجيب

Yang Mengabulkan / Mengijabahi segala permohonan

* Segala doa, hajat-permohonan terkabul

46

الواسع

Maha Luas Pemberian-Nya

* Kelancaran, kemudahan, keluasan rizki

47

الْحكيم

Maha Bijaksana

* Peroleh ilmu hikmah/samar

48

الودود

Yang Maha Mencinta, Pengasih

* Dicintai semua makhluk   *Daya pikat

49

الْمجيد

Maha Mulia

* Dimuliakan & dicintai keluarga dan lainnya

50

الباعث

Yang Maha Membangkitkan

* Ketenangan hati,  * dapat ilmu manfaat

51

الشّهيد

Maha Menyaksikan

* Terpelihara dari akhlak yang keterlaluan/buruk

52

الْحقّ

Yang Maha Benar, Nyata wujud-Nya

* Ketahui hakekat/hal-2 yang samar,   * Hati teguh

53

الوكيل

Maha Memelihara, Melindungi, Mengurusi makhluk,

* Dapat jatah rizki min haitsu la yahtasib

53

القويّ

Maha Kuat

*Miliki kekuatan badan,  * Hentikan kedholiman

55

الْمتين

Yang Kokoh, kuat

* Tak miliki kelemahan (fisik-psikis), * Berjiwa besar/kokoh pendirian.

56

الوليّ

Pemelihara, Penolong

* Kedudukan/jabatan tak tergeser

57

الْحميد

Maha Terpuji

* Terpuji, mulia di masyarakat

58

الْمحصي

Maha Menghitung, Maha Memelihara segala sesuatu dengan ilmu-Nya sehingga tiada yang tertinggal

* Semakin dekat dengan Alloh SWT

59

الْمبدئ

Maha Memulai, Pelopor dalam penciptaan

* Punya kelebihan tahu hal-2 yang rahasia

60

الْمعيد

Yang mengulangi penciptaan seperti semula

* Mengembalikan orang / barang yang hilang

61

الْمحيي

Maha Menghidupkan

* Hati yang hidup/halus/lunak/ringan

62

الْمميت

Maha Mematikan

* Merusak orang yang zholim

63

الحيّ

Maha Hidup Abadi

* Hati hidup, terhindar dari penyakit hati

64

القيّوم

Maha Berdiri sendiri dalam mengurusi makhluk

* Gabungan: Ya Hayyu Ya Qoyyum : terkabulnya hajat / keinginan. Doa Asif bin Barkhiyah pindahkan istana Bilqis.

65

الواجد

 Yang Kaya. Maha Menemukan

*  Pendirian kuat, tak terombang-ambing

66

الْماجد

Yang Agung, yangMaha  mulia

* Daya kekuatan, daya ingin, kecerdasan

67

الواحد

Yang Esa

* Mohon anak    * Untuk islah-kan masyarakat

68

الصمد

Tempat Bergantung segala sesuatu

* Percepat cita-2. * terhindar bencana  * Qona'ah

69

القادر

Maha Kuasa

* Kesuksesan    * peroleh kekuasaan yang hilang

70

الْمقتدر

Maha Menentukan, Maha  Berkuasa

* Kelancaran / kemudahan dalam segala pekerjaan

71

الْمقدّم

Yang Mendahulukan

* Segala daya-kekuatannya cepat berkembang

72

الْمؤخّر

Maha Mengakhirkan, Menunda

* permohonan terkabul,  * ringan taat/beragama

73

اْلأوّل

Yang Awal

* Rencana segera terealisir

74

الآخر

Yang Akhir

* Pintu rizki halal terbuka lebar & mudah

75

الظاهر

Nyata Wujud-Nya;  Maha Nampak segala ciptaanNya.

*  Tahu perkara yang tersembunyi

76

الباطن

Maha Tersembunyi / tak tampak Dzat-Nya

* jauh dari ketakutan, * dicintai orang lain

77

الوالي

Maha Menguasai makhluk

* Ditakuti / disegani semua makhluk

78

الْمتعالي

Yang Maha Luhur, Bersih, Suci dari sifat kekurangan

* Menundukkan orang / pimpinan

79

البرّ

Melimpahkan kebaikan, Menaruh iba pada makhluk

* Keluarga-harta terjaga, * limpahan nikmat, * mudah

80

التوّاب

Maha Penerima Taubat

*  Diterimanya taubat,  * mudah Taat-beribadah

81

الْمنتقم

Maha Penyiksa, Penuntut Balas

* Kejahatan/kezholiman si zholim berantakan

82

العفوّ

Maha Pemaaf

*  Dicintai Alloh SWT. * Tak diperlakukan semena-mena

83

الرؤوف

Maha Pengasih, Berbelas kasih

* Bersikap lembut, Tak keras kepala / congkak 

84

مالك الْملك

Pemilik kerajaan

* Pemimpin yang dicintai rakyat   * jabatan tak tlngser

85

ذوالْجلال والإكرام

Pemilik Keagungan dan kemuliaan

* Dicukupi segala hajat-cinta-citanya

86

الْمقسط

Maha Adil dalam menghukum / mengadili

* Miliki sikap adil dalam segala hal.

87

الْجامع

Yang mengumpulkan segala makhluk di hari kiamat

* Barang hilang ketemu,  * Damaikan 2 org bermusuhan

88

الغنيّ

Maha Kaya, Memiliki kekayaan

* Tercukupi hajat hidup (kaya)

89

الْمغني

Maha Pemberi kekayaan

* Diberi kekayaan,  * Lancar & mudah urusan / cita2

90

الْمانع

Maha Pencegah, Penolak (rizki).

*  Hilangkan was-was / kekhawatiran / ketakutan

91

الضارّ

Yang Menimpakan bahaya

* Penyakit kronis sembuh,

92

النافع

Pemberi Kemanfaatan

* Yang sakit segera sembuh,  * yang sehat tetap terjaga

93

النور

Maha Bercahaya, Sumber cahaya

* Hati tersinari cahaya iman   * Dekatkan pada Alloh

94

الْهادي

Pemberi Petunjuk

* Enteng berbuat taat/baik,  * Hatinya terang

95

البديع

Maha Pencipta Sesuatu Yang baru

* Lisan fasih-lancar, ucapannya berhikmah

96

الباقي

Yang kekal Abadi, Langgeng

* Kekokohan pendirian,  istiqomah beribadah, usaha langgeng

97

الوارث

Yang Mewarisi

* Kesuksesan usaha & cita-cita

98

الرشيد

Maha Lurus, Pemberi petunjuk dan kepandaian pada makhluk menuju kemaslahatannya

* Memulai & mengakhiri pekerjaan dengan baik

99

الصبور

Penyabar, tidak segera menyiksa makhluk berdosa

* Kesuksesan kerja,  tak alami kerugian

 

 PEMBAHASAN  YANG BERKAITAN  DENGAN ASMAUL HUSNA

 1. Asmaul Husna Tambahan dari 99 

Asmaul Husna yang 99 ini tidak meliputi semua yang terkait dengan Asma' Alloh SWT . Akan tetapi  ada beberapa hadis yang menyebutkan beberapa Asmaul Husna selain yang 99 itu..

Hadis riwayat lain menyebutkan adanya beberapa Asmaul Husna seperti  Al-Hannan (Yang Maha Kasih), Al-Mannan (Yang Memberi Anugerah), Al-Badii' (Yang Manciptakan sesuatu yang baru).:

Ada hadis lain pula yang menyebutkan Asmaul Husna : Al-Mughits (Yang Maha Memberi Pertolongan), Al-Kafiil (Maha Menanggung, Menyaksikan, Melindungi), Dzut-Thoul (Pemiliki Kekuasaan), Dzul Ma'arij (Pemilik tempat yang tinggi / langit), Dzul Fadhli (Pemiliki anugerah/karunia), dan Al-Khollaq (Maha Menciptakan,  Maha Memiliki balasan).

Abu Bakar ibn al-"Arabiy didalam kitab "Syarah At-Tirmidzi" mengatakan seraya menceritakan sebagian ahli ilmu (Ulama'), bahwa jika Asmaul Husna itu digabung / dikumpulkan dari Al-Qur'an da Hadis, mencapai 1000 asma'. 

Penulis kitab "Al-Qashdul Mujarrod" juga mengutarakan hal yang sama. Demikian juga yang diisyaratkan oleh imam Asy-Syaukaniy dalam kitab "Tuhfatdz-Dzakirin", lalu berkomentar : "Aku cenderung pada bilangan yang dijelaskan oleh hadis nabi tadi (yakni 99 Asma'), dan hal itu sudah cukup"

 

 2. Bebarapa Hadis Yang Menyebutkan Asmaul Husna Secara Majazi (kiasan)

Ketahuilah, bahwa ada beberapa hadis yang menyebutkan beberapa lafazh yang menunjukkan Asmaul Husna. Akan tetapi, jika dilihat dari kontek persoalan (qarinah-qarinah yang melatarbelakangi) dan asal usulnya, mengindikasikan adanya makna diluar itu.

Dan perlu dipahami pula, bahwa hal itu lebih mengarah pada tinjauan makna secara majazi (makna kiasan / sanepo), dan bukannya pada makna haqiqi (makna yang sebenarnya). Serta mengarah pada tinjauan penamaan sesuatu dengan nama selainnya, disebabkan adanya keterkaian antara keduanya (yakni antara "nama" dan sesuatu obyek yang dinamai), atau disebabkan sebagai taqdir (perkiraan / penafsiran) terhadap beberapa makna lafzh yang terbuang (tidak disebut).

Contohnya: Sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah dari Rosulullah Saw, kata beliau :

لا تَسُبُّوا  الدَّهْرَ  فَإِنَّ اللهَ هُوَ  الدَّهْرُ

Artinya :"Janganlah kalian mencela Masa. Karena sesungguhnya Alloh SWT itu Masa"." (HR Muslim).

 

Ada Hadis lagi dari 'Aisyah ra :

دَعُوْهُ يَئِنُّ, فَإِنَّ اْلأَنِيْنَ اِسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى يَرْتَاحُ اِلَيْهِ الْمَرِيْضُ

Artinya :"Tinggalkan merintih / mengaduh / mengeluh. Karena Rintihan itu salah satu Asma' Alloh SWT. yang menyebabkan orang sakit merasa lega kepadanya"

Hadis itu dijelaskan pula oleh Jalaluddin as-Suyuthy dalam kitab "Al-Jami'us Shoghir" dari Imam Ar-Rofi'iy dan mengklasifikasikannya sebagai Hadis Hasan. Bukan riwayat imam Muslim dan bukan hadis dari Abu Hurairoh sebagaimana disalahpahami oleh sebagian orang..

Ada hadis lagi yang menyebut "Romadhon" sebagai Asma' Alloh SWT dalam beberapa teks Atsar (perkataan para sahabat-tabi'in).

Maka, semua (lafazh Asmaul Husna) yang tersebut dalam hadis-hadis diatas tidak menghendaki adanya makna sesuai yang tersurat (tekstual, zhowahir) dan makna yang sebenarnya (haqiqoh). Akan tetapi makna yang dimaksudkan dalam hadis pertama, misalnya,  adalah bahwa : Alloh SWT itu adalah Penyebab Pertama (kausa prima / Pencipta) dari terjadinya masa.  Oleh karena itu maka tidak dapat dibenarkan menisbatkan sesuatu kepada Masa, dan juga tidak boleh Mencela dan mencaci Masa.

Yang dimaksud oleh hadis kedua adalah, bahwa : Rintihan merupakan pengaruh dari kekuasaan Alloh yang dapat melegakan orang yang sakit.

Demikianlah pemaknaan yang sesuai Konteks Persoalan (yang melatarbelakanginya pemaknaan tidak sesuai dengan kandungan lafazh yang tertulis).

  

3. Sikap At-Tauqif (Menerima Apa Adanya) Dalam Asmaul Husna.

Perlu diketahui bahwa mayoritas kaum muslimin bersepakat untuk tidak membolehkan memutlakkan / menentukan terhadap Alloh SWT nama atau sifat yang tidak berdasarkan penjelasan syariat, dengan maksud tujuan menjadikannya sebagai "Nama bagi Alloh SWT ", sekalipun merasa bahwa penamaan yang demikian itu sebagai suatu kesempurnaan.

Oleh karena itu kita tidak boleh mengatakan, bahwa Alloh SWT adalah MUHANDIS (INSINYUR ) ALAM  YANG  TERAGUNG. Juga tidak boleh mengatakan bahwa Alloh SWT adalah AL-MUDIRUL 'AM (GENERAL MENEGER, Direktur Utama) SEMUA URUSAN MAKHLUK.  Hal itu jika pemberian "Nama" atau "Sifat" tersebut dimaksudkan untuk dijadikan sebagai istilah baku bagi Alloh SWT dan menganggapnya sebagai bagian Asm' Allah.  Akan tetapi jika "nama-nama" itu diungkapkan dalam perkataannya untuk mendekatkan kepada pemahaman dalam rangka menjelaskan tentang "Af'al Allah" (Perbuatan Allah), maka tidak menjadi masalah.   Sikap yang terbaik / utama adalah adil (menempatkan sesuatu pada tempatnya), sebagai bentuk dari beradab sopan santun kepada Alloh SWT. 

 

4. Al-'Alamiyyah (Nama Asli) Dan Al-Washfiyyah (Nama Sifat) Dalam Asmaul Husna

Diantara Asmaul Husna yang disebutkan di muka tersebut ada satu Asma' yang digunakan untuk Ismu-Dzat yang Suci , yaitu lafzhul jalalah "الله"  Selain itu semuanya merupakan Asma' yang didalamnya terkandung makna Sifat-Sifat Alloh SWT.  Oleh karena itu, Asma-asma' tersebut dapat dikatakan sebagai khobar  (penjelasan) bagi lafzhul jalalah.

Soal, apakah Lafzhul Jalalah tersebut termasuk kata "musytaq" (kata bentukan, terambil dari kata lain) ataukah "bukan musytaq" (bukan kata bentukan / kata asli), merupakan persoalan khilafiyah, namun tidak sampai berpengaruh terhadap aspek operasional (amrun 'amaliyyun).

Kita cukup mengetahui bahwa Ismu Dzat (Nama Diri Alloh SWT ) itu cuma satu (yakni " الله"). Sementara Asma'-asma' selainnya terkait dengan sifat-sifat kesempurnaan Alloh SWT.  Semoga penjelasan ini dianggap cukup. 

 

5. Khasiat  Asmaul Husna

Sebagian orang menyebutkan bahwa masing-masing Asmaul Husna memiliki khasiat dan rahasia tertentu, tergantung panjang pendeknya penyebutan. Sebagian yang lain memiliki pandangan yang berlebihan dalam persoalan ini, sehingga melampaui dari batas-batas kewajaran. Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa masing-masing Asmaul Husna memiliki "khodim ruhaniy" (atau khodam spiritual, perewang/pelayan ruhani berupa jin, roh, malaikat dll.) yang siap melayani kebutuhan orang yang berdzikir dengannya secara rutin. Begitu seterusnya.

Yang saya ketahui dalam masalah ini,  - Namun di atas langit ada langit. Di atas orang berilmu tentu ada yang lebih berilmu. -   bahwa Asma' Alloh merupakan lafazh-lafazh mulia yang memiliki kelebihan diatas lafazh-lafazh / perkataan lainnya. Didalamnya terkandung keberkahan. Berdzikir dengannya dapat mendatangkan pahala yang besar. Orang yang berdzikir kepada Alloh SWT (termasuk dengan membaca Asmaul Husna) secara rutin menyebabkan jiwanya suci dan ruhnya jernih. Terutama jika sewaktu berdzikir tersebut disertai dengan penghadiran hati dan pemahaman maknanya. Lebih dari (yang kami jelaskan) tadi, tidak terdapat didalam Al-Qur'an dan Hadis. Dan kami melarang sikap berlebih-lebihan dan suka menambah-menambahi dalam urusan agama Alloh. Penjelasan yang ringkas ini semoga cukup memadai. 

 













6. Al-Ismul A'zhom

Al-Ismul A'zhom (Nama-nama Alloh SWT Yang Agung) disebut-sebut dalam beberapa hadis yang cukup banyak. Diantaranya :

1). Hadis bersumber dari Buroidah ra. Katanya, bahwa Rosululloh SAW pernah mendengar seseorang berdoa : 

أللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ اَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ, اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ, وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ.

Artinya :"Ya Allal. Sungguh aku memohon kepada-Mu, dengan persaksianku bahwa Engkau-lah Allah. Tiada tuhan selain Engkau. Yang Maha Esa, Yang menjadi tempat bergantung / memohon. Yang tidak beranak lagi tidak diperanakkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. ....".

Lantas beliau SAW bersabda, "Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya. Orang itu sunggu-sungguh memohon kepada Alloh dengan menyebut Asma'-Nya yang Agung (al-Ismul A'zhom), yang mana jika Dia diseru (dimohon) dengan menyebut al-Ismul A'zhom itu maka Dia akan mengabulkannya dan jika diminta dengan menyebut al-Ismul A'zhom itu maka Dia akan memberinya." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaiy dan Ibnu Majah).

Komentar Ath-Thayyibi : Hadis ini merupakan dalil bahwa Alloh SWT memiliki al-Ismul A'zhom, yang jika kita berdoa kepada Alloh SWT dengan menyebutnya, maka Dia akan mengabulkan. Dan  al-Ismul A'zhom tersebut tercantum didalam hadis ini. Sealigus sebagai dalil untuk membantah pendapat orang yang mengatakan bahwa setiap Asma' yang disebut/dibaca dengan penuh keikhlasan disertai berpaling dari selain-Nya merupakan al-Ismul A'zhom, karena tidak ada kemuliaan bagi huruf-huruf.  Disebutkan pula didalam hadis-hadis lain yang senada dengn hadis diatas, yang didalamnya terdapat asma'-asma' selain yang disebutkan oleh hadis ini. Hanya saja lafazh jalalah "ALLAH" selalu tercantum dalam keseluruhan hadis tersebut. Dengan demikian maka dapat diambil sebagai argumentasi bahwa lafazh "ALLAH" merupakan al-Ismul A'zhom. 


Kata Al-Mundziri, "Guru kami, Al-Maqdisiy mengatakan, bahwa sanadnya tidak ada cacat didalamnya. Saya tidak melihat ada riwayat hadis lain yang terkait dengan persoalan ini yang sanadnya lebih baik dari hadis ini".

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa dipandang dari sudut sanad, hadis ini lebih unggul (arjah) dari riwayat lain yang membicarakan persoalan ini

 

2). Dari Anas bin Malik ra, katanya, bahwa Rosululloh SAW pernah masuk kedalam masjid, sementara itu seorang lelaki telah shalat dan berdoa :.

أللهمّ لا اله الاّ الله, أنت الْمَنَّانُ, بديعُ السموات والأرض, ذا الْجلال والإكرام...

Artinya :"Ya Allah. Tiada tuhan selain Allah. Engkau adalah Al-Mannan (Yang Memberi Anugerah). Pencipta langit dan bumi. Wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan kemuliaan".

Lantas beliau SAW bersabda, "Tahukah kalian, dengan lafazh apa dia berdoa kepada Allah?". Dia berdoa kepada Allah dengan Al-Ismul A'zhom, yang jika berdoa dengannya maka Allah akan dikabulkan dan jika meminta dengannya maka Allah akan memberi." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaiy dan Ibnu Majah).

 

3). Dari Asma' binti Yazid ra, bahwa Rosululloh SAW bersabda, "Al-Ismul A'zhom terdapat didalam dua ayat, yaitu :

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Artinya :"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS Al-Baqoroh,[2] : 163).

dan pembukaan surat Ali Imron,[3] : 1-2 :

الم . اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Artinya :"Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. " (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Komentar Tirmidzi : "Ini Hadis Hasan Shahih").

 

4). Dari Sa'ad bin Malik ra, katanya: aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda, "Maukah kau aku tunjukkan  Al-Ismul A'zhom , yang jika berdoa dengannya maka akan dikabulkan dan bila meminta dengannya maka akan diberi ? yaitu doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Yunus pada saat berada dalam tiga kegelapan (perut ikan HIU) :

لا اله الا أنت سبحانك إنّي كنت من الظالِمين

Artinya :"Tiada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku tergolong orang zholim"

Tanya seseorang, "Ya Rosulullah, apakah doa tersebut khusus untuk Nabi Yunus ataukah untuk kaum mukminin pada umumnya?". Jawab beliau, "Tidakkah kau dengar firman Alloh SWT :

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

Artinya :" Maka Kami telah memperkenankan do`anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS Al-Anbiya',[21] : 88). (HR Al-Hakim)

 

Sekarang Anda tahu dari beberapa hadis di atas dan beberapa hadis selainnya, bahwa hadis-hadis tersebut tidak menentukan / membatasi jumlah Al-Ismul A'zhom pada Dzat Allah. dan Anda tahu bahwa para ulama berbeda pendapat dalam menentukannya, disebabkan perbedaan mereka dalam mentarjih hadis yang satu dengan hadis yang lain, hingga mencapai 40 macam peperbedaan pendapat.

Yang kami ambil kesimpulannya dari beberapa hadis Nabi dan dari beberapa perawi yang terpercaya, bahwa Al-Ismul A'zhom merupakan doa yang tersusun dari beberapa Al-Asmaul Husna, jika dipergunakan sebagai kalimat oleh seseorang, disertai dengan memenuhi syarat-rukun berdoa yang ditentukan syariat, maka Allah akan mengabulkan doanya. Dan hal ini telah dijelaskan oleh beberapa hadis dalam berbagai tema.

Jika sudah demikian ketentuannya, maka apa yang disangka oleh sebagian orang, bahwa Al-Ismul A'zhom merupakan rahasianya rahasia yang dianugerahkan kepada segelintir orang sehingga mampu membuka sesuatu yang terkunci, mampu mendatangkan keluarbiasaan (khoriqul 'adat), dan menyebabkan mereka memiliki khasiat / keistimewaan yang tidak mampu diraih oleh orang lain, maka semua persangkaan, anggapan dan dugaan tersebut merupakan upaya menambah-nambai sesuatu yang telah digariskan Allah dan Rosul-Nya.

Jika sebagian diantara mereka memperkuat argumentasinya dengan sebagian ayat-ayat Al-Qur'an, seperti ayat :

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ

Artinya :" Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip"…. " (QS An-Naml,[27] : 40)

dengan pemahaman, bahwa potongan ayat : عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ  merupakan Al-Ismul A'zhom, maka perlu kami tegaskan kepada mereka, para mufassir menafsirkan ayat tersebut, bahwa doa yang dibaca oleh orang itu (Ashif bin Barkhiya – di masa Nabi Sulaiman) adalah  :

يا حيّ يا قَيُّوم   atau lafazh  اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Sebagian orang menduga, bahwa yang disebut Al-Ismul A'zhom itu adalah (doa Jaljalut) berbahasa Suryani yang berbunyi :  آهِيَا شَرَاهِيَا .  Dan ini merupakan dugaan pendapat yang tidak didukung oleh dalil. Sementara itu, sesuatu persoalan tidak boleh keluar dari apa yang dijelaskan didalam hadis-hadis yang shahih..

 

Ringkasan Pembahasan. Sebagian orang melakukan kebohongan dengan berbagai ungkapan metafisik (sesuatu yang disamarkan / dirahasiakan artinya, yang ia sendiri tak tahu hakekatnya), menduga adanya keistimewaan-keistimewaan, dan menambah-nambahi pada (doa, dzikir, kalimat) yang ma'tsur, lalu mereka mengatakan apa yang tidak pernah dikatakan/dijelaskan didalam Al-Qur'an dan Hadis. Padahal agama melarang kita dengan sekeras-kerasnya untuk melakukan yang demikian itu. Oleh karena itu, hendaklah kita mencukupkan diri (menerima apa adanya) pada yang ma'tsur saja..

Tidak ada komentar: