BAGIAN PERTAMA : AL-ILAHIYYAT
– (KETUHANAN)
Ketauhilah saudaraku, - semoga Alloh SWT menunjuki kita ke jalan
yang benar -, bahwa Dzat Alloh SWT lebih
besar dari apa yang digambarkan oleh akal manusia, lebih besar dari apa yang
diketahui oleh akal manusia. Karena,
betapa pun tinggi dan cerdasnya seseorang, kekuatan dan kemampuan akalnya tetap
sangat terbatas.
Berkaitan dengan persoalan itu, kami
akan membahasnya secara khusus, Insya Allah, yang mana dari pembahasan ini Anda
akan mengetahui keterbatasan akal manusia dalam memahami hakekat segala
sesuatu. Akan tetapi, cukuplah kiranya kami mengingatkan Anda, bahwa apa saja
yang pernah dicapai oleh akal kita sekarang ini, dari yang besar (luas-sulit)
sampai yang kecil (sepele), ternyata sangat berguna untuk mengetahui banyak
hal, sementara akal tidak dapat mengetahui hakekatnya.
Sama halnya dengan listrik, magnet dan
yang lainnya, merupakan kekuatan yang dapat kita daya gunakan dan kita
manfaatkan, sementara kita tidak mengetahui hakekatnya sedikit pun. Seorang
tokoh intelektual yang jenius saat ini pun tidak mampu menguraikan
(mendatangkan manfaat) tentang hal itu sedikit pun kepada Anda, (lalu
berkesimpulan) bahwa mengetahui Dzat (inti isi, esensi) dan hakekat dari segala
sesuatu itu sedikit pun tidak ada manfaatnya bagi kita, dan kita cukup
mengetahui ciri-ciri / karakteristiknya
yang dapat mendatangkan manfaat pada kita.
Jika seperti ini keadaan kita dalam
mengetahui berbagai urusan yang kita sentuh (kita capai) dan rasakan, lalu
bagaimana keadaanmu dengan mengetahui Dzat Alloh SWT? Sungguh, sesatlah kaum
(ahli kalam, teolog) yang membicarakan tentang "Dzat" Alloh SWT.
Perbincangan mereka itulah yang menyebabkan kesesatan mereka, terjadinya fitnah
di kalangan mereka dan terjadinya perselisihan pendapat di kalangan mereka.
Karena mereka memperbincangkan sesuatu yang tidak mereka ketahui
batas-batas-Nya, mereka tidak mampu mengetahui keberadaan (eksistensi)-Nya.
Oleh karena itu, Rosululloh SAW melarang memikirkan Dzat Alloh SWT. Sebaliknya
beliau SAW memerintahkan untuk memikirkan makhluk-Nya.
Tafakkur Tentang Dzat Alloh SWT
Bersumber dari Ibnu Abbas ra, bahwa
suatu kaum bertafakkur (berfikir) tentang Dzat Alloh, lalu Rosululloh
SAW bersabda:
تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللهِ وَ لاَ تَفَكَّرُوْا
فِي اللهِ, فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدُرُوْا قَدْرَهُ
Artinya:
"Bertafakkurlah tentang makhluk
ciptaan Alloh SWT dan jangan bertafakkur tentang (Dzat) Alloh SWT, karena
kalian tidak akan mampu memperhitungkan kadar-Nya"
Kata
al-'Iraqiy, H.R. Abu Na'im dalam kitab Al-Hilyah dengan sanad dho'if.
Diriwayatkan Al-Asbahaniy dalam kitab At-Tarhib wat Targhib dengan sanad
lebih shahih darinya. Demikian pula diriwayatkan dari Abusy-Syaikh dengan sanad
shahih. Singkat kata, hadis ini ber-sanad shahih makna.
Hal tersebut bukan berarti mencegah /
membatasi kebebasan berfikir, bukan men-jumud-kan (memandulkan) analisis dan
bukan pula menyempitkan ruang gerak akal, akan tetapi sebagai usaha penjagaan bagi akal agar tidak
terjebak kedalam jurang kesesatan dan sebagai usaha menjauhkan akal dari
pembahasan-pembahasan yang tidak jelas juntrungnya (tak jelas metode dan sarana
berfikir yang benar) dan akal tidak kuat / mampu memikirkannya, sekali pun
sehebat apapun akalnya.
Itulah cara dan metode berfikir yang
dipraktekkan oleh kaum shalihin dari hamba-hamba Allah yang sangat makrifat
(kaum 'arifin) terhadap keagungan Dzat Alloh SWT dan kemuliaan Qudrat-Nya.
Asy-Syibliy - seorang sufi yang bernama asli Abu Bakar
Dalf bin Jahdar As-Syibliy. Dia lahir dan
hidup dewasa di Baghdad, hidup bersahabat dengan Junaid dan kaum sufi di
masanya, bermadzhab Malikiy, berusia sampai 87 tahun dan wafat di Baghdad.
- Dia pernah ditanya seseorang tentang Dzat
Alloh SWT. Lantas dijawab, "Dia-lah Allah Yang Maha Esa yang sudah dikenal
sebelum ada batas-batas (ruang dan waktu, alam semesta) dan sebelum ada
huruf".
Pernah dikatakan kepada Abu Zakariya
Yahya bin Mu'adz, "Beritahu aku tentang Alloh SWT!". Lantas dia
jawab, "Tuhan Yang Esa". Ditanyakan lagi kepadanya, "Bagaimana
Dia?", dan dijawabnya, "Dia Raja Diraja Yang Maha Kuasa". Ditanya
lagi, "Di mana Dia?". lalu dijawab "Dia selalu mengintai".
Komentar si penanya, "Saya tidak menanyakan soal itu". Lantas dijawab
oleh Yahya, "Apa saja selain itu merupakan sifat makhluk. sedangkan
sifat-Nya adalah apa saja yang aku beritahukan kepada Anda".
Oleh karena itu, batasilah himmah (keinginan) Anda dalam rangka mengetahui keagungan Tuhan Anda dengan cara mentafakkuri makhluk-Nya dan berpegang teguh pada segala konsekwensi sifat-sifat-Nya.
Sang Maha Pencipta, Alloh SWT, telah
memproklamirkan "Diri-Nya" kepada semua makhluk melalui Asma'-asma'
dan Sifat-sifat yang sesuai / berkaitan dengan kemahamuliaan-Nya. Seorang
mukmin sebaiknya menghafalkan Asma-asma'-Nya tersebut sebagai bentuk tabarruk
(ngalap berkah) terhadapnya, sebagai usaha menikmati kelezatan berdzikir, dan
sebagai wujud pengagungan terhadap Kemahakuasaan-Nya.
Berikut ini akan dikemukakan ke
hadapan Anda sebuah Hadis shahih yang memuat keseluruhan Asma'-asma'-Nya.
Sementara sebaik-baik mu'allim (guru pengajar) adalah Hadis Rosululloh SAW,
sebaik-baik mursyid dan penunjuk jalan adalah lesan wahyu (sabda Nabi) dan
misykat (lampu penerang) kenabian.
Dari Abu Hurairah ra, katanya, bahwa Rosululloh
SAW bersabda :
لله تسعة وتسعين اسما, مائة الا واحدا, لا تحفظها
احدٌ الا دخل الْجنّة
Artinya
:"Allah
memiliki Asma' sejumlah 99, yakni 100 kurang satu. Tidak satu pun orang yang
menghafalnya, melainkan dia akan masuk surga. Dia itu (berjumlah) ganjil, dan
Dia menyukai (hitungan) yang ganjil"(HR Bukhari dan Muslim).
Menurut riwayat imam Bukhari (dengan
redaksi), "مَنْ أحصاها..."
(Barangsiapa yang menghitungnya .... maka akan masuk surga)". Imam
Tirmidzipun juga meriwayatkan hadis ini dengan tambahan (berikut) :
هُو الله الّذي لا إله إلاّ هو الرحـمن الرحيم
الْملك القدّوس السلام الْمؤمن الْمهيمن العزيز الْجبّار الْمتكبّر الْخالق البارئ
الْمصوّر الغفّار القهّار الوهّاب الرّزّاق الفتّاح العليم القابض الباسط الْخافض الرافع
الْمعزّ الْمذلّ السميع البصير الْحكَم العدل اللطيف الْخبير الْحليم العظيم الغفور
الشكور العليّ الكبير الْحفيظ الْمقيت الحسيب الْجليل الكريْم الرقيب الْمجيب الواسع
الْحكيم الودود الْمجيد الباعث الشّهيد الْحقّ الوكيل القويّ الْمتين الوليّ الْحميد
الْمحصي الْمبدئ الْمعيد الْمحيي الْمميت الحيّ القيّوم الواجد الْماجد الواحد الصمد
القادر الْمقتدر الْمقدّم الْمؤخّر اْلأوّل الآخر الظاهر الباطن الوالي الْمتعالي البرّ
التوّاب الْمنتقم العفوّ الرؤوف مالك الْملك ذوالْجلال والإكرام الْمقسط الْجامع الغنيّ
الْمغني الْمانع الضارّ النافع النور الْهادي البديع الباقي الوارث الرشيد الصبور.
No |
Asmaul Husna |
Arti / Makna Kandungan |
1 |
الله |
Alloh SWT, Ismudz-Dzat (nama diri Tuhan
kita) |
2 |
الرحـمن |
Maha Pengasih (kepada semua makhluk di dunia, baik yang beriman
/ tidak, benda mati/hidup, dll) * ketenangan jiwa; permintaan mustajab |
3 |
الرحيم |
Maha Penyayang (kepada kaum yang beriman di akhirat) * Daya pikat |
4 |
الْملك |
Raja Diraja, Maha menguasai segala sesuatu. * Peroleh keberkahan/kemanfaatan |
5 |
القدّوس |
Maha Suci, bersih dari segala aib/sifat
kotor & kurang * Terhindar dari penyakit (fisik-psikis)
|
6 |
السلام |
Sumber Keselamatan, Pemberi keselamatan * Selamat dari berbagai bencana |
7 |
الْمؤمن |
Membenarkan janjinya pada makhluk, Memberi
keamanan / keselamatan makhluk dari siksa-Nya. * Kebutuhan tercukupi. * Terhindar dari kebohongan |
8 |
الْمهيمن |
Maha Memelihara, *
Mengetahui isi hati / Terbukanya rahasia. |
9 |
العزيز |
Maha Mengalahkan, Maha Gagah Perkasa * Kewibawaan, kemuliaan, disegani lawan |
10 |
الْجبّار |
Yang Maha Perkasa dalam rangka
terlaksanan-Nya segala perintah-Nya. * Perkasa, mudah mengalahkan musuh. |
11 |
الْمتكبّر |
Maha Luhur, Tinggi, Sombong, Agung. * Terjaga dari jalan kesesatan |
12 |
الْخالق |
Maha Pencipta. * Berharap sesuatu yang hilang
kembali |
13 |
البارئ |
Maha Membebaskan. Maha Membuat / memunculkan segala makhluk
bernyawa dari ketiadaan. * Memiliki kemampuan (dalam segala hal) |
14 |
الْمصوّر |
Maha Pembentuk Rupa * Merubah (dari tak mampu menjadi mampu) |
15 |
الغفّار |
Maha Pengampun * Terampuninya dosa |
16 |
القهّار |
Maha Pemaksa, Mengalahkan * Tak terjerumus kedalam bujuk rayu nafsu / duniawi |
17 |
الوهّاب |
Maha Pemberi Karunia * rizki diperluas |
18 |
الرّزّاق |
Maha Pemberi Rizki * Memudahkan pencarian rizki lahir-batin |
19 |
الفتّاح |
Maha Pembuka, Penakluk, Pemberi keputusan * Terbukanya jalan, cita-cita, problem hidup |
20 |
العليم |
Maha Mengetahui * Mengetahui sesuatu yang rahasia/samar. |
21 |
القابض |
Maha Pencabut, Menggenggam / Menyempitkan rizki * Menyadarkan, kuasai/kendalikan orang zhalim |
22 |
الباسط |
Yang Membentangkan / meluaskan rizki * Kelapangan rizki dan hati dalam
bermakrifat |
23 |
الْخافض |
Yang Menjatuhkan, merendahkan, menurunkan
derajat * Menyadarkan orang yang zhalim |
24 |
الرافع |
Yang meninggikan derajat * Ketinggian derajat |
25 |
الْمعزّ |
Maha Memuliakan, memberi kemuliaan * Kewibawaan |
26 |
الْمذلّ |
Yang Menhinakan, Merendahkan * Merendahkan orang zhalim |
27 |
السميع |
Maha Mendengar * Terkabulnya doa-permohonan * Pendengaran tajam |
28 |
البصير |
Maha Melihat * Melihat kesamaran. Awas/waspada, * Panglimunan |
29 |
الْحكَم |
Maha Menetapkan hukum secara Bijaksana * Cerdas, cepat faham (disertai usaha belajar) |
30 |
العدل |
Sangat Adil. * Miliki sikap adil-bijaksana |
31 |
اللطيف |
Maha Halus, Maha Lembut. * Kesulitan jadi sirna * Mudahkan segala urusan. |
32 |
الْخبير |
Maha Mengenal/Waspada/Tahu segala kabar
berita * Waspada.
* memotifasi orang lain |
33 |
الْحليم |
Maha Penyantun (tak lekas marah dlam
jatuhkan siksa) * Mengendalikan kemarahan |
34 |
العظيم |
Maha Agung * Miliki keagungan/kewibawaan,
* usir kesusahan |
35 |
الغفور |
Maha Mengampuni * Meredakan kemarahan orang, *
Sukses/kemudahan |
36 |
الشكور |
Maha Pembalas, Mensyukuri * berhati syukur. *
Derajat tinggi |
37 |
العليّ |
Maha Tinggi, Luhur, Bersih dari segala kekurangan * Wibawa, Disegani |
38 |
الكبير |
Maha Besar, Agung * Miliki keagungan/kewibawaan, * usir kesusahan |
39 |
الْحفيظ |
Maha Pemelihara * Terjaga/terpelihara dari keburukan |
40 |
الْمقيت |
Maha Memberi kekuatan (lahir-batin),
Pemberi makan. * Kuat menahan lapar-haus/kepayahan |
41 |
الحسيب |
Maha Menjamin, Mencukupi makhluk-Nya * Tercukupi kebutuhan hidup |
42 |
الْجليل |
Maha Luhur, Agung * Kewibawaan, *
pancaran pandangan |
43 |
الكريْم |
Maha Dermawan, Maha Mulia * Perlancar rizki / urusan |
44 |
الرقيب |
Maha Meneliti, Mengawasi * Terjaga perbuatan/gerak-geriknya. * Sikap
tenang |
45 |
الْمجيب |
Yang Mengabulkan / Mengijabahi segala permohonan * Segala doa, hajat-permohonan terkabul |
46 |
الواسع |
Maha Luas Pemberian-Nya * Kelancaran, kemudahan, keluasan rizki |
47 |
الْحكيم |
Maha Bijaksana * Peroleh ilmu hikmah/samar |
48 |
الودود |
Yang Maha Mencinta, Pengasih * Dicintai semua makhluk *Daya pikat |
49 |
الْمجيد |
Maha Mulia * Dimuliakan & dicintai keluarga dan
lainnya |
50 |
الباعث |
Yang Maha Membangkitkan * Ketenangan hati, * dapat ilmu manfaat |
51 |
الشّهيد |
Maha Menyaksikan * Terpelihara dari akhlak yang
keterlaluan/buruk |
52 |
الْحقّ |
Yang Maha Benar, Nyata wujud-Nya * Ketahui hakekat/hal-2 yang samar, * Hati teguh |
53 |
الوكيل |
Maha Memelihara, Melindungi, Mengurusi
makhluk, * Dapat jatah rizki min haitsu la yahtasib |
53 |
القويّ |
Maha Kuat *Miliki kekuatan badan, * Hentikan kedholiman |
55 |
الْمتين |
Yang Kokoh, kuat * Tak miliki kelemahan (fisik-psikis), * Berjiwa besar/kokoh
pendirian. |
56 |
الوليّ |
Pemelihara, Penolong * Kedudukan/jabatan tak tergeser |
57 |
الْحميد |
Maha Terpuji * Terpuji, mulia di masyarakat |
58 |
الْمحصي |
Maha Menghitung, Maha Memelihara segala sesuatu dengan ilmu-Nya
sehingga tiada yang tertinggal * Semakin dekat dengan Alloh SWT |
59 |
الْمبدئ |
Maha Memulai, Pelopor dalam penciptaan * Punya kelebihan tahu hal-2 yang rahasia |
60 |
الْمعيد |
Yang mengulangi penciptaan seperti semula * Mengembalikan orang / barang yang
hilang |
61 |
الْمحيي |
Maha Menghidupkan * Hati yang hidup/halus/lunak/ringan |
62 |
الْمميت |
Maha Mematikan * Merusak orang yang zholim |
63 |
الحيّ |
Maha Hidup Abadi * Hati hidup, terhindar dari penyakit hati |
64 |
القيّوم |
Maha Berdiri sendiri dalam mengurusi
makhluk * Gabungan: Ya Hayyu Ya Qoyyum :
terkabulnya hajat / keinginan. Doa Asif bin Barkhiyah pindahkan istana
Bilqis. |
65 |
الواجد |
Yang Kaya.
Maha Menemukan * Pendirian kuat, tak
terombang-ambing |
66 |
الْماجد |
Yang Agung, yangMaha
mulia * Daya kekuatan, daya ingin, kecerdasan |
67 |
الواحد |
Yang Esa * Mohon anak * Untuk islah-kan masyarakat |
68 |
الصمد |
Tempat Bergantung segala sesuatu * Percepat cita-2. * terhindar
bencana * Qona'ah |
69 |
القادر |
Maha Kuasa * Kesuksesan * peroleh kekuasaan yang hilang |
70 |
الْمقتدر |
Maha Menentukan, Maha Berkuasa * Kelancaran / kemudahan dalam segala
pekerjaan |
71 |
الْمقدّم |
Yang Mendahulukan * Segala daya-kekuatannya cepat
berkembang |
72 |
الْمؤخّر |
Maha Mengakhirkan, Menunda * permohonan terkabul, * ringan taat/beragama |
73 |
اْلأوّل |
Yang Awal * Rencana segera terealisir |
74 |
الآخر |
Yang Akhir * Pintu rizki halal terbuka lebar & mudah |
75 |
الظاهر |
Nyata Wujud-Nya; Maha Nampak segala ciptaanNya. * Tahu perkara yang
tersembunyi |
76 |
الباطن |
Maha Tersembunyi / tak tampak Dzat-Nya * jauh dari ketakutan, * dicintai orang lain |
77 |
الوالي |
Maha Menguasai makhluk * Ditakuti / disegani semua makhluk |
78 |
الْمتعالي |
Yang Maha Luhur, Bersih, Suci dari sifat
kekurangan * Menundukkan orang / pimpinan |
79 |
البرّ |
Melimpahkan kebaikan, Menaruh iba pada makhluk * Keluarga-harta terjaga, * limpahan nikmat, * mudah |
80 |
التوّاب |
Maha Penerima Taubat * Diterimanya taubat, * mudah Taat-beribadah |
81 |
الْمنتقم |
Maha Penyiksa, Penuntut Balas * Kejahatan/kezholiman si zholim
berantakan |
82 |
العفوّ |
Maha Pemaaf * Dicintai Alloh SWT. * Tak diperlakukan
semena-mena |
83 |
الرؤوف |
Maha Pengasih, Berbelas kasih * Bersikap lembut, Tak keras kepala /
congkak |
84 |
مالك الْملك |
Pemilik kerajaan * Pemimpin yang dicintai rakyat * jabatan tak tlngser |
85 |
ذوالْجلال والإكرام |
Pemilik Keagungan dan kemuliaan * Dicukupi segala hajat-cinta-citanya |
86 |
الْمقسط |
Maha Adil dalam menghukum / mengadili * Miliki sikap adil dalam segala hal. |
87 |
الْجامع |
Yang mengumpulkan segala makhluk di hari
kiamat * Barang hilang ketemu, * Damaikan 2 org bermusuhan |
88 |
الغنيّ |
Maha Kaya, Memiliki kekayaan * Tercukupi hajat hidup (kaya) |
89 |
الْمغني |
Maha Pemberi kekayaan * Diberi kekayaan, * Lancar & mudah
urusan / cita2 |
90 |
الْمانع |
Maha Pencegah, Penolak (rizki). * Hilangkan was-was /
kekhawatiran / ketakutan |
91 |
الضارّ |
Yang Menimpakan bahaya * Penyakit kronis sembuh, |
92 |
النافع |
Pemberi Kemanfaatan * Yang sakit segera sembuh, * yang sehat tetap terjaga |
93 |
النور |
Maha Bercahaya, Sumber cahaya * Hati tersinari cahaya iman * Dekatkan pada Alloh |
94 |
الْهادي |
Pemberi Petunjuk * Enteng berbuat taat/baik, * Hatinya terang |
95 |
البديع |
Maha Pencipta Sesuatu Yang baru * Lisan fasih-lancar, ucapannya berhikmah |
96 |
الباقي |
Yang kekal Abadi, Langgeng * Kekokohan pendirian,
istiqomah beribadah, usaha langgeng |
97 |
الوارث |
Yang Mewarisi * Kesuksesan usaha & cita-cita |
98 |
الرشيد |
Maha Lurus, Pemberi petunjuk dan kepandaian
pada makhluk menuju kemaslahatannya * Memulai & mengakhiri pekerjaan dengan baik |
99 |
الصبور |
Penyabar, tidak segera menyiksa makhluk
berdosa * Kesuksesan kerja, tak alami kerugian |
Asmaul Husna yang 99 ini tidak
meliputi semua yang terkait dengan Asma' Alloh SWT . Akan tetapi ada beberapa hadis yang menyebutkan beberapa
Asmaul Husna selain yang 99 itu..
Hadis riwayat lain menyebutkan adanya
beberapa Asmaul Husna seperti Al-Hannan
(Yang Maha Kasih), Al-Mannan (Yang Memberi Anugerah), Al-Badii'
(Yang Manciptakan sesuatu yang baru).:
Ada hadis lain pula yang menyebutkan
Asmaul Husna : Al-Mughits (Yang Maha Memberi Pertolongan), Al-Kafiil (Maha
Menanggung, Menyaksikan, Melindungi), Dzut-Thoul (Pemiliki Kekuasaan), Dzul
Ma'arij (Pemilik tempat yang tinggi / langit), Dzul Fadhli (Pemiliki
anugerah/karunia), dan Al-Khollaq (Maha Menciptakan, Maha Memiliki balasan).
Abu Bakar ibn al-"Arabiy didalam
kitab "Syarah At-Tirmidzi" mengatakan seraya menceritakan
sebagian ahli ilmu (Ulama'), bahwa jika Asmaul Husna itu digabung / dikumpulkan
dari Al-Qur'an da Hadis, mencapai 1000 asma'.
Penulis kitab "Al-Qashdul
Mujarrod" juga mengutarakan hal yang sama. Demikian juga yang
diisyaratkan oleh imam Asy-Syaukaniy dalam kitab "Tuhfatdz-Dzakirin",
lalu berkomentar : "Aku cenderung pada bilangan yang dijelaskan oleh hadis
nabi tadi (yakni 99 Asma'), dan hal itu sudah cukup"
Ketahuilah, bahwa ada beberapa hadis
yang menyebutkan beberapa lafazh yang menunjukkan Asmaul Husna. Akan tetapi,
jika dilihat dari kontek persoalan (qarinah-qarinah yang
melatarbelakangi) dan asal usulnya, mengindikasikan adanya makna diluar itu.
Dan perlu dipahami pula, bahwa hal itu
lebih mengarah pada tinjauan makna secara majazi (makna kiasan /
sanepo), dan bukannya pada makna haqiqi (makna yang sebenarnya). Serta mengarah
pada tinjauan penamaan sesuatu dengan nama selainnya, disebabkan adanya
keterkaian antara keduanya (yakni antara "nama" dan sesuatu
obyek yang dinamai), atau disebabkan sebagai taqdir (perkiraan / penafsiran)
terhadap beberapa makna lafzh yang terbuang (tidak disebut).
Contohnya: Sebuah hadis yang
diriwayatkan Abu Hurairah dari Rosulullah Saw, kata beliau :
لا تَسُبُّوا الدَّهْرَ
فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ
Artinya
:"Janganlah kalian mencela Masa. Karena sesungguhnya Alloh
SWT itu Masa"."
(HR Muslim).
Ada Hadis lagi dari 'Aisyah ra :
دَعُوْهُ يَئِنُّ, فَإِنَّ اْلأَنِيْنَ اِسْمٌ
مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى يَرْتَاحُ اِلَيْهِ الْمَرِيْضُ
Artinya
:"Tinggalkan merintih / mengaduh /
mengeluh. Karena Rintihan itu salah satu Asma' Alloh SWT. yang menyebabkan orang
sakit merasa lega kepadanya"
Hadis itu dijelaskan pula oleh Jalaluddin as-Suyuthy dalam
kitab "Al-Jami'us Shoghir" dari Imam Ar-Rofi'iy dan
mengklasifikasikannya sebagai Hadis Hasan. Bukan riwayat imam Muslim dan
bukan hadis dari Abu Hurairoh sebagaimana disalahpahami oleh sebagian orang..
Ada hadis lagi yang menyebut "Romadhon"
sebagai Asma' Alloh SWT dalam beberapa teks Atsar (perkataan para
sahabat-tabi'in).
Maka, semua (lafazh Asmaul Husna) yang tersebut dalam
hadis-hadis diatas tidak menghendaki adanya makna sesuai yang tersurat
(tekstual, zhowahir) dan makna yang sebenarnya (haqiqoh). Akan tetapi
makna yang dimaksudkan dalam hadis pertama, misalnya, adalah bahwa : Alloh SWT itu adalah Penyebab Pertama (kausa prima /
Pencipta) dari terjadinya masa. Oleh
karena itu maka tidak dapat dibenarkan menisbatkan sesuatu kepada Masa, dan juga tidak boleh Mencela dan
mencaci Masa.
Yang dimaksud oleh hadis kedua adalah,
bahwa : Rintihan merupakan pengaruh
dari kekuasaan Alloh yang dapat melegakan orang yang sakit.
Demikianlah pemaknaan yang sesuai
Konteks Persoalan (yang melatarbelakanginya pemaknaan tidak sesuai dengan
kandungan lafazh yang tertulis).
3. Sikap At-Tauqif (Menerima Apa Adanya)
Dalam Asmaul Husna.
Perlu diketahui bahwa mayoritas kaum
muslimin bersepakat untuk tidak membolehkan memutlakkan / menentukan terhadap
Alloh SWT nama atau sifat yang tidak berdasarkan penjelasan
syariat, dengan maksud tujuan menjadikannya sebagai "Nama bagi Alloh SWT ", sekalipun merasa bahwa
penamaan yang demikian itu sebagai suatu kesempurnaan.
Oleh karena itu kita tidak boleh mengatakan, bahwa Alloh SWT adalah MUHANDIS (INSINYUR ) ALAM YANG TERAGUNG. Juga tidak boleh mengatakan bahwa Alloh SWT adalah AL-MUDIRUL 'AM (GENERAL MENEGER, Direktur Utama) SEMUA URUSAN MAKHLUK. Hal itu jika pemberian "Nama" atau "Sifat" tersebut dimaksudkan untuk dijadikan sebagai istilah baku bagi Alloh SWT dan menganggapnya sebagai bagian Asm' Allah. Akan tetapi jika "nama-nama" itu diungkapkan dalam perkataannya untuk mendekatkan kepada pemahaman dalam rangka menjelaskan tentang "Af'al Allah" (Perbuatan Allah), maka tidak menjadi masalah. Sikap yang terbaik / utama adalah adil (menempatkan sesuatu pada tempatnya), sebagai bentuk dari beradab sopan santun kepada Alloh SWT.
4. Al-'Alamiyyah (Nama Asli) Dan Al-Washfiyyah
(Nama Sifat) Dalam Asmaul Husna
Diantara Asmaul Husna yang disebutkan
di muka tersebut ada satu Asma' yang digunakan untuk Ismu-Dzat yang Suci
, yaitu lafzhul jalalah "الله" Selain itu semuanya merupakan Asma' yang
didalamnya terkandung makna Sifat-Sifat Alloh SWT. Oleh karena itu, Asma-asma' tersebut dapat
dikatakan sebagai khobar (penjelasan) bagi lafzhul jalalah.
Soal, apakah Lafzhul Jalalah
tersebut termasuk kata "musytaq" (kata bentukan, terambil dari
kata lain) ataukah "bukan musytaq" (bukan kata bentukan / kata
asli), merupakan persoalan khilafiyah, namun tidak sampai berpengaruh terhadap
aspek operasional (amrun 'amaliyyun).
Kita cukup mengetahui bahwa Ismu Dzat (Nama Diri Alloh SWT ) itu cuma satu (yakni " الله"). Sementara Asma'-asma' selainnya terkait dengan sifat-sifat kesempurnaan Alloh SWT. Semoga penjelasan ini dianggap cukup.
5. Khasiat Asmaul Husna
Sebagian orang menyebutkan bahwa
masing-masing Asmaul Husna memiliki khasiat dan rahasia tertentu, tergantung
panjang pendeknya penyebutan. Sebagian yang lain memiliki pandangan yang
berlebihan dalam persoalan ini, sehingga melampaui dari batas-batas kewajaran.
Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa masing-masing Asmaul Husna memiliki
"khodim ruhaniy" (atau khodam spiritual, perewang/pelayan
ruhani berupa jin, roh, malaikat dll.) yang siap melayani kebutuhan orang yang
berdzikir dengannya secara rutin. Begitu seterusnya.
Yang saya ketahui dalam masalah ini, - Namun di atas langit ada langit. Di atas orang berilmu tentu ada yang lebih berilmu. - bahwa Asma' Alloh merupakan lafazh-lafazh mulia yang memiliki kelebihan diatas lafazh-lafazh / perkataan lainnya. Didalamnya terkandung keberkahan. Berdzikir dengannya dapat mendatangkan pahala yang besar. Orang yang berdzikir kepada Alloh SWT (termasuk dengan membaca Asmaul Husna) secara rutin menyebabkan jiwanya suci dan ruhnya jernih. Terutama jika sewaktu berdzikir tersebut disertai dengan penghadiran hati dan pemahaman maknanya. Lebih dari (yang kami jelaskan) tadi, tidak terdapat didalam Al-Qur'an dan Hadis. Dan kami melarang sikap berlebih-lebihan dan suka menambah-menambahi dalam urusan agama Alloh. Penjelasan yang ringkas ini semoga cukup memadai.
6. Al-Ismul A'zhom
Al-Ismul A'zhom (Nama-nama Alloh SWT
Yang Agung) disebut-sebut dalam beberapa hadis yang cukup banyak. Diantaranya :
1). Hadis bersumber dari Buroidah ra.
Katanya, bahwa Rosululloh SAW pernah mendengar seseorang berdoa :
أللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ
اَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ, اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ, وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ.
Artinya
:"Ya Allal. Sungguh aku memohon
kepada-Mu, dengan persaksianku bahwa Engkau-lah Allah. Tiada tuhan selain
Engkau. Yang Maha Esa, Yang menjadi tempat bergantung / memohon. Yang tidak
beranak lagi tidak diperanakkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya.
....".
Lantas beliau SAW bersabda, "Demi
Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya. Orang itu sunggu-sungguh memohon
kepada Alloh dengan menyebut Asma'-Nya yang Agung (al-Ismul A'zhom), yang mana
jika Dia diseru (dimohon) dengan menyebut al-Ismul A'zhom itu maka Dia akan
mengabulkannya dan jika diminta dengan menyebut al-Ismul A'zhom itu maka Dia
akan memberinya." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaiy dan Ibnu Majah).
Komentar Ath-Thayyibi : Hadis ini merupakan dalil bahwa Alloh SWT memiliki al-Ismul A'zhom, yang jika kita berdoa kepada Alloh SWT dengan menyebutnya, maka Dia akan mengabulkan. Dan al-Ismul A'zhom tersebut tercantum didalam hadis ini. Sealigus sebagai dalil untuk membantah pendapat orang yang mengatakan bahwa setiap Asma' yang disebut/dibaca dengan penuh keikhlasan disertai berpaling dari selain-Nya merupakan al-Ismul A'zhom, karena tidak ada kemuliaan bagi huruf-huruf. Disebutkan pula didalam hadis-hadis lain yang senada dengn hadis diatas, yang didalamnya terdapat asma'-asma' selain yang disebutkan oleh hadis ini. Hanya saja lafazh jalalah "ALLAH" selalu tercantum dalam keseluruhan hadis tersebut. Dengan demikian maka dapat diambil sebagai argumentasi bahwa lafazh "ALLAH" merupakan al-Ismul A'zhom.
Kata Al-Mundziri, "Guru kami,
Al-Maqdisiy mengatakan, bahwa sanadnya tidak ada cacat didalamnya. Saya tidak
melihat ada riwayat hadis lain yang terkait dengan persoalan ini yang sanadnya
lebih baik dari hadis ini".
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa
dipandang dari sudut sanad, hadis ini lebih unggul (arjah) dari riwayat
lain yang membicarakan persoalan ini
2). Dari Anas bin Malik ra, katanya,
bahwa Rosululloh SAW pernah masuk kedalam masjid, sementara itu seorang lelaki
telah shalat dan berdoa :.
أللهمّ لا اله الاّ الله, أنت الْمَنَّانُ, بديعُ
السموات والأرض, ذا الْجلال والإكرام...
Artinya
:"Ya Allah. Tiada
tuhan selain Allah. Engkau
adalah Al-Mannan (Yang Memberi Anugerah). Pencipta langit dan bumi.
Wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan kemuliaan".
Lantas beliau SAW bersabda,
"Tahukah kalian, dengan lafazh apa dia berdoa kepada Allah?". Dia
berdoa kepada Allah dengan Al-Ismul A'zhom, yang jika berdoa dengannya
maka Allah akan dikabulkan dan jika meminta dengannya maka Allah akan
memberi." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaiy dan Ibnu Majah).
3). Dari Asma' binti Yazid ra, bahwa
Rosululloh SAW bersabda, "Al-Ismul A'zhom terdapat didalam dua
ayat, yaitu :
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Artinya
:"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang." (QS Al-Baqoroh,[2] : 163).
dan pembukaan surat Ali Imron,[3] : 1-2 :
الم . اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ
Artinya
:"Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus makhluk-Nya. " (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Komentar Tirmidzi : "Ini Hadis Hasan Shahih").
4). Dari Sa'ad bin Malik ra, katanya: aku pernah mendengar
Rosululloh SAW bersabda, "Maukah kau aku tunjukkan Al-Ismul A'zhom , yang jika berdoa
dengannya maka akan dikabulkan dan bila meminta dengannya maka akan diberi ?
yaitu doa yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Yunus pada saat berada dalam tiga
kegelapan (perut ikan HIU) :
لا اله الا أنت سبحانك إنّي كنت من الظالِمين
Artinya
:"Tiada tuhan
selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku tergolong orang zholim"
Tanya seseorang, "Ya Rosulullah,
apakah doa tersebut khusus untuk Nabi Yunus ataukah untuk kaum mukminin pada
umumnya?". Jawab beliau, "Tidakkah kau dengar firman Alloh SWT :
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ
وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
Artinya
:" Maka Kami telah memperkenankan do`anya
dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman." (QS Al-Anbiya',[21] : 88). (HR Al-Hakim)
Sekarang Anda tahu dari beberapa hadis
di atas dan beberapa hadis selainnya, bahwa hadis-hadis tersebut tidak
menentukan / membatasi jumlah Al-Ismul A'zhom pada Dzat Allah. dan Anda
tahu bahwa para ulama berbeda pendapat dalam menentukannya, disebabkan
perbedaan mereka dalam mentarjih hadis yang satu dengan hadis yang lain, hingga
mencapai 40 macam peperbedaan pendapat.
Yang kami ambil kesimpulannya dari
beberapa hadis Nabi dan dari beberapa perawi yang terpercaya, bahwa Al-Ismul A'zhom merupakan
doa yang tersusun dari beberapa Al-Asmaul Husna, jika dipergunakan
sebagai kalimat oleh seseorang, disertai dengan memenuhi syarat-rukun berdoa
yang ditentukan syariat, maka Allah akan mengabulkan doanya. Dan hal ini
telah dijelaskan oleh beberapa hadis dalam berbagai tema.
Jika sudah demikian ketentuannya, maka
apa yang disangka oleh sebagian orang, bahwa Al-Ismul A'zhom merupakan
rahasianya rahasia yang dianugerahkan kepada segelintir orang sehingga mampu
membuka sesuatu yang terkunci, mampu mendatangkan keluarbiasaan (khoriqul
'adat), dan menyebabkan mereka memiliki khasiat / keistimewaan yang tidak
mampu diraih oleh orang lain, maka semua persangkaan, anggapan dan dugaan
tersebut merupakan upaya menambah-nambai sesuatu yang telah digariskan Allah
dan Rosul-Nya.
Jika sebagian diantara mereka
memperkuat argumentasinya dengan sebagian ayat-ayat Al-Qur'an, seperti ayat :
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ
أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
Artinya
:" Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip"…. " (QS An-Naml,[27] : 40)
dengan
pemahaman, bahwa potongan ayat : عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ merupakan Al-Ismul A'zhom,
maka perlu kami tegaskan kepada mereka, para mufassir menafsirkan ayat
tersebut, bahwa doa yang dibaca oleh orang itu (Ashif bin Barkhiya – di masa
Nabi Sulaiman) adalah :
يا حيّ يا قَيُّوم atau lafazh اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Sebagian
orang menduga, bahwa yang disebut Al-Ismul A'zhom itu adalah (doa Jaljalut)
berbahasa Suryani yang berbunyi : آهِيَا شَرَاهِيَا . Dan ini
merupakan dugaan pendapat yang tidak didukung oleh dalil. Sementara itu,
sesuatu persoalan tidak boleh keluar dari apa yang dijelaskan didalam
hadis-hadis yang shahih..
Ringkasan Pembahasan. Sebagian orang melakukan kebohongan
dengan berbagai ungkapan metafisik (sesuatu yang disamarkan / dirahasiakan
artinya, yang ia sendiri tak tahu hakekatnya), menduga adanya
keistimewaan-keistimewaan, dan menambah-nambahi pada (doa, dzikir, kalimat)
yang ma'tsur, lalu mereka mengatakan apa yang tidak pernah dikatakan/dijelaskan
didalam Al-Qur'an dan Hadis. Padahal agama melarang kita dengan
sekeras-kerasnya untuk melakukan yang demikian itu. Oleh karena itu, hendaklah
kita mencukupkan diri (menerima apa adanya) pada yang ma'tsur saja..