Tampilkan postingan dengan label hasan albana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hasan albana. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 September 2020

Terjemah (3) Kitab AL-'AQOID Imam Hasan Al-Bana : Sifat-Sifat Alloh SWT

SIFAT-SIFAT ALLOH SWT

 

1. Sifat-sifat Alloh SWT Menurut Pandangan Akal Sehat

Anda, jika memandang alam ini dan apa saja terkandung didalamnya, seperti keindahan hikmah, keunikan/keajaiban makhluk, ketelitian pembuatan, besarnya kerapian, beserta keagungan dan keluasan, keteraturan / keterpautan dan pengembangan, pembaruan (pergantian yang lama dengan yang baru) dan penciptaan sama sekali baru (sebelumnya tidak ada)………

Bila Anda melihat langit yang jernih dengan berbagai bintang dan planet, matahri dan rembulan dengan perputarannya (rotasi). ....

Bila Anda memperhatikan bumi ini dengan berbagai ragam tetumbuhan, keindahan-keindahannya, barang tambang, harta terpendam, unsur-unsurnya dan zat-zatnya. ......

Bila Anda memandang dunia hewan dan apa saja yang terkandung didalamnya, seperti keajaiban daya petunujuk (hidayah)  atau naluri dan insting (ilham). ......

Bahkan bila Anda melihat konstruksi (susunan) manusia dengan berbagai anatomi organ tubuh yang terkandung didalamnya., semuanya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing secara baik. ......

Bila Anda melihat dunia samudra dengan berbagai ragam keajaiban dan keunikan makhluk yang hidup didalamnya. .......

Bila Anda telah mengetahui daya kekuatan alam beserta hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya, seperti listrik (kahrobaiy), magnit (maghnathis), eter (benda-benda halus, atsir), dan radium. ….

Setelah itu, kemudian Anda coba beralih mengarahkan pandangan Anda dari dzat-dzat yang ada di alam dan karakteristiknya, kepada hubungan keterkaitan dan keterikatan (siklus) antara dzat satu dengan dzat-dzat lainnya. Bagaimana hubungan keterkaitan diantara masing-masing dzat tersebut yang begitu teratur dan kokoh antara satu sama lain, dalam rangka membentuk satu kesatuan alam, di mana setiap bagiannya melengkapi/membantu bagian-bagian yang lain, sebagaimana satu organ tubuh membantu/melengkapi organ-organ tubuh yang lain dalam satu kesatuan tubuh. .....

Maka, dari semua yang Anda lihat dan Anda ketahui tersebut, sekalipun tanpa disertai dengan dalil, argumentasi, wahyu atau ayat-ayat Al-Qur'an, tentu akan keluar pernyataan akidah (teologis) analitis yang simpel (sederhana) :

Sungguh, ALAM  ini  tentu ada PENCIPTANYA, yang Membuat dan mewujudkannya.  Sang Pencipta tersebut tentunya Maha Agung, melebihi keagungan yang tergambar didalam akal manusia yang dha'if ini. Sang Pencipta tersebut tentu Maha Kuasa, melebihi konsep kekuasaan yang dipahami oleh manusia. Sang Pencipta tersebut tentu Maha Hidup dengan segala kesempurnaan konsep (makna-makna) kehidupan. Sang Pencipta tersebut Maha Kaya, tidak butuh kepada makhluk, karena Dia "ADA" sebelum "ada"-nya makhluk-makhluk itu. Sang Pencipta tersebut tentu Maha Mengetahui lebih luas daripada batas-batas ilmu-pengetahuan. Sungguh, Sang Pencipta tersebut  berada di atas Nawamis (hukum-hukum alam), karena Dia-lah yang meletakkan / menggariskan hukum alam tersebut. Sungguh, Sang Pencipta tersebut telah "ADA" (wujud) sebelum adanya segala yang maujud / makhluk (maujudat), karena Dia-lah yang menciptakan makhluk tersebut, dan Dia tetap "ADA" sesudah semuanya hancur, karena Dia-lah yang menentukan semuanya akan menjadi TIADA (hancur).

Secara garis besar (ijmal, global), Anda akan melihat diri Anda dipenuhi dengan akidah / keyakinan bahwa Sang Pencipta dan Pengatur Alam ini memiliki sifat-sifat kesempurnaan di atas (konsep sifat kesempurnaan) apa saja yang pernah dihasilkan oleh akal manusia yang lemah ini. Dan Sang Pencipta tersebut Suci-Bersih (tanzih) dari segala kekurangan.

Anda juga akan melihat akidah ini sebagai suatu "wahyu" (inspirasi) nurani Anda yang keluar dari hati nurani Anda, dan merupakan perasaan (insting) jiwa Anda yang keluar dari dari jiwa Anda. 

فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Artinya :" … (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ….." (QS Ar-Rum,[30] : 30).

Setelah muqaddimah / pendahuluan ini, kami akan men-"jelentreh"-kan / memaparkan beberapa contoh kejadian aneh bin unik yang terjadi di alam ini. Dan Anda akan melihat (menyadari), -- sekalipun kejadian yang dipaparkan ini sedikit, bila dibdanding dengan keagungan, ketelitian, kedetailan, kerumitan dan keteraturan hukum yang ada di alam ini – bahwa hal itu akan membuat jiwa Anda merasa cukup puas, sebagaimana yang telah kami sampaikan kepada Anda di atas.

 






Contoh Pertama :

UDARA yang kita hirup ini tersusun dari berbagai unsur. Diantaranya terdapat dua bagian penting :  1) satu bagian berguna / bermanfaat untuk pernafasan manusia, yang dalam istilah pakar kimia disebut "oksigen" (zat asam);  2) satu bagian yang lain berbahaya bagi pernafasan, yakni yang disebut "Karbon" (zat asam arang).

Diantara kehalusan/kerumitan hubungan keterkaitan diantara kesatuan alam wujud yang luar biasa ini adalah, bahwa bagian yang berbahaya (Karbon) bagi pernafasan manusia, ternyata justru bermanfaat untuk dihirup oleh tumbuh-tumbuhan. Pada waktu manusia menghirup oksigen dan menghembuskan karbon, maka pada saat itu tumbuh-tumbuhan melakukan hal yang sebaliknya, yakni menghirup karbon dan menghembuskan oksigen (pada waktu siang. Tapi di waktu malam, tetumbuhan menghisap oksigen dan mengeluarkan karbon).

Coba perhatikan kaitan kerjasama timbal balik antara manusia dan tumbuh-tumbuhan dalam sesuatu hal, yakni dalam soal bernafas, yang menjadi unsur terpenting bagi kehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan,.

Setelah memperhatikan dan menganalisis kejadian tadi (yakni: kaitan kerjasama manusia-tetumbuhan dalam bernafas), maka katakan kepadaku, apakah ada yang melakukan hal itu di alam ini selain Tuhan yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Luas Pengetahuan-Nya, lagi Sangat halus/teliti kebijaksanaan-Nya?  

 

Contoh Kedua  :

MAKANAN yang Anda makan itu tersusun dari berbagai unsur nabati dan hewani, yang oleh para pakar (ahli gizi) terbagi  - misalnya – kepada protein (zulaliyah, zat putih telur), karbohidrat (nasyawiyyah, hidrat arang), dan zat lemak (duhniyyah, kolesterol)

Anda melihat, bahwa cairan ludah melumatkan sebagian bahan karbohidrat,.melarutkan zat gula dan zat-zat sejenis yang perlu dilarutkan. Sedangkan cairan dalam usus besar berproses mencerna/melumatkan protein seperti daging dan selainnya. Kemudian cairan berwarna kuning (cairan empedu) yang dihasilkan dari liver (limpa/hati), bekerja membakar / menghancurkan lemak/kolesterol dan membaginya kedalam bagian-bagian kecil agar dapat diserap oleh tubuh. Setelah itu tibalah tugas kelenjar pankreas untuk mengeluarkan 4 cairan (nira, enzim) yang masing-masingnya bertugas membantu menyempurnakan proses pencernaan ketiga unsur makanan, yakni karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan cairan / enzim yang keempat mengubah susu menjadi keju.

Coba Anda renungkan adanya keterkaitan kerja sama yang menakjubban ini, yang terjadi antara unsur-unsur yang ada didalam tubuh manusia, dengan unsur-unsur nabati, hewani, dan berbagai jenis makanan yang dimakan oleh manusia.

 








Contoh Ketiga :

BUNGA dalam tumbuh-tumbuhan yang telah Anda lihat ternyata memiliki dedaunan yang indah, menarik perhatian dan beraneka warna yang indah.. Jika Anda tanyakan kepada para pakar botani tentang hikmah yang terkandung, mereka akan menjawab, bahwa bunga-bunga itu untuk menggoda dan memikat lebah-lebah dan makhluk sejenis yang suka menghisap sari bunga  untuk hinggap di atasnya. Pada saat kaki-kaki lebah-kumbang dan sejenisnya itu hinggap di atas putik, maka serbuk sari (serbuk benih) menempel pada kakinya. Dengan demikian, pada saat mereka (kumbang-lebah) itu berpindah dari bunga jantan ke bunga betina, maka sempurnalah proses perkawinan (penyerbukan / pembenihan).

Coba perhatikan, bagaimana dedaunan bunga-bunga yang indah membuat lingkaran keterkaitan antara tetumbuhan dan hewan (lebah-kumbang), sehingga tetumbuhan itu dapat mempergunakan bantuan hewan dalam proses penyerbukan secara otomatis agar dapat berbuah dan berkembang biak.

 

Masing-masing kejadian yang ada didalam alam ini memberitahukan kepada Anda tentang adanya hikmah yang tinggi, irodah / kehendak yang luhur, kekuasaan (dominasi) yang kuat dan hukum-hukum alam (tata aturan / sunnatulloh)  yang sangat halus , teliti, rumit, dan teratur yang mengatur proses perjalanan alam (segala sesuatu yang wujud) ini. Tuhan yang mengatur hikmah ini, Sang Pemilik keagungan ini, dan Peletak / penyusun tata aturan alam (sunnatulloh/ hukum alam) ini, adalah Alloh SWT.

Ayat Al-Qur'an telah menyinggung persoalan tersebut, dan mengarahkan pandangan manusia untuk memperhatikan hikmah-hikmah yang menakjubkan dan rahasia-rahasia di balik alam yang tinggi ini. Oleh karena itu, hampir tidak ada satu pun ayat dari satu surat ke surat lainnya yang luput dari usaha mengingatkan manusia terhadap berbagai anugerah dan nikmat Alloh SWT, kenyataan (fenomena) kekuasaan dan hikmah (penciptaan) Alloh SWT, dan mendorong manusia untuk selalu memperbaharui pandangannya dan melestarikan pemikirannya ke arah itu.

Alloh SWT berfirman :

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ . وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ . وَمِنْ ءَايَاتِهِ خَلْقُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَ رْضِ وَاخْتِلاَ فُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآ يَاتٍ لِلْعَالِمِينَ. وَمِنْ ءَايَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِك  لَآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ . وَمِنْ ءَايَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ اْلأَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ  لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ.

Artinya :" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasamu (bahasa arab, Indonesia, dll) dan warna kulitmu (putih, hitam, merah dll , semuanya dari satu keturunan). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui ( =orang yang berakal).  Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari, dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya (=bekerja mencari ma'isyah yang dikehendaki) . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan ( = mendengar sambil berfikir dan mengambil i'tibar / pelajaran).  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan ( = bagi musafir) dan harapan ( = bagi penduduk menanti turunnya hujan), dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya." (QS Ar-Rum,[30] : 20-24)

Alloh SWT berfirman :

اللهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَـرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلاَ لِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَإِنْ كَانُوا مِنْ   قَبْلِ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ . فَانْظُرْ إِلَى ءَاثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي اْلأَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ .

Artinya : "Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya awan, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.  Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa ( = putus harapan akan turunnya hujan).  Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS Ar-Rum,[30] : 48-50)

Selain itu, masih banyak lagi ayat-ayat serupa yang kita temukan pada surat Ar-Ra'du, Al-Qoshosh, Al-Anbiya', An-Naml, dan surat-surat Al-Qur'an lainnya.

 






















2. Kemujmalan (Globalitas) Sifat-sifat Allah Dalam Al-Qur'an

 Ayat-ayat Al-Qur'an mengisyaratkan sebagian SIFAT-SIFAT WAJIB bagi Alloh. Sifat-sifat ini sebagai tuntutan terhadap kesempurnaan status ketuhanan-Nya. Berikut ini akan disuguhkan kepada Anda beberapa ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan adanya sifat-sifat tersebut :

 

a. Sifat WUJUD (Ada)

 

Alloh SWT berfirman :

اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ  بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِ لأَ جَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَ مْرَ يُفَصِّلُ اْلآ يَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ . وَهُوَ الَّذِي مَدَّ اْلأَ رْضَ وَجَعَلَ فِيهَا  رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ . وَفِي اْلأَ رْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَ زَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُ كُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Artinya :"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya ( = ada yang manis, kecut, pahit, asam dll). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ra'du, [13] : 2-4)

Alloh SWT berfirman :

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَرْصَارَ وَاْلأََ فْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ .وَهُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي اْلأَ رْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ . وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلاَفُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ .

Artinya :"Dan Dialah yang telah menciptakan ( = menjadikan) bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan ( = dikumpulkan di padang makhsyar pada hari kiamat untuk menerima balasan amal). Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (QS Al-Mukminun, [23] : 78-80) 

Semua ayat di atas memberitahukan pada Anda tentang sifat "WUJUD" (Ada-Nya) Alloh SWT. Dan Anda pun dapat membuktikan WUJUD-Nya Alloh dengan cara memperhatikan sepak-terjang / af'al Alloh dalam mengatur semua urusan alam semesta yang menakjubkan ini.

 

 







b. Sifat QIDAM (Dahulu) dan BAQA' (Kekal)

Alloh SWT berfirman :

هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآ خِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya :"Dialah Yang Awal  ( = sebelum adanya segala sesuatu, Ada-Nya tanpa permulaan)  dan Yang Akhir (= sesudah segalanya, Ada-Nya tanpa batas akhir) , Yang Zhahir ( = dapat dibuktikan dengan adanya tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan-Nya) dan Yang Bathin ( = tidak dapat dijangkau oleh indera); dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al-Hadid,[57] : 3)

Firman Alloh SWT :

وَلاَ تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ  وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya :"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS Al-Qoshosh,[28] : 88)

Firman Alloh SWT :

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ . وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ  .

Artinya :"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS Ar-Rahman,[55] : 26-27)

 

Didalam ayat-ayat tersebut mengisyaratkan adanya dua sifat wajib bagi Alloh SWT, yaitu Qidam dan Baqo;

 

 

c. Sifat MUKHOLAFATU LIL HAWADITS (Berbeda dengan Makhluq)

 

Alloh berfirman :

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ . اللهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ .

Artinya :"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu ( = menjadi tempat tujuan segala permohonan). Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara ( = serupa dan sama) dengan Dia". (QS Al-Ikhlash,[112] : 1-4)

 

Firman Alloh SWT :

فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَ   رْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ اْلأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya :"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Asy-Syuro,[42] : 11)

Didalam ayat-ayat tersebut terdapat petunjuk adanya sifat wajib Mukholafatu lil hawadits : Alloh berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Dia Mahasuci Dari memiliki anak, orang tua, dan penyerupaan (Antropomorphisme).

