A. SEKILAS PANDANG TENTANG PENULIS
Prof DR Sayyid Muhammaf Alwi Abbas Al-Maliky |
Dr. Sayyid
Muhammad bin Alwy bin Abbas al-Maliky al-Hasany adalah seorang ulama besar yang
berkedudukan sebagai Khadimul ‘Ilmi asy-Syarif di tanah Haramain, di samping
sebagai Mufti Makkah al-Mukarramah. Meski secara resmi Kerajaan Arab
Saudi berfaham Wahhabi, beliau secara konsisten tetap bermadzhab Maliki.
Kedalaman ilmunya diakui oleh kalangan Kerajaan dan alim ulama di negeri
itu, bahkan oleh kalangan dunia Islam, terlebih lagi para Kiyai pesantren
di Indonesia.
Sebagai
seorang Mufti, beliau tidak jarang berdiskusi dan bertukar hujjah dengan
fihak resmi Kerajaan dan para ulama Kerajaan. Pemikiran, hujjah dan
ketajamannya mengenai hukum dan syariat Islam diakui oleh Pemerintah sebagai
kontrol yang efektif, dan bahkan beliau sering berseberangan pendapat dengan
mereka. Beliau tidak mencampuri urusan politik dalam Negari,
selama Negara tidak menempuh haluan politik yang menyimpang dari
prinsip-prinsip Islam. Bahkan Pemerintah Kerajaan sering mengajukan
problem-problem politik, ekonomi dan sosial budaya kepada beliau untuk dimintakan
Fatwa-nya.
Selaku Khadimul
‘Ilmi asy-Syarif , beliau memiliki dan mengelola Lembaga Pendidikan Islam
semacam Pesantren di tanah haram Makkah al-Mukarramah, sebagai sarana
untuk mensosialisasikan keilmuannya dan sekaligus sebagai pusat pengkaderan para
Calon Ulama yang berwawasan luas dan mendalam. Para santri beliau
sebagian besar dipilih dan berasal dari beberapa Negara Islam, termasuk dari
Indonesia. Selama menjadi santri, mereka dijamin seluruh keperluan hidup
sehari-harinya dan tidak diperkenankan pulang sampai pada batas waktu
yang telah ditentukan.
Kebesaran nama
beliau sangat dikenal di kalangan para Kiyai pesantren-pesantren “Nahdhiyyin”
di Indonesia, khususnya di pulau
Jawa dan Madura. Bahkan beliau memiliki hubungan khusus dan erat dengan mereka.
Hal ini dibuktikan dengan seringnya beliau berkunjung ke Indonesia untuk
memantau secara langsung mantan para santrinya, yang sebagian besar adalah para
putra Kiyai Pesantren, didalam mengabdikan ilmunya di tengah masyarakat
dan sekaligus beliau manfaatkan untuk bersilaturrahim dengan para Kiyai
tersebut.
B. P E N D A H U L U A N
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wash-shalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiyai wal mursalin, sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Allah
swt telah memberikan nikmat yang begitu banyak kepada kita. Yang terbesar dan
tertinggi adalah nikmat Islam. Selain itu, kita diberi nikmat berupa rasa aman
dan tentram dapat hidup di Negeri Arab Saudi ini, di samping nikmat diberlakukannya
syariat Islam. Semuanya itu merupakan karunia Allah swt, dan juga berkat jasa
para pejabat dan pemimpin negeri ini. Semoga Allah memberikan taufiq dan
kekuatan kepada mereka untuk dapat terus mengurus negeri ini. Semoga Allah swt
memberikan pertolongan kepada mereka di dalam membina anak-anak bangsa dan
generasi penerus yang secara tulus ikhlas memberikan sumpah setianya untuk
tunduk dan taat kepada pemerintah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Demikian pula kami yang
berangkat dari keimanan yang jernih dan akidah salaf akan memberikan bai’at,
sumpah setia dan loyalitas kepada pemerintah negeri ini, karena negeri ini
telah dibersihkan Allah swt dari berbagai kejahatan, serta diselamatkan dari
berbagai bentuk kesyirikan, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah
saw :
“Tidaklah
akan bersatu dua agama di jazirah arab” (HR Imam Malik, di dalam kitab “Al-Muwattha’”).
“Sesunguhnya
syetan benar-benar berputus asa untuk disembah di jazirahmu, yakni jazirah
arab” (HR
Al-Bazzar dan at-Thabrany dengan sanad yang hasan. Lihat kitab “Majma’
al-Zawaid” juz 10, hal. 54).
Rasulullah
saw pernah berdoa, dan doa beliau tentu akan dikabulkan : “Ya Allah,
janganlah Engkau jadikan makamku sebagai berhala yang disembah-sembah” (HR
Imam Malik dalam kitab Al-Muwattha’ dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad
)
Rasulullah
saw bersabda lagi : “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan menimpa
umatku adalah perbuatan syirik kepada Allah swt. Yang aku maksudkan bukannya
mereka menyembah matahari, bulan dan berhala, akan tetapi adalah mereka akan
melakukan perbuatan-perbuatan untuk selain Allah dan mengumbar hawa nafsu yang
tersembunyi” (HR Ibnu Majah, dalam kitab Az-Zuhd).
Secara
khusus, Rasulullah saw memberitahukan kepada kita bahwa negeri ini (Saudi
Arabia) merupakan benteng pertahanan bagi setiap orang yang beriman,
sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya iman itu akan berlindung ke kota
Madinah, sebagaimana berlindungnya seekor ular ke lubang sarangnya” (HR
Asy-Syaikhany).
Di
dalam riwayat yang lain, dikatakan : “Sesungguhnya agama (Islam) tentu
berlindung ke negeri Hijaz, seperti berlindungnya seekor ular ke dalam lubang
sarangnya. Berlindungnya agama Islam ini ke negeri Hijaz adalah bagaikan
berlindungnya biri-biri ke atas puncak gunung”.
Di
dalam sebuah hadis dari Ibnu Umar ra, seperti yang diketengahkan oleh Imam
Muslim, berbunyi : “Sesungguhnya
agama Islam pada awalnya adalah asing, dan akan kembali asing seperti semula.
Agama Islam itu akan berlindung di antara dua masjid (yakni Masjidil Haram di
Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah), sebagaimana berlindungnya seekor ular ke
dalam lubang sarangnya”.
Sejak
masa pemerintahan Raja Abdul Aziz, pemerintah berusaha keras meneguhkan makna
kandungan hadis tersebut kedalam hati semua rakyatnya. Pemerintah
berusaha mempersatukan Jazirah Arab, menggalang persatuan dan kesatuan rakyat,
serta menghapus berbagai perbedaan
akibat fanatisme, etnik dan ras, yang menjadi perintang persatuan kesatuan dan
persatuan rakyat, sehingga mereka dapat hidup tentram, saling hormat
menghormati dan penuh kasih sayang.
Mereka hidup bersatu di atas landasan
Tauhid dan bendera “La ilaha illallah, Muhammadurrasulullah” . Meskipun
madzhab dan pendapat mereka berbeda, serta makanan dan minuman mereka boleh
beraneka ragam, namun prinsip, loyalitas dan komitmen mereka satu.
Sayangnya,
ada sekelompok orang, aktifis imigran dan penguasa negara asing yang ikut
campur tangan dan ingin memancing ikan di air keruh. Mereka berusaha
memperkeruh suasana rakyat yang sudah bersatu. Mereka menyebarkan berbagai
bentuk fitnah, provokasi, propaganda dan rencana jahatnya kepada rakyat yang
dahulunya tidak mengenal kemunafikan dan
kriminalitas. Tujuan akhir yang ingin mereka peroleh adalah agar rakyat berpecah
belah dan tidak mampu lagi mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Namun
kita tidak perlu khawatir, karena kita masih punya kepercayaan kepada Allah,
bahwa Dia senantiasa akan melindungi
kita, dan kita ber-husnu zhan bahwa pemerintah akan mampu berusaha menangkal
rencana jahat para provokator tersebut. Cepat atau lambat, usaha mereka akan
gagal total dan tidak akan sampai memecah belah persatuan dan kesatuan kaum
muslimin.
Secara
khusus kami bangga berada di bawah naungan pemerintah yang melindungi tegaknya akidah islam yang lurus lagi jernih,
dan berusaha menyebarluaskannya kepada rakyatnya. Pemerintah kita mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiyah di berbagai bidang,
antara lain dengan cara menganugerahkan penghargaan tertinggi kepada para
ilmuwan yang berprestasi., tanpa membedakan asal usul agama, negara, ras dan
etnik mereka. Yang menjadi tolok ukur penilaiannya adalah kualitas keilmuan dan
hasil penelitian mereka. Dengan demikian, pemerintah berarti telah berjasa
dalam ikut mengembangkan ilmu pengetahuan, membangun mental dan akal,
mempermudah dan mendorong para imuwan menyebarkan keilmuannya. Ini merupakan
suatu langkah dan metode yang baik dalam rangka menegakkan kebenaran agama
untuk dijadikan sebagai fondasi bagi terciptanya masyarakat yang kuat, dan menjadi
perekat anak bangsa. Semuanya ini
merupakan suatu kaidah yang seharusnya diterapkan dalam rangka Dakwah
Islamiyah.
Agama
Islam memberi kesempatan kepada para musuhnya agar mamandang dan mendengarkan
ajaran Islam, sebagaimana firman Allah dalam QS At-Taubah [9] : 6
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
اسْتــَجَارَكَ فَأَجـِرْ هُ حَتــَّى
يَسْمَعَ كَلاَمَ اللَّهِ ثُمّ أَبــْلـِغْهُ مَأْمَنَهُ
"Dan jika seorang di antara orang-orang
musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman
baginya".
Agama
Islam memberi kesempatan kepada musuh-musuhnya agar mengutarakan sanggahannya,
pemahaman dan kritiknya, disertai dengan bukti-bukti atau argumentasi yang
mereka miliki. :
قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang
benar". (QS
An-Naml [27] : 64)
Agama
Islam meminta kepada kaum musyrikin agar menyelidiki dan merenungkan kebenaran
Islam, baik secara individu maupun kolektif dalam suatu organisasi, majlis,
club atau sejenisnya, untuk bersama-sama membicarakan mengenai hakekat agama
dan nabi Muhammad selaku penyerunya :
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ
بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا
بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak
ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.”. (QS Saba’ [34] : 46)
Bahkan
yang lebih besar dan penting dari itu semua adalah bahwa Islam memberikan
kebebasan kepada musuh-musuhnya agar mengemukakan pendapatnya, berbicara dan
merasakannya sendiri, karena Islam memandang mereka sebagaimana manusia merdeka yang memiliki hak
hidup, berakal dan bebas memberikan kritik, hasil pemikiran dan analisisnya.
وَ إِنــَّا أَوْ
إِيـَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلاَلٍ مُبــِيْنٍ
“Dan
sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran
atau dalam kesesatan yang nyata.” (QS
Saba’ [34] : 24)
Itulah
perintah Allah swt kepada Rasulullah saw agar mengatakan kepada mereka, untuk
membuktikan siapa yang benar dan siapa yang sesat.
Betitik
tolak dari hal tersebut di atas, kami
menjadikannya sebagai landasan penulisan buku ini,, yang membahas beberapa
perselisihan pendapat atau persoalan khlifaiyah yang terjadi di kalangan para ulama, serta
persoalan-persoalan yang belum ditemukan kata sepakat.
Pembahsan
di dalam buku ini, tentu saja, kami haturkan ke hadapan para ulama dan peneliti
untuk dikaji dan dipelajari secara jeli. Jika isinya ternyata benar, kami ucapkan Alhamdulillah . Sebaliknya,
jika ternyata salah, hal itu semata-mata karena kebodohan dan kekeliruan
ijtihad kami.
Perlu
kami tegaskan, bahwa pembahasan terhadap suatu persoalan yang kami utarakan
dalam buku ini adalah untuk menjelaskan suatu kebenaran dan mengoreksi
pemahaman-pemahaman pada umumnya yang perlu kami luruskan ke jalan yang
semestinya. Kami tidak memiliki maksud dan tujuan di balik itu semua kecuali
sekedar ingin melakukan perbaikan pemahaman, dan berniat ingin mencari suatu
kebenaran.
Selaku
manusia biasa, kita tentunya tidak dapat menolak takdir dan tidak lepas dari
kesalahan, kecuali junjungan Nabi kita Muhammad saw yang ma’shum, terpelihara
dari kesalahan dan dosa, yang tidak berbicara atas dorongan hawa nafsu tetapi
berdasarkan bimbingan wahyu ilahi. Semua kita suci yang diturunkan kepada para
rasul sebelum Al-Qur’an,. Sudah mengalami perubahan, penambahan, pengurangan,
perbaikan atau pembetulan oleh tangan-tangan jahil, kecuali kitab suci
Al-Qur’an yang terjaga kemurnian dan keasliannya sampai hari kiamat, yang di
dalamnya tidak terdapat kebatilan. Dengan demikian, siapa saja – selain
Rasulullah saw -- yang mengaku dirinya bersih dan terhindar dari kesalahan,
berarti pengakuannya itu bohong.
Kami
berlindung kepada Allah swt, bila kami mempelajari ilmu hanya sekedar untuk
sarana berdebat, sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah saw dalam sabdanya:
“Barangsiapa
yang mencari ilmu sebagai sarana mendebat orang-orang yang bodoh, atau untuk
mematahkan argumentasi para ulama, atau agar orang-orang bersimpati kepadanya,
maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka”
(HR
Tirmidzi dan selainnya).
Buku yang kami susun ini,
sebagaimana buku-buku yang lain, membutuhkan perbaikan dan peninjauan ulang
isinya. Berkat anugerah Allah, kamu senantiasa merasa dan mengakui kesalahan di
dalam setiap buku yang kami tulis. Untuk itu, pada akhir tulisan selalu kami
tuliskan sebuah kalimat: “Kami memohon kepada Allah taufiq dan pembenaran
terhadap apa yang kami tuliskan . Jika ternyata benar, hal ini semata-mata dari
Allah. Dan jika ternyata salah, hal ini semata-mata berasal dari kelalaian dan
ketidaktepatan ijtihad kami. Kami mengharap kepada sidang pembaca dan kritikus
agar berkenan memberikan arahan dan pembetulan, serta berkenan menunjukkan
letak kesalahan penulisan kami”.
Hal semacam ini merupakan cara
para ulama, di mana mereka saling mengoreksi terhadap isi karya tulis mereka.
Jika merasa puas, cocok dan menilainya benar terhadap karya tulis rivalnya,
mereka tidak segan-segan mengambil manfaat darinya, kecuali orang sombong saja
yang merasa gengsi mengambilnya. Namun jika dalam karya tulis tersebut terdapat
interpretasi, visi, atau argumen yang dirasa kurang sependapat, mereka
sekurang-kurangnya akan bersikap diam, atau tidak mempersoalkannya. Dialog dan
tukar pikiran yang terjadi di kalangan para ulama memiliki bentuk, metode dan
sifat yang khas. Mereka lebih mengedepankan obyektifitas dan mendudukkan
persoalan pada proporsi yang tepat, dengan dilandasi oleh sikap wara’ (menghindarkan
hal-hal yang dilarang syariat), toleransi dan ketakwaan kepada Allah swt,
disertai sikap menjauhkan diri dari sikap mau menangnya sendiri. Lantara yang
menjadi semangat dan pemandu dalam hati mereka adalah sikap saling
memperingatkan, memberikan arahan dan berlindung dari hal-hal yang diharamkan
Allah swt, serta tidak segan-segan mengambil sesuatu yang terbaik dari apa saja
yang berasal dari orang lain. Mereka benar-benar Waratsatul Anbiya’, Pewaris
para Nabi.
Kami senantiasa memohon kepada
Allah agar dijauhkan dari kesalahan, dan dituntun ke jalan yang benar dan
lurus. Sungguh Allah swt Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Catatan Mengenai Hadis Dalam Buku Ini
Cukup banyak hadis Nabi saw dan
atsar para sahabat ra yang kami nukil dalam buku ini. Di samping kami juga
mengutip pendapat dari para pakar hadis masa lalu yang berisi hasil kajian
mereka tentang status, hukum dan derajat suatu hadis. Di antara para ulama dan
pakar hadis tersebut, ada yang menilainya shahih, hasan, dan dha’if, bahkan
ada yang mendiamkannya atau tidak
memberikan komentar.
Maksudnya, jika suatu hadis
dinilai shahih, hasan, atau dha’if,
oleh salah satu imam hadis terkemuka, seperti imam at-Tirmidzi,
al-Baihaqi, al-Mundziri, dan al-Haitsami, maka yang demikian ini sudah cukup
dan kita tidak perlu melakukan penelitian ulang, baik melalui kitab Al-Jarh (yang memuat sejarah para rawi hadis dipandang
dari sudut kelemahan mereka sehingga menyebabkan hadis yang mereka riwayatkan
tidak dapat diterima), kitab At-Ta’dil (yang berisi kebaikan-kebaikan para rawi,
sehingga menyebabkan hadisnya dapat diterima), maupun kitab Asma’ ar-Rijal (yang memuat nama-nama para perawi hadis).
Jika salah satu di antara para
imam hadis terkemuka tersebut mendiamkan, atau tidak menanggapi status dan
derajat suatu hadis, maka hal ini merupakan suatu kewajiban bagi siapa saja
yang mempunyai kemampuan agar membahas, meneliti dan menelaah ulang hadis
tersebut. Pintu untuk itu terbuka lebar, dan ratusan hadis siap menanti siapa
saja yang berminat dan berkhidmat untuk meneliti derajatnya dan
mentakhrijkannya.
Sistimatika
Penulisan.
Keseluruhan isi buku ini kami
bagi menjadi tiga bagian :
Bagian Pertama : Berisi kajian dari sudut
akidah. Di antaranya mengenai pengkafiran dan penyesatan yang akhir-akhir ini
marak dilakukan sekelompok orang.
Bagian Kedua : berisi kajian tentang
masalah kenabian . Di antaranya mengkaji kekhususan Nabi Muhammad saw, hakekat
kenabian, serta pemahaman tentang bertabarruk kepada Nabi Muhammad saw dan
petilasan peninggalan beliau .
Bagian Ketiga : Berisi berbagai ragam
kajian. Diantaranya mengkaji masalah kehidupan barzakhiyah, disyariatkannya
berziarah ke makam Rasulullah saw dan hal-hal yang berkaitan dengannya seperti
petilsan, peninggalan sejarah, masyahid, dan hal lainnya yang berkaitan dengan
keagamaan.
Billahittaufiq wal hidayah.
Penyusun,
DR. Sayyid Muhammad bin Alawy
al-Maliky al-Hasany
C. TAQDIM : Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalatu was-salamu ‘ala Sayyidina Muhammadin,
wa‘ala alihi wa shahbihi wat-tabi’in.
Selanjutnya, kitab yang ditulis
oleh al-‘Allamah al-Muhaqqiq, yang terhormat al-Ustadz DR as-Sayyid Muhammad
bin Alawy al-Maliky al-Hasany ini memuat kajian-kajian penting yang sangat
bermanfaat, dan memuat topik permbicaraan yang agung yang dapat memberikan
kontribusi kepada kaum muslimin sepanjang masa. Mereka sangat membutuhkan
pemahaman terhadap informasi penting dan hukum-hukum agama pada umumnya untuk
dipergunakan dalam rangka berkhidmat kepada agama Islam, merealisasikan akidah
Islam, berdakwah mengajak ke jalan yang baik dan bermanfaat, serta memberikan
nasehat kepada kaum muslimin sepanjang masa melalui metode Mau’izhatul
Hasanah . Khususnya berdakwah dalam rangka mencegah para musuh yang selalu
berusaha menjerumuskan ke jalan kesesatan, serta memerangi tuduhan-tuduhan
bohong yang sangat bertentangan dengan agama Islam dan kaum muslimin. Semoga
Allah swt senenatiasa menyempurnakan nur cahaya-Nya kepada kaum muslimin berkat
usaha penulis buku ini yang tiada henti-hentinya berusaha menegakkan dakwah
islamiyah, menyelidiki berbagai bidang persoalan keagamaan, mengarahkan
hidupnya untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu penting dan topik pembicaraan
lainnya yang dapat mendatangkan terwujudnya hidayah, tersebarnya ilmu dan
dakwah islamiyah. Kesemuanya itu beliau lakukan dengan dilandasi semangat untuk
menghentikan pertengkaran, sikap mau menangnya sendiri, perselisihan dan
permusuhan di antara sesama kaum muslimin.
Dari hasil kajian terhadap buku
ini nampak jelas bahwa buku ini merupakan hujjah dan pembicaraan yang jujur dan
obyektif. Penulis menuangkan dalam buku ini suatu uraian keterangan yang cukup
gamblang. Penulis membahas semua permasalahan penting secara teratur dan
landar, dengan maksud untuk mengetahui pemahaman-pemahaman yang lurus, untuk
menghadang pemahaman-pemahaman lemah yang dihembuskan para musuh. Semuanya ini
beliau lakukan dalam rangka menegakkan kebenaran di negara-negara Islam dan
masyarakatr muslim pada umumhya.
Secara garis besar, buku ini berisi
kajian sebagai berikut :
Bagian Pertama , Menjelaskan masalah-masalah sebagai berikut :
►Larangan menuduh kafir kepada kaum Muslimin. Dalam
pembahasan ini dijelaskan adanya titik temu dalam ijma’ para ulama yang
melarang mengkafirkan orang yang ahli kiblat.
►Perbedaan kedudukan antara Khaliq dan
Makhluq, yakni suatu
batas yang memisahkan antara kekufuran dan keislaman seseorang.
►Majaz Aqly
dan keharusan berhati-hati dalam memperbandingkan antara kekufuran dan
keimanan, serta membicarakan tentang sikap pengagungan sebagai perbuatan ibadah
(penyembahan) dan sekedar sopan santun.
►Perantara antara Khaliq dan Makhluq.
Dalam hal ini dijelaskan pula perantara-perantara
kesyirikan.
►Bid’ah dan pembagiannya
menurut para ulama’. Dalam hal ini akan dijelaskan tentang pemahaman
orang-orang yang berpikiran kerdil dan berdada sempit, yakni mereka yang bersemangat memberantas setiap sesuatu yang
dianggap baru dan mengingkari setiap kreasi yang bermanfaat. Di samping juga akan
dijelaskan mengenai pemahaman yang benar tentang makna bid’ah dan pembagiannya
menurut para ulama’.
►Al-Asya’irah
(Ulama bermadzhab al-Asy’ari dalam bidang ketauhidan): Menjelaskan madzhabnya
dan para ulama besar yang menjadi pengikutnya.
►Hakekat Tawassul
: Menjelaskan persoalan tawassul yang disepakati kebolehannya; hadis
mengenai tawassulnya Nabi Adam as kepada Nabi Muhammad saw, disertai komentar
dari dua ulama’ besar, yakni Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab, serta
komentar Asy-Syaukani tentang diperbolehkannya bertawassul melalui Rasulullah
saw . Dalam akhir pembahsannya akan disebutkan beberapa ulama besar, para
huffazh dan pakar hadis yang sangat terkenal ajarannya mengenai tawassul.
►Syafaat
: Menjelaskan tentang hakekat syafaat; para sahabat memohon syafaat kepada
Rasulullah saw; dan interpretasi Ibnu
Taimiyah tentang ayat-ayat syafaat.
►Istighatsah dan Isti’anah
: Menjelaskan mengenai memohon bantuan kepada Rasulullah saw; juga dijelaskan
tentang kampanye para propagandis batil seputar persoalan ini.
Bagian
Kedua : Mengkaji
kekhususan kenabian Nabi Muhammad saw, hakekat kenabian dan kemanusiaan beliau.
Dalam rincian kajiannya, penulis juga mencoba membicarakan persoalan Tabarruk
dan pemahamannya yang sering disalahartikan hakekatnya oleh sekelompok
orang.
Bagian Ketiga : Membicarakan berbagai macam persoalan. Di
antaranya adalah mengenai hakekat kehidupan Barzakhiyah, disyari’atkannya
berziarah ke makam Rasulullah saw dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Juga
dijelaskan mengenai pemahaman yang benar terhadap teks hadis : لاَ
تـُـشَـدُّ اَلـرِّحَالُ (“Janganlah anda
bepergian jauh ….”), disertai komentar dan tanggapan dari ulama’ salaf
tentang disyari’atkannya menziarahi makam Rasulullah saw. Dalam bab ini juga
dibicarakan beberapa kajian menarik dan pelik tentang petilasan, bekas
peninggalan sejarah para Nabi dan kaum shalihin di masa lalu, usaha pelestarian
para sahabat tentang beberapa petilsan dan peninggalan Rasulullah saw. Juga
kajian mengenai pemahaman yang benar tentang majlis perkumulan, serta
penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi. Bab ini dikhari dengan kisah
pemerdekaan budak Tsuwaibah , disertai komentar dari para ulama tentang
persoalan ini.
Itulah sajian ringkas mengenai
isi kandungan buku “Mafahim Yajibu an Tushahhahu” (Pemahaman-pemahaman
Yang Perlu Dibenarkan), yang ditulis oleh seseorang yang dikenal sebagai ulama
dua kota Haram, Makkah dan Madinah,
seorang yang telah menyelami dalamnya lautan ilahi dan sunnah Nabi, seorang
yang sering menyumbangkan pemikirannya dalam pertemuan-pertemuan ilmiah dan
simposium fiqhiyah pada Organisasi Rabithah ‘Alam Islamy,
pada acara Haflah Musabaqah Tahfizhil Qur’anil Karim, dan
Konperensi-komperensi Sunnah Nabawiyyah.
Beliau adalah seorang ulama dan
penulis yang produktif. Jumlah karangannya lebih dari tiga puluh judul buku, di
antaranya adalah berkaitan dengan persoalan Al-Qur’an dan cabang-cabang, Hadis
dan cabang-cabangnya, Sejarah Nabi Muhammad saw (Sirah Nabawiyah),
Nasehat-nasehat agama dan dakwah Islamiyah. Semua karangannya tersebut
memanggil kita untuk memberikan penghargaan terhadap buku ini; mengajak kaum
muslimin untuk mempelajarinya dan menyambut ajakannya; mendorong Dunia Islam
untuk menyelidiki, membahasnya, dan
mengajarkan kepada anak-anak bangsa isi kandungannya, yakni isi kandungan yang
memuat suatu kebenaran yang jelas dan menolak setiap larangan agama, kesesatan,
kebohongan dan usaha provokasi para musuh Islam. Semoga Allah senantiasa
mengokohkan para hamba-Nya yang shaleh dengan cara mengokohkan agama-Nya yang
lurus.
Akhirnya, kami senantiasa memohon kepada Allah
swt agar berkenan memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kaum muslimin untuk
mempelajari isi kandungan buku ini dan menyambut ajakannya. Kami juga memohon
kepada-Nya semoga penulisnya diberi balasan pahala yang setimpal, diselamatkan
dari rekayasa jahat para musuhnya, dan semoga akan menjadi kenyataan mengenai
apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam al-Qur’an, bahwa Allah swt selalu menolong
orang-orang yang mengajak menuju ke jalan kebenaran dan agama-Nya, serta
menelantarkan para musuh Islam yang mengajak menuju ke jalan kebatilan.
Wallahul Muwaffiq wal Hadi
ilal-Haqqil Mubin.
Akhir Jumadil Ula, 1405 H /
1985 M
( Hasanain Muhammad Makhluf )
D. SAMBUTAN TOKOH ULAMA DUNIA ISLAM
Beberapa
tokoh ulama besar dunia, setelah menelaah buku Mafahim Yajibu an Tushahhahu
ini dan Taqdim yang disampaikan oleh
oleh Syaikhul Islam asy-Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf, mereka memperkokoh
lagi dan ikut menyetujuinya dengan memberikan kata sambutan, pujian dan
sanjungan terhadap buku ini. Namun kami – penterjemah – tidak perlu menyebutkan
semua sambuatan mereka yang tidak kurang dari 34 kata sambutan tersebut satu
persatu, yang dicantumkan dalam buku ini mulai halaman 14 sampai pada halaman
69. Meskipun demikian, penerjemah akan menampilkan satu kata sambutan dari para
ulama Majlis Qismul Hadis dan para tokoh ulama dari Universitas Al-Azhar Kairo
Mesir. Barangkali sambutan tersebut dapat mewakili seluruh sambutan yang ada.
Di
antara para tokoh yang telah memberikan kata sambutan-nya sebagai
berikut :
1. Syaikh Muhamad bin Ahmad bin Hasan al-Khazrajy, Menteri Urusan
Keislaman dan Wakaf di Uni Emirat Arab.
2. Prof. Dr. Muhammad at-Thayyib an-Najjar, mantan
Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Ketua Pusat Kajian as-Sunnah dan as-Sirah
an-Nabawiyah, dan Anggota Panitia Pemberian Penghargaan Internasional Raja
Faisal.
3. Prof. DR. Syaikh Abu Wafa’ at-Taftazany,
Pembantu Rektor Al Azhar Kairo Mesir
4. Syaikh Muhammad bin Abdurrahman Ali asy-Syaikh Abu Bakar bin
Salim, Mufti Republik Islam Jazar
al-Qamar.
5. Ustadz as-Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Hasyimy al-Hasany,
Penasehat Dewan Pembina Negara Uni Emirat Arab
6. Syaikh Imam Musa Dhaifullah, anggota Rabithah
‘Alam Islamy Makkah dan Pemuka kaum Muslimin Cad.
7. Sayyid Abdullah Kanoun al-Hasany, Ketua
Majlis Ulama Maroko dan anggota Rabithah ‘Alam Islamy .
8. DR. Al-Husainy Hasyim, mantan Pembantu Rektor Universitas Al Azhar
Kairo Mesir dan Sekjen Lembaga Riset
Ilmiyah Islamiyah Mesir.
9. Prof. DR. Rauf Syalaby, mantan Pembantu
Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
10. Sayyid Yusuf Hasyim
ar-Rifa’I, anggota Parlemen dan Menteri Negara pada Majlis Kementerian Kuwait
11. DR. Abdul Fattah Barakah, Sekjen Lembaga
Kajian Islam Mesir .
12. Syaikh Sayyid Ahmad
al-‘Audh, Hakim Mahkamah Agung Sudan dan Ketua Majlis Fatwa Syar’I Sudan
13. Ulama Qismul Hadis dan Tokoh Ulama Al Azhar Kairo Mesir.
14. Sambutan atas nama para dosen Hadis Universitas Al Asyrafiyah
Pakistan, Ketua Majlis Ulama Pakistan, yang ditandatangani oleh Muhammad Malik
Al-Kandahlawy (Guru Besar Hadis), Muhammad Ubaidillah Al-Mufti (Rektor) dan
Hamid Miyah bin Muhammad Miyah (Ketua Majlis Ulama Pakistan).
15. Rektor Universitas Al-Ulum al-Islamiyah Karachi Pakistan.
16. Sayyid Muhammad Abdul Qadir Azzad (MUI Pakistan), Nafis al-Husaini
(khalifah syaikh Abdul Qadir Raibury), Muhammad Abdul Ghani (Rektor Universitas
Al-Madaniyah Lahore Pakistan), dan Ali Ashghar (Khathub Punjab Pakistan).
17. Prof DR. Husnul Fatih Qaribullah (Rektor Universitas Ummu Durman
Sudan).
18. Abdul Gafur ‘Athar, sastrawan terkemuka Saudi Arabia dan penerima
Penghargaan Internasional Raja Faishal dalam bidang sastra.
19. Syaikh Yusuf Ahmad ash-Shiddiqy, hakim pada pengadilan banding
tingkat tinggi syar’I Bahrain.
20. Atas nama para ulama Yaman yang ditandatangani oleh syaikh Asad bin
Hamzah bin Abdul Qadir, Ibrahim bin Umar bin Aqil (mufti Yaman), Ahmad Dawud,
Sayyid Abdul Hadi Ujail (ketua Badan Penyelamat Islam Yaman), Muhammad Hizam
al-Maqramy (ketua Islamic Centre Yaman), Sayyid Muhammad bin Sulaiman (mufti),
Ahmad Ali al-Washabi, Abdul Karim bin Abdullah, Husain bin Abdullah al-Washabi,
Sayyid Muhammad Ali al-Bathah, Muhammad Ali Makram (mufti), dan Muhammad Ali
Manshur (direktur al-Ma’had al-Islamiyah di Shan’a Yaman).
21. Syaikh Muhammad asy-Syadzili an-Naifar, dekan fakultas
Syari’Allaahumma Universitas Tunisia, anggota Parlemen Tunisia, dan anggota
Rabithah ‘Alam Islamy.
22. Syaikh Muhammad Fal al-Banani, sekjen Rabithah al-Islami Republik
Mauritania, dan anggota Rabithah ‘Alam Islami Makkah.
23. Syaikh Muhammad Salim Adud (Abdul Wadud), mantan katua Mahkamah
Tinggi Mauritania dan anggota Rabithah ‘Alam Islami Makkah.
24. Syaikh Muhammad Azizur Rahman al-Haqani al-Hazarawi, Muballigh dan
Imam Masjid Ash-Shiddiq Rawalpindi Pakistan, Khalifah al-Imam al-Muhaddis
Muhammad Zakaria al-Kandahlawi.
25. Syaikh Abu Zaid Ibrahim Sayyid, pemnadu bahasa
arab di Mesir.
26. Syaikh Muhammad Abdul Wahid Ahmad, staf Kementerian Wakaf Mesir.
27. Syaikh Ibrahim ad-Dasuqy Mar’iy, mantan Menteri Wakaf Mesir.
28. Syaikh Husain Mahmud Mu’awwidh, tokoh Ulama al-Azhar Mesir.
29. Syaikh Sidi al-Faruqy, ketua MUI Maroko.
30. Syaikh Sidi Muhammad al’Araby bin al-Bahlul
al-Ruhaly.
31. Sayyid Abdullah bin Muhammad bin ash-Shiddiq
al-Ghamary, pakar ilmu Hadis Maroko
32. Sayyid Abdul ‘Aziz bin Muhammad ash-Shiddiq
al-Ghamary.
33. Sayyid Muhammad bin Ali al-Habsyi, ketua Islamic Centre Jakarta Indonesia.
34. Al-Habib Abdul Qadir Assegaf, Imam Besar dan
Syaikhul ulama’ di Hadhramaut Yaman
“… Buku yang ada
di hadapan kita ini merupakan kumpulan dari 10 buku yang ditulis oleh DR.
Muhammad Alawi al-Maliki al-Hasani, yang kemudian dijadikan menjadi satu buku.
Seluruh isinya, Alhamdulillah, penuh dengan mutiara ilmu yang bermanfaat,
pandangan yang lurus dan pemikiran yang tajam. Semoga buku ini bermanfaat. Buku
yang kemudian diberi judul Mafahim Yajibu an Tushahhahahu ini secara jelas dan gamblang menjelaskan
beberapa persoalan dan pemahaman keagamaan yang diyakini kebenarannya oleh
segelintir orang dan disangakanya bahwa mengingkari pemahaman tersebut adalah
suatu kebatilan. Penulis buku ini, berdasarkan kebenaran ilmu yang beliau
miliki, berusaha untuk mengoreksi faham atau pemahaman yang menyimpang
tersebut, kemudian berusaha untuk meluruskannya kepada suatu pemahaman yang
benar.” (Prof. DR. Muhammad at-Thayyib
an-Najjar, Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir).
“ … Setelah kami
telaah seluruh isi buku Mafahim Yajibu an Tushahhahahu ini, kami
dapat menyimpulkan bahwa isinya sesuai dengan apa yang diajarkanoleh para ulama
Ahlussunnah wal Jamaah , baik ulama salaf maupun khalaf. Penulis telah
menyelesaikan penulisan buku ini dengan baik, disertai dalil-dalil Al Qur’an
dan Hadis Nabi. Kami berharap kepada Allah swt, semoga kaum muslimin bersatu
padu dan satu kata di atas suatu
kebenaran yang jelas. Kami siap bersama penulis buku ini untuk mengajak kaum
muslimin ke jalan Allah swt dan menjadi penolong ahli kebenaran, yakni penolong
golongan Ahlussunnah wal Jama’Allaahumma. …”
(Sayyid Muhammad Abdul Qadir, ketua MUI Pakistan).
E. SAMBUTAN ULAMA MAJLIS QISMUL HADIS UNIVERSITAS AL AZHAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wash-shalatu
wassalamu ‘ala asyrafil mursalin, Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa
shahbihi ajma’in.
Selanjutnya,
Sambutan ini merupakan
penjelasan dan pernyataan para ulama Majlis Qismul Hadis an- Nabawy
Universitas Al Azhar asy-Syarif di
Kairo Mesir, berkaitan dengan terbitnya buku Hiwaru Ma’al Maliky (Perdebatan
bersama Al-Maliky) sebagai tandingan dari buku Mafahim Yajibu an
Tushahhahahu. Buku yang pertama di atas secara ringkas berisi sanggahan dan gugatan terhadap kebenaran yang
ada di dalam buku yang kedua, yang diuraikan dengan metode dialog atau debat
dalam bentuk buku.
Kami telah yakin bahwa kerajaan
Saudi Arabia merupakan pusat ilmu keislaman, tempat turunnya wahyu, dan kami
mengakui Pemerintah dan keluarga Sa’ud sebagai golongan orang yang beriman,
ikhlas, pembela dan penyebar Islam, serta pelayan dua kota suci Makkah dan Madinah.
Sewaktu menziarahi kota Makkah
dan memasuki lokasi Masjidil Haram melalui pintu Babussalam, kami dan
para ulama menyaksikan seorang ulama besar ahli hadis, yakni DR. as-Sayyid
Muhammad ‘Alawi al-Maliky al-Hasany, telah mengabdikan diri sepenuhnya untuk
menyebarkan ilmu hadis seperti yang pernah dilakukan oleh ayahnya. Keluarga
al-Maliky ini memliki keutamaan, keistimewaan dan kekhasan dalam meriwayatkan
hadis Nabi, yakni dengan metode Mushafahah (pengajaran Hadis secara
langsung dari mulut ke mulut) mulai darinya, dari ayahnya. dari guru-guru
ayahnya, dan seterusnya sampai kepada Rasulullah saw. Karya-karya beliau tidak
terhitung jumlahnya, serta para murid dan simpatisannya pun tersebar di
berbagai penjuru dunia Islam.
DR. as-Sayyid Muhammad Alawi
al-Maliki adalah seorang ulama kaliber internasional yang senantiasa berdakwah,
sekaligus seorang tokoh yang ikut serta dalam mendorong kebangkitan kebudayaan
dan kejayaan Islam, serta seorang Imam besar bidang Hadis Nabi yang sangat alim
lagi ikhlas. Sayang sekali jika masih ada sekelompok orang yang mengotori
beliau, menuduhnya tidak benar, dan yang sangat berbahaya adalah bahwa mereka
berani mencoba menghentikan langkahnya, membungkam pendapat-pendapatnya dan
menuduhnya kafir atau keluar dari Islam. Padahal pendapat-pendapat
beliau tidak jauh berbeda dengan pendapat para ulama terkemuka jaman dahulu,
seperti imam as-Suyuti, Ibnu Hajar, as-Subki dan ulama lainnya. Sekiranya
mereka mau menyelami dan menengok buku-buku literatur (buku rujukan) yang
beliau jadikan sebagai landasan berfikirnya, tentu mereka akan mengakui
kebenaran pendapat-pendapatnya, dan bahwa apa yang dikatakannya itu selalu
bermuara pada Hadis-hadis Nabi, sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama pada
umumnya. Adapun beberapa pendapat yang mereka rekayasa sebagai pendapat beliau
adalah suatu fitnah, bukan pendapat beliau yang sesungguhnya. Mereka hanya
menjadikannya sebagai landasan tuduhan untuk mengkafirkan beliau.
Na’udzu billahi min dzalik. Mata dan hati mereka benar-benar telah buta.
Kami membaca seluruh karya
Al-Maliky dan kami tidak menemukan satu pun pendapat beliau yang menyimpang,
sebagaimana yang dituduhkan pengarang buku Hiwar Ma’al Maliki ,
melainkan suatu ilmu yang sangat bermanfaat dan suatu petunjuk yang lurus.
Asya-Syaikh as-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki adalah seorang ‘alim yang
menguasai secara mendalam dan benar tentang ilmu Hadis Nabawi dan telah
mendapatkan gelar akademis tertinggi “Doktor” dari Universitas Al Azhar
Kairo Mesir dengan predikat sangat memuaskan, “Cumlaude”. Beliau berhasil
menulis beberapa buku karangan di bidang ilmu Hadis Nabawi, at-Tasyri’, dan
sejarah hidup Rasulullah saw. Para santri beliau dan para mahasiswanya tersebar
di setiap penjuru dunia. Kami telah melakukan kajian terhadap karya-karya
beliau, menyimak dan meneliti semua hadis beserta argumentasi beliau, serta
menyaksikan sendiri prilakunya, ketekunan shalatnya, dan sumbangsihnya di
setiap majlis ilmiahnya, sehingga kami berkesimpulan bahwa beliau benar-benar
seorang ulama yang tekun membina para santrinya untuk menguasai berbagai ilmu
dan mengamalkannya, dan seorang penulis buku-buku ilmiah diniah yang cukup
produktif, yang kesemuanya itu beliau jalani dengan penuh amanah. Beliau
benar-benar seorang ulama besar yang menjadi kebanggaan kerajaan Saudi Arabia,
kebanggaan setiap orang islam, bahkan kebanggaan seluruh ulama.
Kami sarankan kepada pengarang
buku Hiwar Ma’al Maliki dan mereka yang sehaluan dengannya, agar
segera bertaubat, karena mereka telah berdosa besar akibat tuduhan kufur dan
syirik yang mereka lontarkan kepada beliau. Sementara tuduhan kufur dan syirik
kepada sesama saudara muslim adalah sangat dilarang oleh Islam itu sendiri,
disebabkan persoalan keimaan adalah persoalan hati, sementara hanya Allah saja
yang mengetahui isi hati seseorang. Rasulullah saw sangat marah kepada
sahabat Usamah bin Zaid yang terlanjur membunuh musuh yang sudah
mengucapkan syahadat, walaupun
dia beralasan bahwa musuh tersebut mengucapkannya adalah demi membela diri.
Namun beliau saw tidak menerima lasannya dan balik bertanya, “Apakah kamu sudah
membelah dadanya ?”.
Allah
berfirman dalam QS An-Nisa’, [ 4 ] : 94,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا
لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan
"salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu
membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di
sisi Allah ada harta yang banyak.”
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
yang mengatakan kepada saudaranya, “Hai si Kafir”, maka kata itu pasti jatuh
pada salah satu dari keduanya”. Di dalam riwayat selainnya Beliau
saw bersabda, “Barangsiapa yang menuduh kafir atau mengatakannya sebagai
musuh Allah, padahal perkataan yang demikian itu, maka tuduhannya akan kembali
kepada orang yang mengucapkannya” (HR Muslim).
Demikianlah ketentuan Islam.
Kemudian, atas dasar apa penulis buku Hiwar
Ma’al Maliki dan kawan-kawannya melontarkan tuduhan yang penuh fitnah
dan melampaui batas tersebut ?! Sesungguhnya Allah swt tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan dasar apa lagi yang mereka jadikan
landasan untuk mengkafirkan beliau yang terhormat, DR Muhammad ‘Alwi al-Maliki,
yang sudah diakui kealimannya, dan sudah banyak buku-buku karangan beliau yang
tersebar ke berbagai penjuru dunia ?!
Subhanaka, hadza buhtanun
‘azhim, Maha
Suci Engkau, Ya Allah. Ini benar-benar kebohongan besar. Kami bersaksi bahwa mereka
benar-benar telah melakukan kesalahan yang cukup fatal lagi keji. Kami
menyarankan kepada mereka agar segera bertaubat kepada Allah swt dan
memperbaharui lagi ucapan syahadat-nya.
Buku Hiwar Ma’al Maliki yang
ditulis oleh Ibnu Muni’ berisi penghinaan dan kebohongan terhadap
pribadi DR as-Sayyid Muhammad ‘Alwi al-Maliki beserta keilmuan dan nasab
keturunan beliau. Hal ini mengakibatkan pengarangnya jatuh ke dalam larangan
Rasulullah saw, “Menghina orang Islam adalah fasik dan membunuh/memeranginya
(hukumnya) adalah kufur”.
Menurut pandangan kami, selaku ulama alumnus
Al Azhar, bahwa buku Hiwar Ma’al Maliki dan sejenisnya tidak
pantas dibaca seorang muslim, karena isinya berusaha memecah belah persatuan
dan kesatuan umat Islam beserta para ulamanya, membantu suksesnya rencana jahat
gerakan kaum zionis Ash-Shuhyuniyah (“Fremasonry”),
gerakan komunisme internasional dan musuh-musuh Islam lainnya. Hal ini jelas
sangat berbahaya terhadap kelangsungan dakwah islamiyah.
Dalam beberapa kitab fiqih,
madzhab, tafsir dan syarah-syarah Hadis Nabawi, kita saksikan adanya
perbedaan-perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Masing-masing madzhab dan
aliran pemikiran mereka memiliki ciri khas, metode atau sistim berfikir dan
argumentasinya masing-masing. Namun mereka tidak sampai saling kafir
mengkafirkan antara satu dengan lainnya. Berbeda dengan buku Hiwar Ma’al
Maliki, di dalam setiap uraiannya, nampak tersembunyi missi yang dijejalkan
oleh gerakan zionis internasional Freemasonry, kaum komunis atheistis,
dan para musuh Islam lainnya kepada pengarang buku tersebut, dengan tujuan
akhir untuk memecah belah persatuan dan kesatuan kaum muslimin dari dalam
melalui cara mempertentangkan antara ulama satu dengan lainnya. Hal ini mengingatkan kita pada taktik dan
strategi Devide et Empire. Dengan begitu, maka agama Islam dan
kebudayaannya akan mudah dihancurkan.
Gerakan sekularisme yang
didukung oleh komunisme berusaha keras memisahkan antara agama dengan kehidupan
manusia, karena agama dipandang tidak bermanfaat bagi manusia. Di antara
caranya adalah memisahkan kegiatan keagamaan dari aktifitas kenegaraan, dengan
cara demikian, maka kaum muslimin khususnya, akan meragukan agamanya sendiri.
Ini hanya akan terwujud jika kaum muslimin sudah berani meragukan dan tidak
percaya lagi kepada para ulama dan muballighnya. Dengan demikian, maka apa saja
yang dikatakan dan diajarkan para ulama tentu tidak dipercayai dan tidak
diterima kaum muslimin. Jika sudah begitu kondisinya, maka berarti apa yang
dikehendaki para musuh Islam benar-benar telah tercapai. Buku Hiwar Ma’al
Maliki , nampaknya membawa missi menumbuhsuburkan
ketidakpercayaan kaum muslimin kepada para ulamanya. Yang perlu direnungkan
oleh pengarang buku tersebut dan semisalnya adalah, “Apakah Anda tetap
setia membantu para musuh Islam yang berusaha menusuk dan menghabisi para ulama
?! Ataukah Anda ingin bersama-sama kaum
muslimin untuk memerangi para musuh Islam yang ingin memadamkan aqidah
islamiyah tersebut, khususnya memerangi gerakan zionis Freemasonry,
atheisme, bahaiisme, qadhiyanisme (Ahmadiyah aliran qadhian), komunisme,
sekulerisme dan isme-isme lainnya !. Menjaga persatuan kaum muslimin
merupakan kewajiban suci. Setiap tindakan yang mengarah kepada usaha
pemecahbelahan kaum muslimin harus dihentikan.
Buku Hiwar Ma’al Maliki isinya
diwarnai dengan cacian, pencemaran nama baik, fitnahan dan pelecehan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan fakta. Karenanya, pengarangnya perlu dihukum
sesuai dengan aturan hukum Islam yang berlaku, yakni cambukan sebanyak
80 kali dan tidak diterima persaksiannya. Kami berharap kepada para ulama Islam
di seluruh dunia Islam pada umumya, dan di kerajaan Saudi Arabia pada
khususnya, agar segera menghentikan setiap usaha pemecahbelahan kaum muslimin.
Apalagi kami telah mengakui kerajaan Saudi Arabia sebagai Negara Pelindung
Agama Islam, pusat dan sumber ilmu-ilmu keislaman, tempat turunnya wahyu, dan
pusat pertemuan pemikiran keislaman yang bertujuan untuk mempersatukan kaum
muslimin, bukan untuk memecah belah mereka.
Kami selaku para ulama sangat
berharap kepada Yang Mulia Raja Fahd bin Abdul Aziz dan seluruh staf
pemerintahannya agar menindak tegas orang-orang yang berusaha merusak persatuan
dan kesatuan umat Islam dengan para ulamanya. Dan kami juga berharap
kiranya berkenan mengijinkan seorang
ulama besar, ahli hadis, yang terhormat as-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki
Al-Hasani untuk berkumpul kembali dengan para santri dan simpatisannya di
Masjidil Haram, sehingga ilmu beliau semakin bermanfaat.
Semoga shalawat dan salam Allah
senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, beserta seluruh
keluarga dan sahabat beliau.
Atas Nama Para Ulama Majlis
Qismul Hadis Universitas Al Azhar Kairo Dan
Para Tokoh Ulama Alumni Universitas Al Azhar,
1.DR. Ahmad Umar Hasyim, mantan
Ketua Majlis Qismul Hadis dan Dekan
Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar
2. Syaikh Muhammad As-Sanrawi,
Penguji/Promotor pertama Al Azhar
3. DR. Abdul Ghani Al-Rajihi,
Guru Besar Pascasarjana Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar