_______________________
Oleh Achmad Suchaimi
Oleh Achmad Suchaimi
Hajar Aswad dari dekat |
Sejarah Hajar Aswad
Hajar
Aswad artinya batu hitam, merupakan batu mulia
(yaqut) sejenis batu rubi yang diturunkan dari surga melalui malaikat Jibril.
Letaknya di pojok selatan Ka'bah (di sudut Hajar Aswad) pada ketinggian sekitar
satu meter dari lantai, dengan panjang 25 cm dan lebar 17 cm.
Warna Hajar
Aswad. Dari kejauhan nampak berwarna hitam.
Namun jika didekati, warnanya tidak hitam sama sekali, tetapi mirip biru tua
kecoklat-coklatan. Menurut riwayat, dulunya batu ini berwarna asli putih,
sebagaimana yang disabdakan Nabi, "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga. Warnanya
lebih putih dari susu. Dosa-dosa anak keturunan Adamlah yang menyebabkan warnanya
berubah menjadi hitam". (HR Tirmidzi, - Status hadis Hasan Shahih).
Dari informasi
hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Hajar Aswad sudah ada sejak sebelum
zaman Nabi Adam,
bersamaan waktunya dengan pembangunan Ka'bah pertama kali oleh para malaikat.
Dengan demikian, ibadah haji dalam bentuknya yang sederhana sudah ada sejak
masa itu.
Pasca banjir
besar di zaman Nabi Nuh, Hajar
Aswad pernah terkubur pasir selama ratusan tahun bersamaan dengan hancurnya
bangunan Ka'bah, dan ditemukan kembali secara ajaib oleh Nabi Ismail sewaktu ia
berusaha mencari batu tambahan untuk meninggikan Ka'bah. Batu ini yang
nampaknya dicari-cari Nabi Ibrahim. Saking gembiranya, batu ini beliau ciumi berkali-kali dan
sebelum dipasang di pojok Ka'bah, batu ini beliau bopong bersama putranya
sambil thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali
Dulunya Hajar
Aswad merupakan seonggok batu saja. Namun sekarang batu ini
berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu kecil sebesar batu kerikil, yang
terbesar seukuran buah korma, karena pernah pecah pada saat batu ini dicuri dan
dicabut dari tempatnya oleh gerombolan Qaramithah, salah satu aliran
kebatinan dari sekte Syi'ah Isma'iliyah yang mendiami wilayah sekitar
Teluk Persia pada tahun 319 H dan dikembalikan lagi pada tahun 339 H atas usaha
khalifah Abbasiyah, Al-Muthi' Lillah.
Kedelapan
gugusan batu tersebut ditanam di batu besar lain yang dikelilingi dan diikat
dengan perak. Kedelapan gugusan batu itulah yang sunnah dicium dan dipegang,
bukannya batu di sekelilingnya atau perak yang mengikatnya
Keistimewaan Hajar Aswad.
1). Hajar Aswad sejenis batu yaqut berasal dari
surga. Hadis shahih riwayat Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr bin ash, bahwa Nabi
bersabda: "Rukun (Hajar Aswad) dan Maqom (batu pijakan Nabi Ibrahim)
berasal dari bebatuan yaqut surga yang dihilangkan cahayanya oleh Allah. Kalau
tidak, kedua batu itu mampu menyinari bumi dari barat sampai timur".
8 gugusan batu sebesar kerikil itulah yang sunnah dicium |
3). Hajar Aswad dibawa dan diletakkan
Rosululloh
di tempat semula dengan tangannya sendiri, ketika Ka'bah dibangun oleh kaum
Quraisy.
4).
Rosululloh mengusap dan menciumnya, sebagaimana yang pernah dilakukan
oleh para Nabi sebelumnya, sehingga Hajar Aswad menjadi tempat
bertemunya bibir dan tangan (salaman) para Nabi, kaum sholihin, jamaah haji dan
mu'tamirin sepanjang sejarah.
5).
Hajar Aswad merupakan tempat mustajabah,
tempat dikabulkannya doa.
6). Hajar Aswad dijadikan sebagai tempat
permulaan (start) dan berakhirnya (finish) thawaf.
Peta Hajar Aswad di sudut Ka'bah |
7).
Di hari kiamat nanti, Hajar Aswad
menjadi saksi atas orang yang mencium dan menyalaminya dengan ihlas dan benar.
Nabi
bersabda, "Demi Alloh, Dia akan membangkitkannya (Hajar Aswad) pada
hari kiamat. Dengan kedua matanya ia akan melihat dan dengan lidahnya ia akan
memberikan kesaksiannya terhadap siapa saja yang pernah menyalaminya dengan
kebenaran". (HR Tirmidzi).
8). Menyalami (menyentuh / mencium) Hajar Aswad
sama artinya dengan bersalaman dengan Alloh. Nabi besabda, "Hajar Aswad
merupakan tangan kanan Alloh di bumi, yang dengannya para makhluk bersalaman"
9).
Menyalami, menyentuh dan mencium Hajar
Aswad merupakan bentuk itba' (mengikuti jejak) sunnah Rosululloh,
bukan wujud pengkultusan atau penyembahan pada batu. Ketika hendak menciumnya,
Umar bin Khatthab bilang kepadanya, "Aku tahu, bahwa engkau sekedar
batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan tidak pula memberi manfaat.
Seandainya aku tidak melihat Rosululloh menciummu, sekali-kali aku tidak akan
menciummu". (HR Bukhari).
Berebut Mencium Hajar Aswad
____________________________________________________
*) Sumber tulisan diambil dari buku berjudul "Mengenal Kawasan Tanah Suci Makkah & Madinah", tulisan Achmad Suchaimi (Surabaya : Athena Sejahtera, cet. 2 - 2010)