 

 

d. Sifat QIYAMUHU BINAFSIHI (Berdiri Sendiri)

 

Alloh SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللهِ و اللهُ  هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya :"Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS Fathir, [35] : 15)

 Alloh SWT berfirman :

أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَوَاتِ وَ اْلأَرْضِ وَلاَ  خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا.

Artinya :"Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi, dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong ( = sebagai pembantu dalam penciptaan)." (QS Al-Kahfi, [18]

 

Kedua ayat diatas mengisyaratkan adanya sifat Qiyamuhu bi Nafsihi (berdiri sendiri) bagi Alloh SWT, tidak memerlukan bantuan pada makhluk, sementara semua makhluk justru memerlukan Dia.

 

 

e. Sifat WAHDANIYAH ( Esa, Tunggal)

 

Alloh SWT berfirman tentang Keeasaan dalam Dzat-Nya: :

وَقَالَ اللهُ لاَ   تَتَّخِذُوا إِلَهَيْنِ اثْنَيْنِ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ . وَلَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَ  رْضِ وَ لَهُ الدِّينُ وَاصِبًا أَفَغَيْرَ اللهِ تَتَّقُونَ .  وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ .

Artinya :"Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah keta`atan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? Dan apa saja ni`mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS An-Nahl,[16] : 51-53)

Alloh SWT berfirman :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ ا للهَ ثَالِثُ ثَلاَ ثَـةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ . أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya :"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS Al-Maidah,[4] : 73-74)

Alloh SWT berfirman dalam QS Al-Anbiya' : 21-26

 

أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِنَ اْلأَرْضِ هُمْ يُنْشِرُونَ .  لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ .  لاَ  يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ . أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةٌ قُلْ   هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ هَذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ  يَعْلَمُونَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ . وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ .  وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لاَ يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ . وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

Artinya : Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? . Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (Al Qur'an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan orang-orang yang sebelumku". Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling. Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan: "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.

 

Alloh SWT berfirman dalam QS Al-Mukminun : 86-92

 

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِله قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ . قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَ  يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُون  لِلهِ   قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ .  بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ . مَا اتَّخَذَ اللهُ   مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُـلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلاَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُونَ. عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ.

Artinya :"Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.".

 

Alloh berfirman dalam QS An-Naml : 59 - 63

 

قُلِ الْحَمْدِلِلهِ وَسَلاَ مٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ .  أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ  وَ اْلأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا اَإِلـهٌ مَعَ اللهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ .  أَمَّنْ جَعَلَ اْلأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلاَلَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ . أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ اْلأَرْضِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ.    أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ  تَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ .  أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ   قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ .  

Artinya :"Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".

Dan bergitu pula ayat-ayat lainnya yang menetapkan tentang ke-ESA-an Alloh SWT  dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya maupun dalam Perbuatan-Nya. Tiada Robb (Dzat Yang Mengatur dan Memelihara makhluk ciptaan) selain DIA. Tiada Ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain DIA.

 

 











f. Sifat QUDROT (Kuasa)

 

Alloh SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ(5)ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(6)وَأَنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ(7)

Artinya : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu,  dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS Al-Hajj,[13] : 5-7)

 

Alloh SWT berfirman :

مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا

Artinya : Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. (QS Al-Kahfi : 51)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

Artinya :"Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. (QS Al-Qoof : 38)

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا(53)وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا(54)

Artinya : Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS A-Furqon : 53-54)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang besarnya kekuasaan dan keagungan Alloh SWT.

 

 

f. Sifat IRODAT (Berkehendak)

Alloh SWT berfirman :

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Artinya : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS Yasin : 82)

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Artinya : Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al-Isro' : 16)

Alloh SWT mengkisahkan Nabi Khidhir dan Nabi Musa dalam QS Al-Kahfi : 82

فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

Artinya : maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

يُرِيدُ اللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ(26)وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا(27)يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Artinya : Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS An-Nisa' : 26-28)

 

g. Sifat 'ILMU (Tahu, Mengetahui)

 Alloh SWT berfirman :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ(1)يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرَّحِيمُ الْغَفُورُ

Artinya : Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (QS Saba' : 1-2)

يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Artinya : Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS At-Taghabun : 4)

يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS Luqman : 16)

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَاشُعَيْبُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ(88)قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

Artinya : Pemuka-pemuka dari kaum Syu`aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesung-guhnya kami akan mengusir kamu hai Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syu`aib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyu-kainya?" Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami meng-hendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (QS Al-A'rof : 88-89)

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya : Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Mujadilah : 7)

 

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْءَانٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya : Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS Yunus : 61)

 

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan tentang luasnya pengetahuan Alloh SWT yang meliputi segala sesuatu, baik sedikit maupun banyak, kecil maupun besar.

 

 




















h. Sifat HAYAT ( Hidup)

 

Alloh SWT berfirman :

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

Artinya : Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. (QS Al-Baqarah : 255)

الم(1)اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ(2)نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ(3)مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ....

Artinya : Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. Sebelum (Al Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. (QS Ali Imron:1-4)

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ(64)هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(65)

Artinya : Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.  Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (QS Al-Mukmin : 64-65)

dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alloh SWT bersifat Hayat (Hidup) secara sempurna, tidak ada yang lebih sempurna selain Hidup-Nya.

 

 

i. Sifat SAMA' (Mendengar) dan BASHOR (Melihat)

   Alloh SWT berfirman :

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Artinya : Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS Al-Mujadalah: 1)

أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى(9)عَبْدًا إِذَا صَلَّى(10)أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى(11)أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى(12)أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى(13) أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى(14)

Artinya : Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?  (QS Al-'Alaq : 9-14)

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى(43)فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى(44) قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى(45)قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Artinya : Pergilah kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (QS Thoha : 43-46)

 

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ(19)وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ(20)

Artinya : Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS Al-Mukmin / Al-Ghofir : 19-20)

 

Masih ada lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang sifat Sama' dan Bashor bagi Alloh.

 

j. Sifat KALAM  (Berfirman, Berbicara)

 

Alloh SWT berfirman :

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا(164)

Artinya : Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS An-Nisa' : 164)

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya : Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS Al-Baqoroh : 75)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang sifat Kalam bagi Alloh SWT.

 

Ketidakterbatasan Sifat-sifat Kesempurnaan bagi Alloh SWT.

Sifat Alloh SWT didalam Al-Qur'an sangat banyak dan sifat kesempurnaan-Nya itu tidak terbatas jumlahnya. Akal manusia tidak mengetahui eksistensi dan hakekatnya. Mahasuci Alloh SWT, kami tidak mampu menghitung pujian-sanjungan kepada-Nya, sebagaimana Dia memuji-menyanjung Diri-Nya sendiri.

 

 











3. Antara Sifat Allah dan Sifat Makhluk

Yang harus dipahami seorang muslim bahwa makna yang dimaksudkan dalam kandungan lafazh tentang Sifat-sifat Allah sangat berbeda secara keseluruhan dengan makna dalam kandumgan lafazh yang sama pada sifat-sifat Makhluk. Kamu mengatakan “Allah itu ‘Alim (Dzat yang tahu) dan Ilmu merupakan sifat Allah” ; kamu juga mengatakan : “Si Fulan ‘Alim (yang mengetahui) dan Ilmu (tahu) merupakan sifat manusia”. Apakah yang disebut dengan lafazh “Ilmu” Allah merupakan Ilmu yang tidak terhingga kesempurnaanya  dan tidak akan bisa ditandingi oleh Ilmu makhluk sedikitpun. Demikian pula sifat “hayat” (Hidup), “Sama’” (Mendengar), “Bashar” (Melihat), “Kalam” (Berbi9cara), “Qudrat” (kuasa) dan “Irodat” (Berkehendak). Semua makna yang ditunjukkan oleh lafazh dalam sifat-sifat Allah itu secara umum berbeda dengan makna yang dutunjukkan oleh lafazh yang sama dalam masalah sifat-sifat Makhluk dari sudut kesempurnaan dan kaifiat, karena Allah SWT tidak menyerupai sesuatu Mahkluk pun. Kamu tidak dituntut untuk mengetahui hakekatnya, dan cukup bagimu untuk mengetahui bekas-bekasnya di dalam alam ini dan konsekwensinya pada dirimu. Kepada Allah-lah kita memohon penjagaan dari kesalahan dan memohon sebaik-baik Taufiq.

 

4. Argumentasi-Argumentasi Rasional Dalam Sifat-sifat Allah SWT.

Para ulama’ aqidah berpegangan pada Argumen-argumen rasional dan analogi dialektikan dalam menetapkan sifat-sifat Allah. Kami katakan, Hal itu baik, karena rasio merupaka dasar pengetahuan dan tempat tergantungnya taklif, sehingga tidak ada satupun bekas subhad dan kebatilan pada diri seseorang. Akan tetapi persoalanya lebih jelas dari itu. Wujudnya Sang Khaliq SWT dan penetapan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak merupakan persoalan Aksiomatik yang pembuktiannya tidak memerlukan dalil atau Argumentasi, dan tidak dituntut untuk membuktikannya  kecuali bagi orang yang takabbur dan didalam hatimya ada penyakit, yang sebenarnya dalil itu tidak berguna baginya dan argumentasi apa saja tidak bermanfaat baginya. Bersama dengan ini, untuk kesempurnaan (Faidah), kami akan menyebutkan beberapa Argumentasi rasional secara global dan rinci.

Argumentasi pertama : Alam dengan keagungan dan keteraturanya ini menunjukan adanya sang penciptanya dengan segala keagungannya dan kesempurnaan Nya.

Argumentasi ke-Dua : Sesungguhnya Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberi. Maka jika yang mewujudkan alam ini tidak memiliki sifat-sifat kesempurnaan, bagaimana mungkin ada pengaruh dari sifat-sifat itu pada makhluk-Nya?

Argumentasi ke-Tiga : bahwa pencipta alam ini Esa, tidak berbilang, karena jika berbilang maka akan menimbulkan kerusakan, pertentangan dan persaingan merasa lebih tinggi dari yang lain, lebih-lebih persoalan ketuhanan ini menyangkut kenesaran dan keagungan. Juga apabila salah satu dari yang berbilang itu menguasai yang lain, maka sifat-sifat yang lain tidak berfungsi, dan seandainya mereka berserikat,  bekerja sama, maka sebagian sifat-sifat salah satunya tidak berfungsi. Sedangkan ketidakberfungsian sifat-sifat ketuhanan tersebut bertentangn dengan keluhuran dan keagungan-Nya. Karena itu, Tuhan itu harus Esa dan tidak ada tuhan selain dia.

 

5. Pertanyaan Yang Berhenti Di Depan Sebagian Besar Manusia

Disebutkan di dalam Hadist Abu Hurairah R.A, Ia berkata : Rosulullah SAW bersabda “Orang-orang selalu bertanya-tanya, sampai mengatakan begini : Allah telah menciptakan Makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?. Bila menemuhi yang demikian ini, hendaklah bilang : aku beriman kepada Allah”. (HR. Muslim).

Pertanyaan ini dari asal usulnya memang sudah salah, karena kita diperintahkan agar tidak membahas tentang Dzat Allah SWT, sebab akal kita yang terbatas ini tidak mampu mengetahui hakekat dari kita sendiri, apalagi mengetahui hakekat Dzat Allah SWT, tentu tak akan mampu. Kecuali itu pertanyaan tersebut membuat keraguan pada jiwa sebagian orang, dan kami ingin menjelaskan kepada mereka suatu jawaban yang dapat memuaskan hati mereka, Insya Allah :

Bila kamu letakkan sebuah buku, lalu keluar kamar. Sesaat kemudian kamu kembali, lalu kamu lihat buku yang tadinya diatas meja itu sudah ada di dalam laci, maka kamu sangat yakin bahwa seseorang yang meletakkanya di dalam laci, karena kamu tahu bahwa sifat-sifat buku adalah tidak bisa berpindah sendiri. Perhatikan pernyataan kedua ini, kemudian dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu : “pada saat semua makhluk ini diciptakan dan kita tahu di antara tabiat dan sifatnya adalah mereka tidak mungkin ada dengan sendirinya, akan tetapi pasti ada yang mengadakan. Tahulah kita, bahwa yang mengadakan makhluk itu adalah Allah SWT. Pada saat kesempurnaan uluhiyah (kebertuhanan) itu menetapkan ketidakbutuhan seorang tuhan kepada orang lain, bahkan diantara sifat-sifat-Nya itu adalah berdiri sendiri, maka tahulah kita bahwa Allah SWT itu ada dengan sendirinya dan tanpa membutuhkan kepada orang lain untuk mengadaka-Nya. Bila kedua pernyataan di atas kamu letakkan (bandingkan) dalam pembicaraan ini, maka jelaslah bagimu posisi ini, dan akal manusia sangat terbatas berada dalam posisi sulit dalam sebagian besar yang demikian itu. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dari kesalahan. Sesungguhnya dia maha pengasih lagi maha penyayang.

 

6. Pendapat para ilmuwan ilmu pasti dalam menetapkan wujud dan sifat Allah.

Kami telah menjelaskan kepadamu bahwa aqidah islam ini merupakan sesuatu yang fitri dalam jiwa yang sehat dan bersemayam dalam hati yang bersih, yang hampir merupakan suatu aksiomah yang diperkuat oleh pembuktian-pembuktian akal dari generasi ke generasi. Karena itu, para ahli ilmuwan pasti alam negara-negara barat dan selainnya meyakininya, meskipun mereka tidak mendapatkannya dari ajaran salah satu agama. Kami akan menjelaskan kepadamu sebagian kesaksian mereka, bukan unutk mendukung memperkuat aqidah ini, akan tetapi sebagai bukti bersemayamnya aqidah dalam jiwa manusia dan sama sekali untuk menyanggah orang-orang akan lepas dari ikatan aqidah dan mereka yang menipu hati dan ruh mereka sendiri dengan kebatilan.

 

a. Kesaksian Descartes (1596-1651) filosof alam Perancis.

Dia mengatakan : “sesungguhnya aku beserta perasaanku dengan kekurangan pada diriku merasakan keharusan adanya “wujude dzat” yang sempurna, dan hal itu memaksaku umtuk meyakini bahwa perasaan ini telah ditanamkan oleh dzat tersebut yang sempurna yang dihiasi dengan semua sifat-sifat kesempurnaan di dalam dzatku. Dzat tersebut adalah Allah”.

Dalam pernyataannya ini dia mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya, dan mengakui adanya wujud Allah beserta kesempurnaan-Nya, serta mengakui bahwa perasaan dan panca inderanya merupakan pemberian dan fitrah Allah yang diberikan kepadannya. Allah berfirman :

Artinya : Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atas dasar fitrah-Nya tadi”. (Qs Ar-Rum : 30

 

b. Kesaksian Issac Newton (1643-1727) ilmuwan Inggris yang terkenal dan penemu hukum “Gravitasi”.

Dia berkata : “janganlah kalian meragukan tentang adanya sang pencipta, karena tidaklah masuk akal bahwa alam ini terjadi secara kebetulan belaka yang mana kebetulan tersebut merupakan hukum adanya wujud alam ini”. 

c. Kesaksian Harshall (1860-1943) ahli astronomi Inggris.

Dia berkata : “semakin luas penguasaan pengetahuan semakin bertambah argumentasi yang pasti dan kuat tentang adanya sang pencipta yang azali, yang tak terbatas kekuasan-Nya dan tidak terhingga. Para pakar geologi, matematika, astronomi dan fisika telah sepakat untuk mengukuhkan sebua gema ilmu, yakni gema keagungan Allah semata”.

 

d. Kesaksian Lynich sebagiamana yang dikutip oleh Camel Phlamrion, ilmuwan Perancis, dalam bukunya “Allah di dalam alam” mengatakan :

sesungguhnya Allah yang azali, abadi, maha mengetahui dan berkuasa atas esgala sesuatu telah mengejawantah kepadaku melalui keindahan ciptaan-Nya sehingga membuatku tercengang. Alangkah indah kekuasaan, hikmah dan ciptaan-Nya di alam semesta ini, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Sungguh manfaat yang didapat dari ciptaan-ciptaan-Nya ini menunjukkan keagungan rahmat Allah yang ditunjukkan kepada kita, senagaimana kesempurnaan dan keteraturan alam yang menunjukkan keluasan hikmah-Nya. Demikian pula pemeliharaan ciptaan tadi dari kehancuran, dan pembaharuan ciptaan-Nya membuktikan terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya”.

 

e. Herbert Spencer (1593-1633), seorang ilmuwan Inggris dalam thesisnya tentang pendidikan mengatakan : 

ilmu itu bertentangan dengan khurafat akan tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pada sebagian ilmu alam yang tersebar, ditemukan adanya prozindig (mistik sesat) akan tetapi ilmu yang benar, yang melampaui pengetahuan yang dangkal dan memasuk wilayah hakekat yang sesungguhnya, benar-benar lepas dari pengaruh ruh mistik sesat itu. Ilmu pasti alam tidak menafikkan adanya agama. Pendalaman terhadap ilmu pasti lama merupakan ibadah secara diam dan pengakuan secara tidak langsung terhadap hakekat sesuatu yang dipelajari, kemudian terhadap kekuasaan penciptanya konsentrasi pendalaman tersebut bukan sekedar tasbih lesan tetapi tasbih amali, bukan sekedar penghargaan kosong akan tetapi penghargaan yang membuahkan pengorbanan waktu, pemikiran dan tenaga. Ilmu ini tidak meneliti jalan kelaliman atau pemaksaan dalam memahamkan manusia akan kemustahilan dalam mengetahui sebab pertama (causa prima), yakni Allah Swt. Akan tetapi ia meneliti suatu manhaj (metode) yang jelas dalam memahamkan pada kita tentang kemustahilan tersebut, dengan menyampaikan kepada kita semua sisi batas-batas yang tidak mampu dilampaui oleh akal. Kemudian dengan tenang dan penuh keyakinan kita sampai pada kesudahan, yakni setelah itu memperlihatkan kepada kita tentang sesuatu yang tidak menyamakan kecilnya akal manusia dihadapan orang yang berakal …

Kemudian dia mengambil contoh : “Sesungguhnya ilmuwan yang melihat setetes air akan tahu bahwa setetes itu tersusun dari Oksigen dan Hidrogen dengan kadar tertentu, yang sekiranya kadar itu berbeda atau berubah sedikit saja, maka akan menjadi benda cair lain, bukan air lagi. Maka ia akan meyakini keagungan, kekuasaan, hikma dan ilmu sang pencipta yang luas, dengan perasaan yang lebih besar, agung, yang kuat dari pada orang yang bukan ahli ilmu pasti alam yang melihat alam ini tidak sebatas setetes air semata. Demikian juga seorang ilmuwan yang melihat setetes air embun, maka dengan alat Mikroskop ia bisa melihat keindahan kadar ukuran struktur dan kerumitan unsu-unsur, tidak ada keraguan bahwa ia akan merasakan akan keindahan sang penciptanya dan kejelihan hikmah-Nya, lebih besar dari apa yang ia ketahui dari setetes embun tersebut”.

Pendapat-pendapat para pakar ahli ilmu alam dalam hal tersebut sangat banyak, sedangkan yang kami jelaskan disini barang kali sudah cukup. Kita menjelaskan yang demikian itu agar para pemudah kita tahu bahwa agama mereka mendapatkan pengukuhan dari sisi Allah SWT, semakin bertambah ilmu seseorang akan semakin bertambah pula kekuatan, keyakinan dan dukungan, sesuai yang di firmankan Allah dalam surat Fush-shilat : 3

Artinya :  “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. 

 

6. Ayat-Ayat dan Hadis-Hadis Sifat

Didalam Al-Qur’an dan Hadis nabi terdapat beberapa ayat dan hadis yang secara lahir mempersamakan sifat Allah dengan sifat makhluknya. Kami akan menyebutkan beberapa diantaranya sebagai contoh, kemudian kami berikan beberapa komentar. Hanya kepada Allah lah kami memohon taufiq agar sampai keterangan yang benar di dalam persoalan ini, yang lama sekali menjadi bahan perbincangan dan perbuatan dan dikalangan masyarakat sampai dewasa ini. Dan agar Allah menjauhkan kita dari kesalahan serta memberikan ilham kebenaran kepada kita.Dialah yang mencukupi kita dan sebaik-baik pelindung.

Berapa contoh ayat sifat sebagai berikut : 

a)   Ayat yang mengungkap kata “Wajah” Allah , didalam QS Ar-Rahman : 26-27:

Artinya : Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekallah “Wajah” Tuhanmu yang mempuyai kebesaran dan kemuliaan

            Juga ayat-ayat semisalnya yang terkandung di dalamnya kata “Wajah” yang di nisabatkan kepada Allah SWT

 

b)  Ayat yang mengungkap kata “Mata” (Al-‘ain) bagi Allah , dalam  QS. Thaha : 37-39 :

Artinya : Dan sesungguhnya kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika kami mengilhamkan kepada Ibumu sesuatu yang diilhamkan. Yaitu : letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah dia ke sungai (Nil) maka pasti Sungai itu membawahnya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan aku telah melimpahkan  kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah ‘Mata’ (Pengawasan)-Ku “.

Dan ayat-ayat semisalanya yang mencantumkan lafadzh “ ’Ain “ (Mata) yang disandarkan kepada Allah SWT.

 

c)   Ayat yang mencantumkan kata “Tangan” (Yadun) Allah. Dalam QS. Al-Fath : 10 : .

Artinya :  bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu sesunggunya berjanji setia kepada Allah. ‘Tangan’ Allah di atas tangan mereka.”

Artinya : orang-oarang Yahudi berkata : “Tangan“ Allah terbelenggu”. Sebenarnya tangan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (tidak demikian), tetapi ‘kedua tangan’ Allah terbuka. Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki”. (QS. Al-Maidah : 64)

 

d)   Ayat tentang  “Diri” (An-Nafs) Allah dalam QS. Ali Imran : 28 :

Artinya :  “ janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari suatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap ‘Diri’-Nya. Dan hanya kepada Allah kembalimu”.

Dan juga ayat semisalnya, seperti pada surat ayat Al-Maidah : 116.

 

e).  Bersemayam di “Arasy” dalam QS. Thaha : 5:

Artinya :  “(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam  di “Arasy”.

Jika ayat semisal yang berbicara tentang “Istiwa’” atau bersemayam yang kesemuanyaitu disandarkan oleh Allah SWT.

 

f). Menunjukkan “Arah” seperti “Di atas”, “Di langit” dan lain-lain , dalam  QS. Al-An’am : 61:

Artinya :  “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan di atas semua hamba-hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat-malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannaya”

Artinya :  Atau apakah kamu merasa aman terhadap Dzat yang “dilangit” bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu, maka kamu kelak akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku” (QS. Al-Mulk : 17)

 

g). Kata-kata “Menyakiti”, “Ruh-Ku”, “datang” :

Artinya :  Sesungguhnya Orang-orang yang “Menyakiti” Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya didunia dan diakhirat dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” (QS. Ahzab : 57)

 

Artinya :Dan (Ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan kedalam rahimnya sebagaian dari “Ruh” kami, dan dia membenarkan kalimat tuhannya dan kitab-kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat”. (QS. At-Tahrim : 12)

Artinya :“Jangan (Berbuat demikian). Apabila bumi di goncangkan berturut-turut, dan datnglah tuhanmu : sedang malaikat berbaris-baris”. (QS. Al-Fajri : 21-22)

 

Dalam beberapa hadis Nabi disebutkan beberapa “Sifat Allah” seperti yang disebutkan didalam ayat-ayat Al Qur’an seperti disebutkan diatas, misalnya “Wajah”, “Tangan” dan misalnya. Beberapa ini Hadis-hadis sifat :

 

a). Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW :

Artinya :Allah menciptakan Nabi Adam dengan “bentuknya”, tingginya 60 Dziro’ (hasta). Sewaktu menciptakannya Dia berkata : pergi dan beri salam kepada mereka itu yakni segolongan malaikat-malaikat yang sedang duduk-duduk dan dengarkan salam yang akan diucapkan kepadamu. Ia adalah salam untukmu dan untuk Anak Turunmu ! Adam berkata : Assalamu Aliakum. Setiap orang yang akan masuk surga dengan bentuk seperti Adam. Setelah itu penciptaan senantiasa berkurang sampai sekarang”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

b). Dari Anas bin Malik RA, dari Rasulullah SAW. Bahwa beliau bersabda : “Neraka Jahannam senantiasa di lempari penghuni, lalu ia berkata : Apakah ada tambahan lagi ?” Hingga Allah meletakkan “Telapak kaki”-Nya. Maka mengkerutlah Jahannam itu dan berkata : Cukup, cukup, demi kehormatan dan kemuliaan-MU. Dan di Surga senantiasa ada kelebihan, sehingga Allah menciptakan untuknya ciptaan Surga lalu menempatkan mereka di Surga tambahan itu” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

c). Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :

Allah sangat gembira disebabkan taubat salah satu diantara kalian, dari salah seorang diantara kalian yang kehilangan barang bawaan, tiba-tiba menemukannya kembali” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

 











7. Beberapa Mazhab Tentang Sifat Musyabbihah bagi Allah

Dalam Masalah sifat musyabbihah ini, muncullah 4 (empat) aliran pemikiran atau Maz-hab, yaitu :

a. Mazhab Mujassimah dan Musyabbihah :

Aliran ini mengambil secara lahir teks seperti apa adanya. Aliran ini mempersamakan “Wajah” Allah dengan semua Makhluk-Nya, Tangan Allah dengan tangan mereka, Tertawa Allah dengan tertawa mereka, demikian seterusnya sehingga Aliran ini menggambarkan Allah sebagai Syaikh, sebagiannya menggambarkan Allah sebagai seorang pemuda Aliran ini disebut Aliran atau Mazhab “Mujassimah” (Personifikasi) dan “Musyabbihah” (Penyerupaan). Mereka tidaklah sampai memahami ajaran Islam sedikitpun, dan tidak benar pendapat mereka. Cukuplah menyolok pendapat mereka dengan Firman Allah :

لَيْسَ كَمِثْلِه شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ

Artinya :Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy-Syura : 11).

قُلْ هُوَ الله  أَحَدٌ  اَللهُ الصَّمَدُ  لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ    وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

Artinya :Katakanlah (hai Muhammad) Dialah allah yang maha Esa. Allah adalah Tuhan yang tergantung kepada-Nya segalah sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara denga-Nya”. (QS. Al-Ikhlash:1-4).

 

b. Mazhab Mu’aththilah Dan Jahmiyyah

aliran ini menolak dan menafikan makna-makna yang ada di dalam lafazh itu dalam semua segi. dengan demikian, aliran ini bermaksud menghapuskan dan meniadakan makna yang terkandung dari sisi allah swt. menurut mereka, allah itu tidak berbicara, tidak mendengar dan tidak melihat, karna sifat tersebut tidak akan ada kecuali melihat alat panca indera ; sedangkan alat panca indera harus ditiadakan dari allah swt. karena itu, aliran ini meniadakan sifat-sifatbagi allah dan mensucikan-nya (dari sifat-sifat itu). aliran ini dinamakan “mu’ath-thilah”. para ulama yamh ahli di bidang sejarah akidah islam menamakannya “jahmiyyah”. saya tidak menyangka bahwa seseorang yang memiliki akal sehat akan membenarkan pendapat yang racun ini. bukanlah telah terbukti bahwa pembicaraan, pendengaran dan penglihatan beberapa makhluk tidak tergantung pada alat pengindera ? bagaimana mungkin “kalam” allah yang benar tergantung pada adanya alat pengindera ? maha luhur allah dari pensifatan yang demikian itu.

dua aliran yang bathil di atas tidak perlu diperbincangkan, dan tinggal dua aliran di hadapan kita yang dijadikan bahan pembicaraan oleh ulama akidah, yaitu aliran atau mazhab “salaf” dan “khalaf”.

 

c. Mazhab salaf

para ulama’ salaf mengatakan : “kami mengimani ayat dan hadis apa adanya dan menyerahkan penjelasan makna kandungannya kepada allah swt. mereka menetapkan adanya “tangan”, “mata”, “bersemayam”, “taajub” dan seterusnya, dan masing-masing dengan makna yang tidak kita ketahui serta kita serahkan cakupan maknanya  kepada allah swt. lagi pula rosulullah saw melarang kita dari yang semikian itu di dalam sabdanya : “berpikirlah kalian tentang ciptaan allah dan jangan berpikir tentang dzat allah, karena kalian tidak akan mampu menjangkaunya”.

Al-‘Iraqi mengatakan : “Abu Na’im meriwayatkan hadis itu dalam kitab “Al-Hilyah” denagn sanadDha’if ; Al-Ashbahani meriwayatkannya dalam kitab “At-Targhibu wat-Tarhiib” dengan sanad dha’if; Abu Syaikh juga meriwayatkan hadis tersebut, denagn kesepakatan diantara mereka, tentang penafian adanya kesamaan antara apa yang ads pada Allah dan apa yang ada makhluk.

 

Kami suguhkan kehadapanmu beberapa pendapat ulama’ salaf :

1). Abul Qasim al-Lalika-iy dalam kitab “Ushul al-Sunnah” meriwayatkan dari Muhammad bin al-Hasan, sahabat Abu Hanifah, mengatakan : “Para Fuqaha’ seluruhmya, dari timur sampai barat sepakat tentang keimanan kepada Al-Qur’an an hadis yang diriwayatkan oleh para rawi yang terpercaya (“tsiqat”)dari beliau SAW dalam masalah sifat Allah SWT tanpa penafsiran, penafsiran (memberikan sifat yang bukan pada sifatnya) dan tasbyih. Siapa saja yang melakukan penafsiran terhadap sesuatu dari sebagian sifat-Nya berarti ia telah keluar dari jalan yang di tempuh oleh Rasulullah SAW dan keluar dari Jama’ah : karena jama’ah tersebut tidak pernah melakukan pensifatan dan penafsiran terhadapnya. Mereka telah berfatwa dengan apa-apa yang terdapat pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, lalu diam”.

 

2). Pendapat Imam Ahmad bin Hanbal yang di jelaskan oleh Al-Khallal dalam kitab “As-Sunnah” dan yang disebutkan oleh Imam Ahmad di dalam kitabnya “As-Sunnah wal Mihnah”, beliau berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang  hadis-hadis yang meriwayatkan bahwa  Sesungguhnya Allah SWT turun kelangit dunia, Sesungguhnya Allah melihat , Sesungguhnya Allah meletakkan telapak kaki-Nya dan hadis-hadis lain yang serupa dengannya. Maka Abu Abdullah menjawab : Kita beriman kepada-Nya dan membenarkannya, tanpa bertanya bagaimana dan apa maknanya, tanpa menolak sesuatu pun darinya. Kita tahu bahwa apa yang datang dari Rasulullah SAW tentu hak atau benar, apabila sanadnya shahih : kita tidak menolak firman-firman Allah dan tidak mensifati-Nya lebih dari apa yang dia sifatkan untuk diri-Nya sendiri, tanpa batas dan tanpa penghabisan. Tiada sesuatu pun yang menyamai-Nya”.

 

3). Pendapat Imam Malik : Harmalah bin Yahya, saya dengar dari Abdullah bin Wahab, Dia dari Malik Bin Anas, Beliau berkata: “Barang siapa yang memberi sifat pada dzat Allah seperti yang digambarkan oleh firman Allah berkatalah orang-orang yahudi, : Tangan Allah terbelenggu dengan menyilangkan tangannya di leher, dan semisal firman Allah: Dan Dia maha mendengar lagi maha melihat, Dia (Imam Malik mengisyaratkan dengan menunjuk mata dan telinga, atau sebagaian kedua tangannya maka ia jatuh dalam kesalahan, karena menyamakan sifat Allah dengan sifat dirnya”. Kemudian Imam Malik mengatakan: “tidakkah engkau mendengarkan Al Barra’ sewaktu bercerita bahwa Rasulullah Saw tidak berkorban dengan empat korban: dengan menunjukkan tangannya sebagaimana Nabi menunjukkan. Al Barra’ berkata: tanganku lebih pendek dari tangan Rasulullah Saw. Tampaknya Al Barra’ tidak suka mensifati tangan Rasulullah Saw sebagai penghormatan kepadanya, padahal ia beliau itu seorang makhluk, maka bagaimana dengan Al khaliq yang tiada satupum yamg menyamai-Nya”.

 

4). Pendapat Al Majisun. Abu Bakar Al Atsram, Abu Amr At-Thalamanky dan Abu Abdillah bin Bathah dalam kitab-kitab mereka, meriwatkan dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah Al Majisun, dengan kalimat yang panjang, lalu mengakhirinya dengan mengakatakan: “apa-apa yang Allah sifatkan untuk diri-Nya malalui lisan Rasulullah, maka kita mensifat-Nya dengan seprti itu. Kita tidak membebani diri dengan sifat-sifat selainya, bukan ini bukan itu. Kita tidak menolak lafadz yang dipakai untuk mensifati-Nya dan tidak membebani untuk mengetahui apa-apa yang tidak dituturkan”.

 

Ketahuilah, perlindungan dalam agama adalah kamu jauhi apa yang dilarang untukmu, jangan melampaui batas sesuatu yang telah dibatasi untukmu : karena yang termasuk mendirikan agama adalah pengenalan terhadap yang makruf dan mengikari kemungkaran. Penjelasan apapun tentang sifat Allah yang dibentengi dengan ma’rifat, memuaskan hati nurani, yang dikutip dari Al Qur’an dan hadist, dan diwarisi pengetahuanya oleh umat islam, maka janganlah takut menyebut dan mensifati Allah dengan sifat yang telah ditetapkan untuk diri-Nya dan jangan membebani diri dengan memberi sifat lain, dengan sifat yang hatimu mengingkarinya, yang tidak disebutkan di dalam Al Qur’an dan hadist : janganlah kamu membebani diri untuk mengetahui sifat Allah berdasarkan temuan akalmu dan jangan Kau sifati Dia dengan lisanmu. Diamlah sebagaimana Allah bersikap diam tentang suatu masalah.

Apapun yang Rosulullah SAW sebutkan tentang sifat tuhannya sama dengan apa yang difirmankan Allah tentang diri-Nya. Orang-orang yang diberi keluasan ilmu pengetahuan adalah mereka yang berhaenti pada batas ilmu ilmu yang dikuasainnya ; mereka mensifati Allah dengan apa yang disifatkan Allah untuk diri-Nya ; mereka meninggalkan apa-apa yang tidak dituturkan-Nya, yang tidak mengingkari apa-apa yang disebutkan-Nya dan tidak memberi sifat dengan sesuatu yang dijelaskan-Nya, karena Allah meninggalkan apa yang ditinggalkan-Nya dan menamai apa yang dinamai-Nya. Allah berfirman :

Artinya :“Barang siapa yang mengikuti jalan yang bukan jalan orang mukmin, kami biarkan ia berkuasa terhadap apa yang telah dikuasainya itu, dan kami masukkan ia kedalam neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisa’ : 115)

 

D. Mazhab Khalaf

Aku kemukalan kepadamu bahwa Ulama’ Salaf beriman kepada Ayat-ayat dan Hadis-hadis sifat sebagaimana adanya dan menyerahkan penjelaskan makna kandungan kepada Allah SWT dengan keyakinan untuk mensucikan Allah dari kesamaan-Nya dengan makhluk-Nya.

Adapun Ulama’ Khalaf mengatakan : “Sesungguhnya kami memutuskan bahwa makna-makna lafazh ayat-ayat dan hadis-hadis sifat ini tidak diterima begitu saja seperti adanya.” Atas dasar itu, maka lafazh tersebut adalah kiasan (Majasi) yang memungkinkan untuk ditakwili, mereka lalu mentakwilkan lafazh “wajah” dengan Dzat, Lafazh “Yadd” (Tangan) dengan kekuasaan dan semisalanya, dengan tujuan menghindarkan dari “Tasybih” atau penyerupaan. Berikut ini beberapa contoh pendapat Ulama’ kalaf :

 

1). Abul Faraj bin Al Jauzy Al Hanbali dalam kitabnya “Daf’u Syabhatit Tasybih” , mengatakan : “Allah berfirman : ‘Dan tetaplah wajah  Tuahanmu’ (QS. Ar Rahman : 27). Para ahli tafsir mengatakan : ‘Yakni tetaplah Tuhanmu’ ; mereka juga mengatakan tentang firman Allah : ‘ Mereka menginginkan Wajah-Nya’ dengan tafsir : ‘Mereka menginginkan-Nya’. Ad-Dhahhak dan Abu Ubaidah berkata tentang ayat : ‘Segala sesuatu itu hancur kecuali Wajah-Nya’ (QS Al Qashash : 88) dengan arti : ‘Segala sesuatu hancur kecuali Dia Allah’.

Dalam awal pembicaraan disebutkan keterangan tambahan tentang penolakan terhadap orang yang mengatakan bahwa pengambilan makna secara tersurat dalam teks ayat dan hadis (secara tekstual) merupakan Mazhab Ulama’ salaf. Ringkasannya : “Pengambilan makna secara tersurat (tekstual) adalah sikap Tajsim dan Tasybih, karena pengertian tersurat lafazh ayat itulah yang merupakan pengertian dasar yang dimaksud. Tiada makna hakiki dari kata “Tangan”, kecuali anggota tubuh yang berupa tangan. Demikian seterusnya.

Adapun Ulama’ Salaf sebenarnya tidak mengambil makna secara tersurat, akan tetapi mereka hanya mendiamkannya, tanpa komentar sedikitpun.

2). Pendapat Farikhruddin Ar-Razy dalam bukunya “Asasuttaqdis” :  Ketahuilah bahwa nash-nash Al-Qur’an tidak mungkin dipahami secara tekstual disebabkan beberapa hal :

- Misalnya firman Allah “Dan supaya kamu di asuh di mata (di bawah pengawasan) –Ku” (QS. Thaha : 39). Jika dipahami secara tekstual bermakna bahwa Musa berada dan menempel di mata Allah. Pengertian ini tidak mungkin dipahami dan dikatakan oleh orang yang berakal sehat.

- Firman Allah dalam QS Hud : “Dan buatlah bahtera itu dengan banyak mata (pengawasan) dari petunjuk kami”, mengandung makna bahwa alat untuk menciptakan bahtera itu adalah mata itu sendiri

- Bahwa penetapan kata “A’yun” (mata-mata) untuk satu wajah adalah buruk sekali, sehingga perlu ditakwili, yaitu dengan mencari alternatif makna yang tepat secara hati-hati.

 

3). Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ “ulumuddin” juz 1 berkata dalam kaitannya dengan penisbatan ilmu zhahir terhadap ilmu bathin dan beberapa pembagian atas sesuatu yang diakibatkan olehnya, pembahasan takwil dan selain takwil : “Bagian ketiga, sesuatu yang sekiranya disebut apa adanya akan dapat dipahami dan tidak mengandung bahaya ; akan tetapi perlu dikiaskan untuk menimbulkan kesan makna yang lebih nyata dan agar kejadiannya lebih cepat di tangkap dalam hati pendengar … Misalnya Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya masjid itu mengkerut karena dahak, sebagaimana mengkerutnya kulit karena api”. Maksudnya bahwa ruh dan keadaan masjid yang demikian agung terkotori oleh dahak. Kesucian masjid yang terkotori oleh dahak itu di ibaratkan kulit yang terbakar api, dan kamu tahu bahwa lantai masjid tetap utuh (tak berkurang atau mengkerut) dengan adanya dahak itu. Demikian pula Sabda Beliau: “Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, bahwa Allah akan mengubah kepalanya dengan kepala khimar atau keledai”. Dari sudut bentuk ia tidak berubah sama sekali ; akan tetapi dari sudut makna, bisa saja hal tersebut terjadi. Karena kepala keledai di sini bukanlah makna sebenarnya, tetapi maksudnya karakternya, yakni bodoh, tolol. Jadi, siapa saja yang mengangkat kepalanya sebelum imam, maka kepalanya seperti kepala keledai, dalam pengertian kebodohan dan ketololan. Dengan kata lain yang dimaksud di sini adalah maksud yang terkandung makna yang berbeda dari lafazh secara zhahir tersebut adakalanya dengan argumentasi rasional atau dengan argumentasi syar’i. Adapun secara rasional adalah bila pemahaman secara tekstual tidak mungkin dilakukan, misalnya Sabda Rasulullah SAW : “Hati orang mukmin itu berada diantara dua jari dari jari-jari Allah”. Karena jika kita periksa hati orang mukmin, maka kita tidak akan menemukan “Jari Allah” di dalamnya, lalu kita tahu bahwa “Jari Allah” itu ternyata kiasan dari “Kekuasaan Allah” yang merupakan rahasia dan ruh jari yang tersembunyi. Dikiaskannya “Jari” dengan “Kekuasaan” itu, karena yang demikian itu adalah kenyataan atau realitas yang lebih mudah dipahami tentang kesempurnaan kekuasaan.”

 

Sampai di sini jelaslah dihadapanmu dua metode atau jalan Ulama Salaf dan Khalaf. Dua pandangan ini dahulu menjadi bahan pembahasan dan sumber perselisihan dikalangan Ulama kalam, yang masing-masing mereka didukung dengan argumentasi. Sebenarnya jika kamu membahasnya, tentu kamu akan tahu bahwa jarak perbedaan antara dua pandangan itu tidak seberapa bila masing-masing pihak melepaskan sikapnya kaku dan berlebihan. Sebenarnya pembahasan ini – kalaupun dibahas secara panjang lebar – tidak pernah sampai kecuali pada satu kesimpulan, yaitu “Penyerahan” kepada Allah SWT. Inilah yang akan kami terangkan nanti. Insya Allah.

 

8. Antara Salaf dan Khalaf

Kamu sudah tahu bahwa mazhab salaf dalam masalah ayat dan hadis sifat adalah mengikuti saja apa secara tekstual disebutkan, tanpak disertai takwil dan tafsir. Sementara mazhab khalaf berusaha mentakwilkannya dengan sesuatu yang tidak menodai kesucian Allah engan cara menyamakan-Nya dengan makhluk. Kamu juga tahu bahwa perbedaan pendapat aliran ini sangat keras, sehingga kedua-duanya saling melontarkan julukan secara fanatik kepada lawannya. Berikut ini penjelasannya dari berbagai sudut pandang :

1). Kedua golongan sepakat mensucikan Allah dari penyamaan dengan makhluk-Nya.

2). Keduanya sepakat bahwa maksud dari lafazh-lafzh nash Al-Qur’an dan hadis dalam hal hak Allah bukanlah apa yang tersurat pada lahirnya sebagaimana jika hal itu disandarkan kepada makhluk. Hal itu berakibat pada sikap kesepakatan untuk menafikan tasybih.

3). Keduanya tahu bahwa lafazh-lafazh itu diletakkan untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemilik bahasa. Bahwa bahasa – bagaimanapun luasnya bahasa – tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak diketahui oleh pemilik bahasa. Hakekat sesuatu yang berkaitan dengan hakekat Dzat Allah termasuk dalm persoalan ini. Bahasa sangat terbatas untuk menjelaskan inti hakelat ini dengan lafazh-lafazhnya. Penetapan dalam pembatasan makna dengan lafazh­­-lafazh ini membahayakan.

Bila sudah ditetapkanyang demikian ini, maka antara Salaf dan Khalaf sebenarnya sepakat prinsip pentakwilan. Perbedaan keduanya terbatas pada bahwa ulama Khalaf menambahkan pembatasan makna yang terkandung dalam lafazh dengan tujuan untuk menjaga Aqidah orang awam dari keterjerumusan ke dalam faham tasybih. Perbedaan ini tidak sampai menyebabkan kegoncangan.

 

 

9. Tarjih Mazhab Salaf

Kami yakin bahwa pendapat ulama’ salaf untuk mendiamkan dan meyerahkan maknanya kepada Allah adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan menghindari Takwil dan Ta’thil (Penafian sifat Allah). Kami juga yakin bahwa Takwil-takwil ulam’ salaf tidak sampai jatuh ke vonis kafir atau fasiq dan tidak menyebabkan timbulnya pertikainan yang berlarut-larut, baik dahulu maupun sekarang. “Dada” Islam lebih lapang dari semuanya ini. Orang yang sangat kuat berpegang kepada mazhab salaf, yakni imam Ahmad Bin Hanbal pernah kembali kepada Takwil pada beberapa tempat. Diantaranya adalah pentakwilan beliau terhadap Hadis : “Hajar Aswat adalah “Tangan kanan”  allah dimuka bumi . Hadis : “Hati seorang mukmin itu berada pada dua jari dari jari-jari Allah maha pengasih”; dan hadis “sesungguhnya saya mendapatkan Dzat Allah yang Maha Pengasih dari arah Yaman.”

Saya menemukan pendapat Imam Nawawi yang dapat mendekatkan jarak perbedaan pendapat dua golongan yang tidak selayaknya menimbulkan pertengkaran, apalagi golongan khalaf telah membatasi diri dari dalam pentakwilannya dengan batasan logika dan syariat, sehingga tidak bertentangan dengan prinsip agama.

Imam Ar-Razy dalam bukunya “Asasut Taqdis” mengtakan : “Lalu, jika kami membolehkan takwil, tentu kita akan disibukkan untuk membuat takwil-takwil secara rinci. Jika kita tidak membolehkan takwil, maka kita serahkan maknanya kepada Allah. Inilah undang-undang umum sebagai rujukan dalam memahami seluruh ayat-ayat mutasyabihat”.

 

Ringkasan pembahasam ini adalah bahwa golongan salaf dan khalaf sepakat makna yang dimaksud di dalam ayat mutasyabihat adalah bukan makna yang tersurat (tekstual) sebagaimana yang dikenal dan disandarakan pada makhluk. Ia adalah pentakwilan secara global. Mereka juga bersepakat bahwa setiap takwil yang bertentangan dengan prinsip syariat tidak diperbolehkan. Perbedaan pendapat terbatas pada pentakwilan lafadz-lafadz dengan sesuatu (makna) yang diperbolehkan di dalam syariat, dan itu sederhana seperti yang kamu lihat dan merupakan perkara yang kaum salaf sering merujuk kepadamya. Persoalan terpenting yang harus ditegakkan oleh kaum muslimin adalah penyatuan barisan dan satu kata semampu yang kita kerjakan. Cukuplah Allah bagi kita, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung.