SIFAT-SIFAT ALLOH SWT
1. Sifat-sifat Alloh SWT Menurut
Pandangan Akal Sehat
Anda, jika memandang alam ini dan apa
saja terkandung didalamnya, seperti keindahan hikmah, keunikan/keajaiban
makhluk, ketelitian pembuatan, besarnya kerapian, beserta keagungan dan
keluasan, keteraturan / keterpautan dan pengembangan, pembaruan (pergantian
yang lama dengan yang baru) dan penciptaan sama sekali baru (sebelumnya tidak
ada)………
Bila Anda melihat langit yang jernih
dengan berbagai bintang dan planet, matahri dan rembulan dengan perputarannya
(rotasi). ....
Bila Anda memperhatikan bumi ini
dengan berbagai ragam tetumbuhan, keindahan-keindahannya, barang tambang, harta
terpendam, unsur-unsurnya dan zat-zatnya. ......
Bila Anda memandang dunia hewan dan
apa saja yang terkandung didalamnya, seperti keajaiban daya petunujuk
(hidayah) atau naluri dan insting
(ilham). ......
Bahkan bila Anda melihat konstruksi
(susunan) manusia dengan berbagai anatomi organ tubuh yang terkandung
didalamnya., semuanya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing
secara baik. ......
Bila Anda melihat dunia samudra dengan
berbagai ragam keajaiban dan keunikan makhluk yang hidup didalamnya. .......
Bila Anda telah mengetahui daya
kekuatan alam beserta hikmah-hikmah dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya,
seperti listrik (kahrobaiy), magnit (maghnathis), eter (benda-benda halus,
atsir), dan radium. ….
Setelah itu, kemudian Anda coba
beralih mengarahkan pandangan Anda dari dzat-dzat yang ada di alam dan
karakteristiknya, kepada hubungan keterkaitan dan keterikatan (siklus) antara
dzat satu dengan dzat-dzat lainnya. Bagaimana hubungan keterkaitan diantara
masing-masing dzat tersebut yang begitu teratur dan kokoh antara satu sama
lain, dalam rangka membentuk satu kesatuan alam, di mana setiap bagiannya
melengkapi/membantu bagian-bagian yang lain, sebagaimana satu organ tubuh
membantu/melengkapi organ-organ tubuh yang lain dalam satu kesatuan tubuh.
.....
Maka, dari semua yang Anda lihat dan
Anda ketahui tersebut, sekalipun tanpa disertai dengan dalil, argumentasi,
wahyu atau ayat-ayat Al-Qur'an, tentu akan keluar pernyataan akidah (teologis)
analitis yang simpel (sederhana) :
Sungguh, ALAM ini
tentu ada PENCIPTANYA, yang Membuat dan mewujudkannya. Sang Pencipta tersebut tentunya Maha Agung,
melebihi keagungan yang tergambar didalam akal manusia yang dha'if ini. Sang
Pencipta tersebut tentu Maha Kuasa, melebihi konsep kekuasaan yang dipahami
oleh manusia. Sang Pencipta tersebut tentu Maha Hidup dengan segala
kesempurnaan konsep (makna-makna) kehidupan. Sang Pencipta tersebut Maha Kaya,
tidak butuh kepada makhluk, karena Dia "ADA" sebelum
"ada"-nya makhluk-makhluk itu. Sang Pencipta tersebut tentu Maha
Mengetahui lebih luas daripada batas-batas ilmu-pengetahuan. Sungguh, Sang
Pencipta tersebut berada di atas Nawamis
(hukum-hukum alam), karena Dia-lah yang meletakkan / menggariskan hukum
alam tersebut. Sungguh, Sang Pencipta tersebut telah "ADA" (wujud)
sebelum adanya segala yang maujud / makhluk (maujudat), karena Dia-lah yang
menciptakan makhluk tersebut, dan Dia tetap "ADA" sesudah semuanya
hancur, karena Dia-lah yang menentukan semuanya akan menjadi TIADA (hancur).
Secara garis besar (ijmal, global),
Anda akan melihat diri Anda dipenuhi dengan akidah / keyakinan bahwa Sang
Pencipta dan Pengatur Alam ini memiliki sifat-sifat kesempurnaan
di atas (konsep sifat kesempurnaan) apa saja yang pernah dihasilkan oleh akal
manusia yang lemah ini. Dan Sang Pencipta tersebut Suci-Bersih (tanzih)
dari segala kekurangan.
Anda juga akan melihat akidah ini
sebagai suatu "wahyu" (inspirasi) nurani Anda yang keluar dari hati
nurani Anda, dan merupakan perasaan (insting) jiwa Anda yang keluar dari dari
jiwa Anda.
فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya
:" … (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus ….." (QS Ar-Rum,[30] : 30).
Setelah muqaddimah / pendahuluan ini, kami akan
men-"jelentreh"-kan / memaparkan beberapa contoh kejadian aneh bin
unik yang terjadi di alam ini. Dan Anda akan melihat (menyadari), -- sekalipun
kejadian yang dipaparkan ini sedikit, bila dibdanding dengan keagungan,
ketelitian, kedetailan, kerumitan dan keteraturan hukum yang ada di alam ini –
bahwa hal itu akan membuat jiwa Anda merasa cukup puas, sebagaimana yang telah
kami sampaikan kepada Anda di atas.
Contoh
Pertama :
UDARA yang kita hirup ini tersusun dari berbagai unsur.
Diantaranya terdapat dua bagian penting :
1) satu bagian berguna / bermanfaat untuk pernafasan manusia, yang dalam
istilah pakar kimia disebut "oksigen" (zat asam); 2) satu bagian yang lain berbahaya bagi
pernafasan, yakni yang disebut "Karbon" (zat asam arang).
Diantara kehalusan/kerumitan hubungan keterkaitan diantara
kesatuan alam wujud yang luar biasa ini adalah, bahwa bagian yang berbahaya
(Karbon) bagi pernafasan manusia, ternyata justru bermanfaat untuk dihirup oleh
tumbuh-tumbuhan. Pada waktu manusia menghirup oksigen dan menghembuskan karbon,
maka pada saat itu tumbuh-tumbuhan melakukan hal yang sebaliknya, yakni
menghirup karbon dan menghembuskan oksigen (pada waktu siang. Tapi di waktu malam,
tetumbuhan menghisap oksigen dan mengeluarkan karbon).
Coba perhatikan kaitan kerjasama timbal balik antara
manusia dan tumbuh-tumbuhan dalam sesuatu hal, yakni dalam soal bernafas,
yang menjadi unsur terpenting bagi kehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan,.
Setelah memperhatikan dan menganalisis kejadian tadi
(yakni: kaitan kerjasama manusia-tetumbuhan dalam bernafas), maka katakan
kepadaku, apakah ada yang melakukan hal itu di alam ini selain Tuhan yang Maha
Agung, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Luas Pengetahuan-Nya, lagi Sangat
halus/teliti kebijaksanaan-Nya?
Contoh
Kedua :
MAKANAN yang Anda makan itu tersusun dari berbagai unsur
nabati dan hewani, yang oleh para pakar (ahli gizi) terbagi - misalnya – kepada protein (zulaliyah,
zat putih telur), karbohidrat (nasyawiyyah, hidrat arang), dan zat lemak
(duhniyyah, kolesterol)
Anda melihat, bahwa cairan ludah melumatkan sebagian bahan
karbohidrat,.melarutkan zat gula dan zat-zat sejenis yang perlu dilarutkan. Sedangkan cairan dalam usus besar
berproses mencerna/melumatkan protein seperti daging dan selainnya. Kemudian
cairan berwarna kuning (cairan empedu) yang dihasilkan dari liver (limpa/hati),
bekerja membakar / menghancurkan lemak/kolesterol dan membaginya kedalam
bagian-bagian kecil agar dapat diserap oleh tubuh. Setelah itu tibalah tugas
kelenjar pankreas untuk mengeluarkan 4 cairan (nira, enzim) yang
masing-masingnya bertugas membantu menyempurnakan proses pencernaan ketiga
unsur makanan, yakni karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan cairan / enzim
yang keempat mengubah susu menjadi keju.
Coba Anda renungkan adanya keterkaitan
kerja sama yang menakjubban ini, yang terjadi antara unsur-unsur yang ada
didalam tubuh manusia, dengan unsur-unsur nabati, hewani, dan berbagai jenis
makanan yang dimakan oleh manusia.
Contoh
Ketiga :
BUNGA dalam tumbuh-tumbuhan yang telah
Anda lihat ternyata memiliki dedaunan yang indah, menarik perhatian dan
beraneka warna yang indah.. Jika Anda tanyakan kepada para pakar botani tentang
hikmah yang terkandung, mereka akan menjawab, bahwa bunga-bunga itu untuk
menggoda dan memikat lebah-lebah dan makhluk sejenis yang suka menghisap sari
bunga untuk hinggap di atasnya. Pada
saat kaki-kaki lebah-kumbang dan sejenisnya itu hinggap di atas putik, maka
serbuk sari (serbuk benih) menempel pada kakinya. Dengan demikian, pada saat
mereka (kumbang-lebah) itu berpindah dari bunga jantan ke bunga betina, maka
sempurnalah proses perkawinan (penyerbukan / pembenihan).
Coba perhatikan, bagaimana dedaunan
bunga-bunga yang indah membuat lingkaran keterkaitan antara tetumbuhan dan
hewan (lebah-kumbang), sehingga tetumbuhan itu dapat mempergunakan bantuan
hewan dalam proses penyerbukan secara otomatis agar dapat berbuah dan
berkembang biak.
Masing-masing kejadian yang ada
didalam alam ini memberitahukan kepada Anda tentang adanya hikmah yang tinggi,
irodah / kehendak yang luhur, kekuasaan (dominasi) yang kuat dan hukum-hukum
alam (tata aturan / sunnatulloh) yang
sangat halus , teliti, rumit, dan teratur yang mengatur proses perjalanan alam (segala
sesuatu yang wujud) ini. Tuhan yang mengatur hikmah ini, Sang Pemilik keagungan
ini, dan Peletak / penyusun tata aturan alam (sunnatulloh/ hukum alam) ini,
adalah Alloh SWT.
Ayat Al-Qur'an telah menyinggung
persoalan tersebut, dan mengarahkan pandangan manusia untuk memperhatikan
hikmah-hikmah yang menakjubkan dan rahasia-rahasia di balik alam yang tinggi
ini. Oleh karena itu, hampir tidak ada satu pun ayat dari satu surat ke surat
lainnya yang luput dari usaha mengingatkan manusia terhadap berbagai anugerah
dan nikmat Alloh SWT, kenyataan (fenomena) kekuasaan dan hikmah (penciptaan)
Alloh SWT, dan mendorong manusia untuk selalu memperbaharui pandangannya dan
melestarikan pemikirannya ke arah itu.
Alloh SWT berfirman :
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ
تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ . وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ
خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
. وَمِنْ ءَايَاتِهِ خَلْقُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَ رْضِ وَاخْتِلاَ فُ
أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآ يَاتٍ لِلْعَالِمِينَ.
وَمِنْ ءَايَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ
فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِك لَآ يَاتٍ
لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ . وَمِنْ ءَايَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ اْلأَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ.
Artinya
:" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi)
manusia yang berkembang biak. Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasamu (bahasa arab,
Indonesia, dll) dan warna kulitmu (putih, hitam, merah dll , semuanya dari satu
keturunan). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui ( =orang yang berakal). Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
tidurmu di waktu malam dan siang hari, dan usahamu mencari sebagian dari
karunia-Nya (=bekerja mencari ma'isyah yang dikehendaki) . Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan
( = mendengar sambil berfikir dan mengambil i'tibar / pelajaran). Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan ( = bagi musafir)
dan harapan ( = bagi penduduk menanti turunnya hujan), dan Dia menurunkan air
hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mempergunakan akalnya." (QS Ar-Rum,[30] : 20-24)
Alloh SWT berfirman :
اللهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ
فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ
كِسَفًا فَتَـرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلاَ لِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ مِنْ
قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ . فَانْظُرْ إِلَى ءَاثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ
يُحْيِي اْلأَ رْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ .
Artinya
: "Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya awan, maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba
mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya
sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa (
= putus harapan akan turunnya hujan).
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan
bumi yang sudah mati. Sesungguhnya
(Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan
orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS
Ar-Rum,[30] : 48-50)
Selain itu, masih banyak lagi ayat-ayat
serupa yang kita temukan pada surat Ar-Ra'du, Al-Qoshosh, Al-Anbiya', An-Naml,
dan surat-surat Al-Qur'an lainnya.
2. Kemujmalan (Globalitas) Sifat-sifat
Allah Dalam Al-Qur'an
Ayat-ayat Al-Qur'an mengisyaratkan sebagian
SIFAT-SIFAT WAJIB bagi Alloh. Sifat-sifat
ini sebagai tuntutan terhadap kesempurnaan status ketuhanan-Nya. Berikut ini
akan disuguhkan kepada Anda beberapa ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan adanya
sifat-sifat tersebut :
a. Sifat WUJUD (Ada)
Alloh SWT berfirman :
اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِ لأَ جَلٍ مُسَمًّى
يُدَبِّرُ اْلأَ مْرَ يُفَصِّلُ اْلآ يَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ
تُوقِنُونَ . وَهُوَ الَّذِي مَدَّ اْلأَ رْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ
الثَّمَرَاتِ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
. وَفِي اْلأَ رْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَ زَرْعٌ
وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ
بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُ كُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآ يَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ
Artinya
:"Allah-lah Yang meninggikan langit
tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas
`Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu
yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya ( = ada yang manis,
kecut, pahit, asam dll). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ra'du, [13] : 2-4)
Alloh SWT berfirman :
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَاْلأَرْصَارَ وَاْلأََ فْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ .وَهُوَ الَّذِي
ذَرَأَكُمْ فِي اْلأَ رْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ . وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلاَفُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ .
Artinya :"Dan Dialah yang telah menciptakan ( = menjadikan) bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan ( = dikumpulkan di padang makhsyar pada hari kiamat untuk menerima balasan amal). Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?" (QS Al-Mukminun, [23] : 78-80)
Semua ayat di atas memberitahukan pada
Anda tentang sifat "WUJUD" (Ada-Nya) Alloh SWT. Dan Anda pun dapat
membuktikan WUJUD-Nya Alloh dengan cara memperhatikan sepak-terjang / af'al
Alloh dalam mengatur semua urusan alam semesta yang menakjubkan ini.
b. Sifat QIDAM (Dahulu) dan BAQA' (Kekal)
Alloh SWT berfirman :
هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآ خِرُ وَالظَّاهِرُ
وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya
:"Dialah Yang Awal ( = sebelum adanya segala sesuatu, Ada-Nya
tanpa permulaan) dan Yang Akhir (=
sesudah segalanya, Ada-Nya tanpa batas akhir) , Yang Zhahir ( = dapat
dibuktikan dengan adanya tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan-Nya) dan Yang
Bathin ( = tidak dapat dijangkau oleh indera); dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu." (QS Al-Hadid,[57] : 3)
Firman Alloh SWT :
وَلاَ تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Artinya
:"Janganlah kamu sembah di samping
(menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS
Al-Qoshosh,[28] : 88)
Firman Alloh SWT :
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ . وَيَبْقَى
وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ .
Artinya
:"Semua yang ada di bumi itu akan
binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."
(QS Ar-Rahman,[55] : 26-27)
Didalam ayat-ayat tersebut mengisyaratkan adanya dua sifat
wajib bagi Alloh SWT, yaitu Qidam dan Baqo;
c. Sifat MUKHOLAFATU LIL HAWADITS (Berbeda dengan
Makhluq)
Alloh berfirman :
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ . اللهُ الصَّمَدُ .
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ .
Artinya
:"Katakanlah: "Dia-lah Allah,
Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu ( = menjadi tempat tujuan segala
permohonan). Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara ( =
serupa dan sama) dengan Dia". (QS Al-Ikhlash,[112] : 1-4)
Firman Alloh SWT :
فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَ رْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
أَزْوَاجًا وَمِنَ اْلأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ
شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya
:"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia
menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS
Asy-Syuro,[42] : 11)
Didalam ayat-ayat tersebut terdapat
petunjuk adanya sifat wajib Mukholafatu lil hawadits : Alloh berbeda
dengan semua yang baru (makhluk). Dia Mahasuci Dari memiliki anak, orang tua,
dan penyerupaan (Antropomorphisme).
d. Sifat QIYAMUHU BINAFSIHI (Berdiri Sendiri)
Alloh SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
إِلَى اللهِ و اللهُ هُوَ الْغَنِيُّ
الْحَمِيدُ
Artinya
:"Hai manusia, kamulah yang
berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS Fathir, [35] : 15)
Alloh SWT berfirman
:
أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَوَاتِ وَ
اْلأَرْضِ وَلاَ خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ
وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا.
Artinya
:"Aku tidak menghadirkan mereka (iblis
dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi, dan tidak
(pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang
yang menyesatkan itu sebagai penolong ( = sebagai pembantu dalam
penciptaan)." (QS Al-Kahfi, [18]
Kedua ayat diatas mengisyaratkan adanya sifat Qiyamuhu
bi Nafsihi (berdiri sendiri) bagi Alloh SWT, tidak memerlukan bantuan pada
makhluk, sementara semua makhluk justru memerlukan Dia.
e.
Sifat WAHDANIYAH ( Esa, Tunggal)
Alloh SWT berfirman tentang Keeasaan
dalam Dzat-Nya: :
وَقَالَ اللهُ لاَ تَتَّخِذُوا إِلَهَيْنِ اثْنَيْنِ إِنَّمَا
هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ . وَلَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ
وَاْلأَ رْضِ وَ لَهُ الدِّينُ وَاصِبًا
أَفَغَيْرَ اللهِ تَتَّقُونَ . وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ
تَجْأَرُونَ .
Artinya
:"Allah berfirman: "Janganlah
kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka
hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa
yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah keta`atan itu selama-lamanya.
Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? Dan apa saja ni`mat yang ada
pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS An-Nahl,[16] : 51-53)
Alloh SWT berfirman :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ ا
للهَ ثَالِثُ ثَلاَ ثَـةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ
يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ . أَفَلاَ يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَ اللهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Artinya
:"Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga",
padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang
Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka
tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." QS Al-Maidah,[4] : 73-74)
Alloh SWT berfirman dalam QS
Al-Anbiya' : 21-26
أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِنَ اْلأَرْضِ
هُمْ يُنْشِرُونَ . لَوْ كَانَ فِيهِمَا
آلِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا
يَصِفُونَ . لاَ يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ .
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةٌ قُلْ
هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ هَذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ . وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ
إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ . وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا
سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لاَ يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ
بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ
يَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ . وَمَنْ
يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ
كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
Artinya
: Apakah
mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang
mati)? . Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy
daripada apa yang mereka sifatkan.. Dia tidak ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan
selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (Al Qur'an) ini adalah peringatan bagi
orang-orang yang bersamaku, dan peringatan orang-orang yang sebelumku".
Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka
berpaling. Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang
Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah.
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka
itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan
perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat)
dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada
orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut
kepada-Nya. Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan: "Sesungguhnya aku
adalah tuhan selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan
dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.
Alloh SWT berfirman dalam QS
Al-Mukminun : 86-92
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِله قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ . قُلْ
مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَ يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُون لِلهِ
قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ . بَلْ
أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ . مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ
إِذًا لَذَهَبَ كُـلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلاَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُونَ. عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى
عَمَّا يُشْرِكُونَ.
Artinya
:"Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang
besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi
tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau
demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" Sebenarnya Kami telah
membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar
orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan
sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya,
masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian
dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari
apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang
nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.".
Alloh berfirman dalam QS An-Naml : 59 - 63
قُلِ الْحَمْدِلِلهِ وَسَلاَ مٌ عَلَى
عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ . أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَ اْلأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ
أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا اَإِلـهٌ مَعَ اللهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
. أَمَّنْ جَعَلَ اْلأَرْضَ قَرَارًا
وَجَعَلَ خِلاَلَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ لَهَا
رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ . أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ
وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ اْلأَرْضِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ
قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ. أَمَّنْ
يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا
بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ
تَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ .
أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ
السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ اَإِلَـهٌ مَعَ اللهِ
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ .
Artinya
:"Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan
dengan Dia?" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?
Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung
untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah
di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari
mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan
dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping
Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). Atau
siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa
(pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)
rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah
terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang
menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan
siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti
kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Dan bergitu pula ayat-ayat lainnya yang
menetapkan tentang ke-ESA-an Alloh SWT
dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya maupun dalam Perbuatan-Nya. Tiada Robb (Dzat
Yang Mengatur dan Memelihara makhluk ciptaan) selain DIA. Tiada Ilah (Tuhan
yang berhak disembah) selain DIA.
f. Sifat QUDROT (Kuasa)
Alloh SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي
رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ
ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ
يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ
مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا
الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ(5)ذَلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(6)وَأَنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ
اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ(7)
Artinya
: Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan
air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah,
Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah
datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua
orang di dalam kubur.
(QS
Al-Hajj,[13] : 5-7)
Alloh SWT berfirman :
مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ
عَضُدًا
Artinya
: Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya)
untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka
sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai
penolong. (QS Al-Kahfi : 51)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ
Artinya
:"Dan sesungguhnya
telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. (QS Al-Qoof : 38)
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا
عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا
مَحْجُورًا(53)وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا
وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا(54)
Artinya
: Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. Dan Dia (pula)
yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS
A-Furqon : 53-54)
Dan ayat-ayat lainnya
yang menunjukkan tentang besarnya kekuasaan dan keagungan Alloh SWT.
f. Sifat IRODAT (Berkehendak)
Alloh SWT berfirman :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا
أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya
: Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS Yasin : 82)
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً
أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ
فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Artinya
: Dan
jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi
mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.
(QS Al-Isro' : 16)
Alloh SWT mengkisahkan Nabi Khidhir dan
Nabi Musa dalam QS Al-Kahfi : 82
فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ
عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Artinya
: maka
Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
يُرِيدُ اللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ
وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ(26)وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا(27)يُرِيدُ
اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Artinya
: Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu,
dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan
shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. (QS An-Nisa' : 26-28)
g. Sifat 'ILMU (Tahu, Mengetahui)
Alloh SWT berfirman :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي
السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ
الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ(1)يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ
مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرَّحِيمُ
الْغَفُورُ
Artinya
: Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu,
dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan
shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. Allah hendak menerangkan (hukum syari`at-Nya) kepadamu, dan
menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin)
dan (hendak) menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. Segala
puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar
daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan
Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (QS Saba' : 1-2)
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Artinya
: Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan
mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha
Mengetahui segala isi hati. (QS At-Taghabun : 4)
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي
الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
Artinya
: (Luqman berkata):
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,
dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. (QS Luqman : 16)
قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا
مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَاشُعَيْبُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَكَ مِنْ
قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا
كَارِهِينَ(88)قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي
مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ
نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ
شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ
Artinya
: Pemuka-pemuka dari kaum Syu`aib yang menyombongkan diri
berkata: "Sesung-guhnya kami akan mengusir kamu hai Syu`aib dan
orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada
agama kami". Berkata Syu`aib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami),
kendatipun kami tidak menyu-kainya?" Sungguh kami mengada-adakan
kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah
Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya,
kecuali jika Allah, Tuhan kami meng-hendaki (nya). Pengetahuan Tuhan
kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan
kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan
Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (QS Al-A'rof : 88-89)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي
السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ
رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ
وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ
بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya
: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada
(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada
(pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Mujadilah : 7)
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو
مِنْهُ مِنْ قُرْءَانٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ
شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ
ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا
أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya
: Kamu tidak berada dalam suatu
keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih
kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS
Yunus : 61)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang
menunjukkan tentang luasnya pengetahuan Alloh SWT yang meliputi segala sesuatu,
baik sedikit maupun banyak, kecil maupun besar.
h. Sifat HAYAT ( Hidup)
Alloh SWT berfirman :
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ
Artinya
: Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. (QS Al-Baqarah : 255)
الم(1)اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ(2)نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ(3)مِنْ قَبْلُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ....
Artinya
: Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan
Injil. Sebelum (Al Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al Furqaan. (QS Ali
Imron:1-4)
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ
قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ
مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ(64)هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(65)
Artinya :
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat
menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang
demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat
kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (QS Al-Mukmin :
64-65)
dan masih banyak lagi
ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alloh SWT bersifat Hayat (Hidup) secara
sempurna, tidak ada yang lebih sempurna selain Hidup-Nya.
i. Sifat SAMA' (Mendengar) dan BASHOR (Melihat)
Alloh SWT berfirman :
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي
تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ
تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya
: Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu
tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah
mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. (QS Al-Mujadalah: 1)
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى(9)عَبْدًا إِذَا
صَلَّى(10)أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَى(11)أَوْ أَمَرَ
بِالتَّقْوَى(12)أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى(13) أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ
اللَّهَ يَرَى(14)
Artinya
: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang
yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada
Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? (QS Al-'Alaq :
9-14)
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ
طَغَى(43)فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى(44)
قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ
يَطْغَى(45)قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
Artinya
: Pergilah kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka
berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa
kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman:
"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat". (QS Thoha : 43-46)
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا
تُخْفِي الصُّدُورُ(19)وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ
دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ(20)
Artinya
: Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa
yang disembunyikan oleh hati.
Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya
Allah, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS Al-Mukmin / Al-Ghofir
: 19-20)
Masih ada lagi
ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang sifat Sama' dan Bashor bagi Alloh.
j. Sifat KALAM (Berfirman, Berbicara)
Alloh SWT berfirman :
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ
قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى
تَكْلِيمًا(164)
Artinya
: Dan (kami telah mengutus)
rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu,
dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS An-Nisa' : 164)
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ
وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ
مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya
: Apakah kamu masih mengharapkan
mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman
Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui? (QS Al-Baqoroh : 75)
Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan
tentang sifat Kalam bagi Alloh SWT.
Ketidakterbatasan Sifat-sifat Kesempurnaan
bagi Alloh SWT.
Sifat Alloh SWT
didalam Al-Qur'an sangat banyak dan sifat kesempurnaan-Nya itu tidak terbatas
jumlahnya. Akal manusia tidak mengetahui eksistensi dan hakekatnya. Mahasuci
Alloh SWT, kami tidak mampu menghitung pujian-sanjungan kepada-Nya, sebagaimana
Dia memuji-menyanjung Diri-Nya sendiri.
3. Antara Sifat Allah dan Sifat Makhluk
Yang harus dipahami seorang muslim
bahwa makna yang dimaksudkan dalam kandungan lafazh tentang Sifat-sifat Allah
sangat berbeda secara keseluruhan dengan makna dalam kandumgan lafazh yang sama
pada sifat-sifat Makhluk. Kamu mengatakan “Allah itu ‘Alim (Dzat yang tahu) dan
Ilmu merupakan sifat Allah” ; kamu juga mengatakan : “Si Fulan ‘Alim (yang
mengetahui) dan Ilmu (tahu) merupakan sifat manusia”. Apakah yang disebut
dengan lafazh “Ilmu” Allah merupakan Ilmu yang tidak terhingga
kesempurnaanya dan tidak akan bisa
ditandingi oleh Ilmu makhluk sedikitpun. Demikian pula sifat “hayat”
(Hidup), “Sama’” (Mendengar), “Bashar” (Melihat), “Kalam” (Berbi9cara), “Qudrat”
(kuasa) dan “Irodat” (Berkehendak). Semua makna yang ditunjukkan oleh lafazh
dalam sifat-sifat Allah itu secara umum berbeda dengan makna yang dutunjukkan
oleh lafazh yang sama dalam masalah sifat-sifat Makhluk dari sudut kesempurnaan
dan kaifiat, karena Allah SWT tidak menyerupai sesuatu Mahkluk pun. Kamu tidak
dituntut untuk mengetahui hakekatnya, dan cukup bagimu untuk mengetahui
bekas-bekasnya di dalam alam ini dan konsekwensinya pada dirimu. Kepada
Allah-lah kita memohon penjagaan dari kesalahan dan memohon sebaik-baik Taufiq.
4. Argumentasi-Argumentasi Rasional
Dalam Sifat-sifat Allah SWT.
Para ulama’ aqidah berpegangan pada
Argumen-argumen rasional dan analogi dialektikan dalam menetapkan sifat-sifat
Allah. Kami katakan, Hal itu baik, karena rasio merupaka dasar pengetahuan dan
tempat tergantungnya taklif, sehingga tidak ada satupun bekas subhad dan
kebatilan pada diri seseorang. Akan tetapi persoalanya lebih jelas dari itu.
Wujudnya Sang Khaliq SWT dan penetapan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak
merupakan persoalan Aksiomatik yang pembuktiannya tidak memerlukan dalil atau
Argumentasi, dan tidak dituntut untuk membuktikannya kecuali bagi orang yang takabbur dan didalam
hatimya ada penyakit, yang sebenarnya dalil itu tidak berguna baginya dan
argumentasi apa saja tidak bermanfaat baginya. Bersama dengan ini, untuk
kesempurnaan (Faidah), kami akan menyebutkan beberapa Argumentasi rasional
secara global dan rinci.
Argumentasi pertama : Alam dengan
keagungan dan keteraturanya ini menunjukan adanya sang penciptanya dengan
segala keagungannya dan kesempurnaan Nya.
Argumentasi ke-Dua : Sesungguhnya
Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan bisa memberi. Maka jika yang
mewujudkan alam ini tidak memiliki sifat-sifat kesempurnaan, bagaimana mungkin
ada pengaruh dari sifat-sifat itu pada makhluk-Nya?
Argumentasi ke-Tiga : bahwa pencipta
alam ini Esa, tidak berbilang, karena jika berbilang maka akan menimbulkan
kerusakan, pertentangan dan persaingan merasa lebih tinggi dari yang lain,
lebih-lebih persoalan ketuhanan ini menyangkut kenesaran dan keagungan. Juga
apabila salah satu dari yang berbilang itu menguasai yang lain, maka
sifat-sifat yang lain tidak berfungsi, dan seandainya mereka berserikat, bekerja sama, maka sebagian sifat-sifat salah
satunya tidak berfungsi. Sedangkan ketidakberfungsian sifat-sifat ketuhanan
tersebut bertentangn dengan keluhuran dan keagungan-Nya. Karena itu, Tuhan itu harus Esa dan
tidak ada tuhan selain dia.
5. Pertanyaan Yang Berhenti Di Depan
Sebagian Besar Manusia
Disebutkan di dalam Hadist Abu
Hurairah R.A, Ia berkata : Rosulullah SAW bersabda “Orang-orang selalu
bertanya-tanya, sampai mengatakan begini : Allah telah menciptakan Makhluk,
lalu siapa yang menciptakan Allah?. Bila menemuhi yang demikian ini, hendaklah
bilang : aku beriman kepada Allah”. (HR. Muslim).
Pertanyaan ini dari asal usulnya
memang sudah salah, karena kita diperintahkan agar tidak membahas tentang Dzat
Allah SWT, sebab akal kita yang terbatas ini tidak mampu mengetahui hakekat
dari kita sendiri, apalagi mengetahui hakekat Dzat Allah SWT, tentu tak akan
mampu. Kecuali itu pertanyaan tersebut membuat keraguan pada jiwa sebagian
orang, dan kami ingin menjelaskan kepada mereka suatu jawaban yang dapat
memuaskan hati mereka, Insya Allah :
Bila kamu letakkan sebuah buku, lalu
keluar kamar. Sesaat kemudian kamu kembali, lalu kamu lihat buku yang tadinya
diatas meja itu sudah ada di dalam laci, maka kamu sangat yakin bahwa seseorang
yang meletakkanya di dalam laci, karena kamu tahu bahwa sifat-sifat buku adalah
tidak bisa berpindah sendiri. Perhatikan pernyataan kedua ini, kemudian
dengarkan apa yang akan aku katakan kepadamu : “pada saat semua makhluk ini
diciptakan dan kita tahu di antara tabiat dan sifatnya adalah mereka tidak
mungkin ada dengan sendirinya, akan tetapi pasti ada yang mengadakan. Tahulah
kita, bahwa yang mengadakan makhluk itu adalah Allah SWT. Pada saat
kesempurnaan uluhiyah (kebertuhanan) itu menetapkan ketidakbutuhan seorang
tuhan kepada orang lain, bahkan diantara sifat-sifat-Nya itu adalah berdiri
sendiri, maka tahulah kita bahwa Allah SWT itu ada dengan sendirinya dan tanpa
membutuhkan kepada orang lain untuk mengadaka-Nya. Bila kedua pernyataan di
atas kamu letakkan (bandingkan) dalam pembicaraan ini, maka jelaslah bagimu
posisi ini, dan akal manusia sangat terbatas berada dalam posisi sulit dalam
sebagian besar yang demikian itu. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan
dari kesalahan. Sesungguhnya dia maha pengasih lagi maha penyayang.
6.
Pendapat para ilmuwan ilmu pasti dalam menetapkan wujud dan sifat Allah.
Kami telah menjelaskan kepadamu bahwa
aqidah islam ini merupakan sesuatu yang fitri dalam jiwa yang sehat dan
bersemayam dalam hati yang bersih, yang hampir merupakan suatu aksiomah yang
diperkuat oleh pembuktian-pembuktian akal dari generasi ke generasi. Karena
itu, para ahli ilmuwan pasti alam negara-negara barat dan selainnya
meyakininya, meskipun mereka tidak mendapatkannya dari ajaran salah satu agama.
Kami akan menjelaskan kepadamu sebagian kesaksian mereka, bukan unutk mendukung
memperkuat aqidah ini, akan tetapi sebagai bukti bersemayamnya aqidah dalam
jiwa manusia dan sama sekali untuk menyanggah orang-orang akan lepas dari
ikatan aqidah dan mereka yang menipu hati dan ruh mereka sendiri dengan
kebatilan.
a. Kesaksian Descartes (1596-1651) filosof alam
Perancis.
Dia mengatakan : “sesungguhnya aku beserta perasaanku
dengan kekurangan pada diriku merasakan keharusan adanya “wujude dzat” yang
sempurna, dan hal itu memaksaku umtuk meyakini bahwa perasaan ini telah ditanamkan
oleh dzat tersebut yang sempurna yang dihiasi dengan semua sifat-sifat
kesempurnaan di dalam dzatku. Dzat tersebut adalah Allah”.
Dalam pernyataannya ini dia mengakui kelemahan dan
kekurangan dirinya, dan mengakui adanya wujud Allah beserta kesempurnaan-Nya,
serta mengakui bahwa perasaan dan panca inderanya merupakan pemberian dan
fitrah Allah yang diberikan kepadannya. Allah berfirman :
Artinya
: “Fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia atas dasar fitrah-Nya tadi”. (Qs Ar-Rum : 30
b. Kesaksian Issac Newton (1643-1727) ilmuwan Inggris
yang terkenal dan penemu hukum “Gravitasi”.
Dia berkata : “janganlah kalian meragukan tentang adanya sang pencipta, karena tidaklah masuk akal bahwa alam ini terjadi secara kebetulan belaka yang mana kebetulan tersebut merupakan hukum adanya wujud alam ini”.
c. Kesaksian Harshall (1860-1943) ahli astronomi
Inggris.
Dia berkata : “semakin
luas penguasaan pengetahuan semakin bertambah argumentasi yang pasti dan kuat
tentang adanya sang pencipta yang azali, yang tak terbatas kekuasan-Nya dan
tidak terhingga. Para pakar geologi,
matematika, astronomi dan fisika telah sepakat untuk mengukuhkan sebua gema
ilmu, yakni gema keagungan Allah semata”.
d. Kesaksian Lynich sebagiamana yang dikutip oleh Camel
Phlamrion, ilmuwan Perancis, dalam bukunya “Allah di dalam alam” mengatakan :
“sesungguhnya Allah yang azali, abadi,
maha mengetahui dan berkuasa atas esgala sesuatu telah mengejawantah kepadaku
melalui keindahan ciptaan-Nya sehingga membuatku tercengang. Alangkah indah
kekuasaan, hikmah dan ciptaan-Nya di alam semesta ini, mulai dari yang terkecil
sampai yang terbesar. Sungguh manfaat yang didapat dari ciptaan-ciptaan-Nya ini
menunjukkan keagungan rahmat Allah yang ditunjukkan kepada kita, senagaimana
kesempurnaan dan keteraturan alam yang menunjukkan keluasan hikmah-Nya.
Demikian pula pemeliharaan ciptaan tadi dari kehancuran, dan pembaharuan
ciptaan-Nya membuktikan terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya”.
e. Herbert Spencer (1593-1633), seorang ilmuwan Inggris dalam thesisnya tentang pendidikan mengatakan :
“ilmu itu bertentangan dengan khurafat
akan tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pada sebagian ilmu alam yang
tersebar, ditemukan adanya prozindig (mistik sesat) akan tetapi ilmu yang
benar, yang melampaui pengetahuan yang dangkal dan memasuk wilayah hakekat yang
sesungguhnya, benar-benar lepas dari pengaruh ruh mistik sesat itu. Ilmu pasti
alam tidak menafikkan adanya agama. Pendalaman terhadap ilmu pasti lama
merupakan ibadah secara diam dan pengakuan secara tidak langsung terhadap
hakekat sesuatu yang dipelajari, kemudian terhadap kekuasaan penciptanya
konsentrasi pendalaman tersebut bukan sekedar tasbih lesan tetapi tasbih amali,
bukan sekedar penghargaan kosong akan tetapi penghargaan yang membuahkan
pengorbanan waktu, pemikiran dan tenaga. Ilmu ini tidak meneliti jalan
kelaliman atau pemaksaan dalam memahamkan manusia akan kemustahilan dalam
mengetahui sebab pertama (causa prima), yakni Allah Swt. Akan tetapi ia
meneliti suatu manhaj (metode) yang jelas dalam memahamkan pada kita tentang
kemustahilan tersebut, dengan menyampaikan kepada kita semua sisi batas-batas
yang tidak mampu dilampaui oleh akal. Kemudian dengan tenang dan penuh
keyakinan kita sampai pada kesudahan, yakni setelah itu memperlihatkan kepada
kita tentang sesuatu yang tidak menyamakan kecilnya akal manusia dihadapan
orang yang berakal …”
Kemudian dia mengambil
contoh : “Sesungguhnya ilmuwan yang melihat setetes air akan tahu bahwa
setetes itu tersusun dari Oksigen dan Hidrogen dengan kadar tertentu, yang sekiranya
kadar itu berbeda atau berubah sedikit saja, maka akan menjadi benda cair lain,
bukan air lagi. Maka ia akan meyakini keagungan, kekuasaan, hikma dan ilmu sang
pencipta yang luas, dengan perasaan yang lebih besar, agung, yang kuat dari
pada orang yang bukan ahli ilmu pasti alam yang melihat alam ini tidak sebatas
setetes air semata. Demikian juga seorang ilmuwan yang melihat setetes air
embun, maka dengan alat Mikroskop ia bisa melihat keindahan kadar ukuran
struktur dan kerumitan unsu-unsur, tidak ada keraguan bahwa ia akan merasakan
akan keindahan sang penciptanya dan kejelihan hikmah-Nya, lebih besar dari apa
yang ia ketahui dari setetes embun tersebut”.
Pendapat-pendapat para pakar ahli ilmu alam dalam hal
tersebut sangat banyak, sedangkan yang kami jelaskan disini barang kali sudah
cukup. Kita menjelaskan yang demikian itu agar para pemudah kita tahu bahwa
agama mereka mendapatkan pengukuhan dari sisi Allah SWT, semakin bertambah ilmu
seseorang akan semakin bertambah pula kekuatan, keyakinan dan dukungan, sesuai
yang di firmankan Allah dalam surat Fush-shilat : 3
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”.
6. Ayat-Ayat dan Hadis-Hadis Sifat
Didalam Al-Qur’an dan
Hadis nabi terdapat beberapa ayat dan hadis yang secara lahir mempersamakan
sifat Allah dengan sifat makhluknya. Kami akan menyebutkan beberapa diantaranya
sebagai contoh, kemudian kami berikan beberapa komentar. Hanya kepada Allah lah
kami memohon taufiq agar sampai keterangan yang benar di dalam persoalan ini,
yang lama sekali menjadi bahan perbincangan dan perbuatan dan dikalangan
masyarakat sampai dewasa ini. Dan agar Allah menjauhkan kita dari kesalahan
serta memberikan ilham kebenaran kepada kita.Dialah yang mencukupi kita dan
sebaik-baik pelindung.
Berapa contoh ayat sifat sebagai berikut :
a) Ayat
yang mengungkap kata “Wajah” Allah , didalam QS Ar-Rahman : 26-27:
Artinya : “Semua yang ada di
bumi ini akan binasa. Dan tetap kekallah “Wajah” Tuhanmu yang mempuyai
kebesaran dan kemuliaan”
Juga
ayat-ayat semisalnya yang terkandung di dalamnya kata “Wajah” yang di
nisabatkan kepada Allah SWT
b) Ayat yang mengungkap kata “Mata” (Al-‘ain)
bagi Allah , dalam QS. Thaha : 37-39 :
Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah memberi nikmat
kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika kami mengilhamkan kepada Ibumu
sesuatu yang diilhamkan. Yaitu : letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian
lemparkanlah dia ke sungai (Nil) maka pasti Sungai itu membawahnya ke tepi,
supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan aku telah
melimpahkan kepadamu kasih sayang yang
datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah ‘Mata’ (Pengawasan)-Ku
“.
Dan ayat-ayat
semisalanya yang mencantumkan lafadzh “ ’Ain “ (Mata) yang disandarkan kepada
Allah SWT.
c) Ayat yang mencantumkan kata “Tangan” (Yadun)
Allah. Dalam QS. Al-Fath : 10 : .
Artinya : “bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu
sesunggunya berjanji setia kepada Allah. ‘Tangan’ Allah di atas tangan mereka.”
Artinya : “orang-oarang Yahudi berkata : “Tangan“ Allah
terbelenggu”. Sebenarnya tangan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang
telah mereka katakan itu. (tidak demikian), tetapi ‘kedua tangan’ Allah terbuka. Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki”. (QS. Al-Maidah : 64)
d) Ayat tentang “Diri” (An-Nafs) Allah dalam QS. Ali Imran : 28 :
Artinya : “ janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri
dari suatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap ‘Diri’-Nya.
Dan hanya kepada Allah kembalimu”.
Dan juga
ayat semisalnya, seperti pada surat ayat Al-Maidah : 116.
e). Bersemayam di “Arasy” dalam
QS. Thaha : 5:
Artinya : “(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di “Arasy”.
Jika
ayat semisal yang berbicara tentang “Istiwa’” atau bersemayam yang
kesemuanyaitu disandarkan oleh Allah SWT.
f). Menunjukkan “Arah”
seperti “Di atas”, “Di langit” dan lain-lain , dalam QS. Al-An’am : 61:
Artinya : “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan di atas
semua hamba-hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga,
sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu ia
diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat-malaikat kami itu tidak
melalaikan kewajibannaya”
Artinya : “Atau apakah kamu
merasa aman terhadap Dzat yang “dilangit” bahwa Dia akan mengirimkan
badai yang berbatu, maka kamu kelak akan mengetahui bagaimana (akibat
mendustakan) peringatan-Ku” (QS. Al-Mulk : 17)
g). Kata-kata “Menyakiti”, “Ruh-Ku”, “datang”
:
Artinya : “Sesungguhnya Orang-orang yang “Menyakiti” Allah dan Rasul-Nya,
Allah akan melaknatinya didunia dan diakhirat dan menyediakan baginya siksa
yang menghinakan” (QS. Ahzab : 57)
Artinya :“Dan (Ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka
kami tiupkan kedalam rahimnya sebagaian dari “Ruh” kami, dan dia membenarkan
kalimat tuhannya dan kitab-kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang
taat”. (QS. At-Tahrim : 12)
Artinya :“Jangan (Berbuat demikian).
Apabila bumi di goncangkan berturut-turut, dan datnglah tuhanmu : sedang
malaikat berbaris-baris”. (QS. Al-Fajri : 21-22)
Dalam beberapa hadis Nabi disebutkan beberapa
“Sifat Allah” seperti yang disebutkan didalam ayat-ayat Al Qur’an seperti
disebutkan diatas, misalnya “Wajah”, “Tangan” dan misalnya. Beberapa ini
Hadis-hadis sifat :
a). Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW :
Artinya :“Allah
menciptakan Nabi Adam dengan “bentuknya”, tingginya 60 Dziro’ (hasta).
Sewaktu menciptakannya Dia berkata : pergi dan beri salam kepada mereka itu
yakni segolongan malaikat-malaikat yang sedang duduk-duduk dan dengarkan salam
yang akan diucapkan kepadamu. Ia adalah salam untukmu dan untuk Anak Turunmu ! Adam
berkata : Assalamu Aliakum. Setiap orang yang akan masuk surga dengan bentuk seperti Adam. Setelah itu penciptaan senantiasa berkurang sampai sekarang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
b). Dari Anas bin Malik RA, dari Rasulullah
SAW. Bahwa beliau bersabda : “Neraka Jahannam senantiasa di lempari
penghuni, lalu ia berkata : Apakah ada tambahan lagi ?” Hingga Allah meletakkan
“Telapak kaki”-Nya. Maka mengkerutlah Jahannam itu dan berkata : Cukup, cukup,
demi kehormatan dan kemuliaan-MU. Dan di Surga senantiasa ada kelebihan,
sehingga Allah menciptakan untuknya ciptaan Surga lalu menempatkan mereka di
Surga tambahan itu” (HR. Bukhari dan Muslim).
c). Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Allah sangat gembira disebabkan taubat salah
satu diantara kalian, dari salah seorang diantara kalian yang kehilangan barang
bawaan, tiba-tiba menemukannya kembali” (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Beberapa Mazhab Tentang Sifat
Musyabbihah bagi Allah
Dalam Masalah sifat musyabbihah ini, muncullah 4 (empat)
aliran pemikiran atau Maz-hab, yaitu :
a. Mazhab Mujassimah dan Musyabbihah :
Aliran ini mengambil secara lahir teks seperti apa
adanya. Aliran ini mempersamakan “Wajah” Allah dengan semua Makhluk-Nya, Tangan
Allah dengan tangan mereka, Tertawa Allah dengan tertawa mereka, demikian
seterusnya sehingga Aliran ini menggambarkan Allah sebagai Syaikh, sebagiannya
menggambarkan Allah sebagai seorang pemuda Aliran ini disebut Aliran atau
Mazhab “Mujassimah” (Personifikasi) dan “Musyabbihah” (Penyerupaan). Mereka tidaklah sampai memahami ajaran Islam
sedikitpun, dan tidak benar pendapat mereka. Cukuplah
menyolok pendapat mereka dengan Firman Allah :
لَيْسَ كَمِثْلِه شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ
اْلبَصِيْرُ
Artinya :“Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS. Asy-Syura : 11).
قُلْ هُوَ الله أَحَدٌ ◊ اَللهُ
الصَّمَدُ ◊ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ ◊ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا
أَحَدٌ ◊
Artinya :“Katakanlah (hai Muhammad)
Dialah allah yang maha Esa. Allah adalah Tuhan yang tergantung kepada-Nya segalah
sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara denga-Nya”. (QS. Al-Ikhlash:1-4).
b. Mazhab Mu’aththilah Dan Jahmiyyah
aliran ini menolak dan
menafikan makna-makna yang ada di dalam lafazh itu dalam semua segi. dengan
demikian, aliran ini bermaksud menghapuskan dan meniadakan makna yang
terkandung dari sisi allah swt. menurut mereka, allah itu tidak berbicara,
tidak mendengar dan tidak melihat, karna sifat tersebut tidak akan ada kecuali
melihat alat panca indera ; sedangkan alat panca indera harus ditiadakan dari
allah swt. karena itu, aliran ini meniadakan sifat-sifatbagi allah dan
mensucikan-nya (dari sifat-sifat itu). aliran ini dinamakan “mu’ath-thilah”.
para ulama yamh ahli di bidang sejarah akidah islam menamakannya “jahmiyyah”.
saya tidak menyangka bahwa seseorang yang memiliki akal sehat akan membenarkan
pendapat yang racun ini. bukanlah telah terbukti bahwa pembicaraan, pendengaran
dan penglihatan beberapa makhluk tidak tergantung pada alat pengindera ?
bagaimana mungkin “kalam” allah yang benar tergantung pada adanya alat
pengindera ? maha luhur allah dari pensifatan yang demikian itu.
dua aliran yang bathil
di atas tidak perlu diperbincangkan, dan tinggal dua aliran di hadapan kita
yang dijadikan bahan pembicaraan oleh ulama akidah, yaitu aliran atau mazhab
“salaf” dan “khalaf”.
c. Mazhab salaf
para ulama’ salaf
mengatakan : “kami mengimani ayat dan hadis apa adanya dan menyerahkan
penjelasan makna kandungannya kepada allah swt. mereka menetapkan adanya
“tangan”, “mata”, “bersemayam”, “taajub” dan seterusnya, dan masing-masing
dengan makna yang tidak kita ketahui serta kita serahkan cakupan maknanya kepada allah swt. lagi pula rosulullah saw
melarang kita dari yang semikian itu di dalam sabdanya : “berpikirlah kalian
tentang ciptaan allah dan jangan berpikir tentang dzat allah, karena kalian
tidak akan mampu menjangkaunya”.
Al-‘Iraqi mengatakan :
“Abu Na’im meriwayatkan hadis itu dalam kitab “Al-Hilyah” denagn sanadDha’if ;
Al-Ashbahani meriwayatkannya dalam kitab “At-Targhibu wat-Tarhiib” dengan sanad
dha’if; Abu Syaikh juga meriwayatkan hadis tersebut, denagn kesepakatan
diantara mereka, tentang penafian adanya kesamaan antara apa yang ads pada
Allah dan apa yang ada makhluk.
Kami suguhkan
kehadapanmu beberapa pendapat ulama’ salaf :
1). Abul
Qasim al-Lalika-iy dalam kitab “Ushul al-Sunnah” meriwayatkan dari Muhammad bin
al-Hasan, sahabat Abu Hanifah, mengatakan : “Para Fuqaha’ seluruhmya, dari
timur sampai barat sepakat tentang keimanan kepada Al-Qur’an an hadis yang
diriwayatkan oleh para rawi yang terpercaya (“tsiqat”)dari beliau SAW dalam
masalah sifat Allah SWT tanpa penafsiran, penafsiran (memberikan sifat yang
bukan pada sifatnya) dan tasbyih. Siapa saja yang melakukan penafsiran terhadap
sesuatu dari sebagian sifat-Nya berarti ia telah keluar dari jalan yang di
tempuh oleh Rasulullah SAW dan keluar dari Jama’ah : karena jama’ah tersebut
tidak pernah melakukan pensifatan dan penafsiran terhadapnya. Mereka telah
berfatwa dengan apa-apa yang terdapat pada kitabullah dan sunnah Rasulullah
SAW, lalu diam”.
2). Pendapat
Imam Ahmad bin Hanbal yang di jelaskan oleh Al-Khallal dalam kitab “As-Sunnah”
dan yang disebutkan oleh Imam Ahmad di dalam kitabnya “As-Sunnah wal Mihnah”,
beliau berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang hadis-hadis yang meriwayatkan bahwa Sesungguhnya Allah SWT turun kelangit dunia,
Sesungguhnya Allah melihat , Sesungguhnya Allah meletakkan telapak kaki-Nya dan
hadis-hadis lain yang serupa dengannya. Maka Abu Abdullah menjawab : Kita
beriman kepada-Nya dan membenarkannya, tanpa bertanya bagaimana dan apa
maknanya, tanpa menolak sesuatu pun darinya. Kita tahu bahwa apa yang datang
dari Rasulullah SAW tentu hak atau benar, apabila sanadnya shahih : kita tidak
menolak firman-firman Allah dan tidak mensifati-Nya lebih dari apa yang dia
sifatkan untuk diri-Nya sendiri, tanpa batas dan tanpa penghabisan. Tiada
sesuatu pun yang menyamai-Nya”.
3). Pendapat
Imam Malik : Harmalah bin Yahya, saya dengar dari Abdullah bin Wahab, Dia dari
Malik Bin Anas, Beliau berkata: “Barang siapa yang memberi sifat pada dzat
Allah seperti yang digambarkan oleh firman Allah berkatalah orang-orang yahudi,
: Tangan Allah terbelenggu dengan menyilangkan tangannya di leher, dan semisal
firman Allah: Dan Dia maha mendengar lagi maha melihat, Dia (Imam Malik
mengisyaratkan dengan menunjuk mata dan telinga, atau sebagaian kedua tangannya
maka ia jatuh dalam kesalahan, karena menyamakan sifat Allah dengan sifat
dirnya”. Kemudian Imam Malik mengatakan: “tidakkah engkau mendengarkan Al
Barra’ sewaktu bercerita bahwa Rasulullah Saw tidak berkorban dengan empat
korban: dengan menunjukkan tangannya sebagaimana Nabi menunjukkan. Al Barra’ berkata: tanganku lebih pendek dari
tangan Rasulullah Saw. Tampaknya Al Barra’ tidak suka mensifati tangan
Rasulullah Saw sebagai penghormatan kepadanya, padahal ia beliau itu seorang
makhluk, maka bagaimana dengan Al khaliq yang tiada satupum yamg menyamai-Nya”.
4). Pendapat
Al Majisun. Abu Bakar Al Atsram, Abu Amr At-Thalamanky dan Abu Abdillah bin
Bathah dalam kitab-kitab mereka, meriwatkan dari Abdul Aziz bin Abdullah bin
Abu Salamah Al Majisun, dengan kalimat yang panjang, lalu mengakhirinya dengan
mengakatakan: “apa-apa yang Allah sifatkan untuk diri-Nya malalui lisan
Rasulullah, maka kita mensifat-Nya dengan seprti itu. Kita tidak membebani diri
dengan sifat-sifat selainya, bukan ini bukan itu. Kita tidak menolak lafadz
yang dipakai untuk mensifati-Nya dan tidak membebani untuk mengetahui apa-apa
yang tidak dituturkan”.
Ketahuilah,
perlindungan dalam agama adalah kamu jauhi apa yang dilarang untukmu, jangan
melampaui batas sesuatu yang telah dibatasi untukmu : karena yang termasuk
mendirikan agama adalah pengenalan terhadap yang makruf dan mengikari kemungkaran.
Penjelasan apapun tentang sifat Allah yang dibentengi dengan ma’rifat,
memuaskan hati nurani, yang dikutip dari Al Qur’an dan hadist, dan diwarisi
pengetahuanya oleh umat islam, maka janganlah takut menyebut dan mensifati
Allah dengan sifat yang telah ditetapkan untuk diri-Nya dan jangan membebani
diri dengan memberi sifat lain, dengan sifat yang hatimu mengingkarinya, yang
tidak disebutkan di dalam Al Qur’an dan hadist : janganlah kamu membebani diri
untuk mengetahui sifat Allah berdasarkan temuan akalmu dan jangan Kau sifati
Dia dengan lisanmu. Diamlah sebagaimana Allah bersikap diam tentang suatu
masalah.
Apapun yang Rosulullah
SAW sebutkan tentang sifat tuhannya sama dengan apa yang difirmankan Allah
tentang diri-Nya. Orang-orang yang diberi keluasan ilmu pengetahuan adalah
mereka yang berhaenti pada batas ilmu ilmu yang dikuasainnya ; mereka mensifati
Allah dengan apa yang disifatkan Allah untuk diri-Nya ; mereka meninggalkan
apa-apa yang tidak dituturkan-Nya, yang tidak mengingkari apa-apa yang
disebutkan-Nya dan tidak memberi sifat dengan sesuatu yang dijelaskan-Nya,
karena Allah meninggalkan apa yang ditinggalkan-Nya dan menamai apa yang
dinamai-Nya. Allah berfirman :
Artinya :“Barang
siapa yang mengikuti jalan yang bukan jalan orang mukmin, kami biarkan ia
berkuasa terhadap apa yang telah dikuasainya itu, dan kami masukkan ia kedalam
neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisa’ :
115)
D. Mazhab Khalaf
Aku kemukalan kepadamu
bahwa Ulama’ Salaf beriman kepada Ayat-ayat dan Hadis-hadis sifat sebagaimana
adanya dan menyerahkan penjelaskan makna kandungan kepada Allah SWT dengan
keyakinan untuk mensucikan Allah dari kesamaan-Nya dengan makhluk-Nya.
Adapun Ulama’ Khalaf
mengatakan : “Sesungguhnya kami memutuskan bahwa makna-makna lafazh ayat-ayat
dan hadis-hadis sifat ini tidak diterima begitu saja seperti adanya.” Atas
dasar itu, maka lafazh tersebut adalah kiasan (Majasi) yang memungkinkan untuk
ditakwili, mereka lalu mentakwilkan lafazh “wajah” dengan Dzat, Lafazh “Yadd”
(Tangan) dengan kekuasaan dan semisalanya, dengan tujuan menghindarkan dari
“Tasybih” atau penyerupaan. Berikut ini beberapa contoh pendapat Ulama’ kalaf :
1). Abul
Faraj bin Al Jauzy Al Hanbali dalam kitabnya “Daf’u Syabhatit Tasybih” ,
mengatakan : “Allah berfirman : ‘Dan tetaplah wajah Tuahanmu’ (QS. Ar Rahman : 27). Para ahli
tafsir mengatakan : ‘Yakni tetaplah Tuhanmu’ ; mereka juga mengatakan tentang
firman Allah : ‘ Mereka menginginkan Wajah-Nya’ dengan tafsir : ‘Mereka
menginginkan-Nya’. Ad-Dhahhak dan Abu Ubaidah berkata tentang ayat : ‘Segala
sesuatu itu hancur kecuali Wajah-Nya’ (QS Al Qashash : 88) dengan arti :
‘Segala sesuatu hancur kecuali Dia Allah’.
Dalam awal
pembicaraan disebutkan keterangan tambahan tentang penolakan terhadap orang yang
mengatakan bahwa pengambilan makna secara tersurat dalam teks ayat dan hadis
(secara tekstual) merupakan Mazhab Ulama’ salaf. Ringkasannya : “Pengambilan
makna secara tersurat (tekstual) adalah sikap Tajsim dan Tasybih, karena
pengertian tersurat lafazh ayat itulah yang merupakan pengertian dasar yang
dimaksud. Tiada makna hakiki dari kata “Tangan”, kecuali anggota tubuh yang
berupa tangan. Demikian seterusnya.
Adapun Ulama’
Salaf sebenarnya tidak mengambil makna secara tersurat, akan tetapi mereka hanya
mendiamkannya, tanpa komentar sedikitpun.
2). Pendapat
Farikhruddin Ar-Razy dalam bukunya “Asasuttaqdis” : Ketahuilah bahwa nash-nash Al-Qur’an tidak
mungkin dipahami secara tekstual disebabkan beberapa hal :
- Misalnya firman Allah
“Dan supaya kamu di asuh di mata (di bawah pengawasan) –Ku” (QS. Thaha : 39).
Jika dipahami secara tekstual bermakna bahwa Musa berada dan menempel di mata
Allah. Pengertian ini tidak mungkin dipahami dan dikatakan oleh orang yang
berakal sehat.
- Firman Allah dalam QS
Hud : “Dan buatlah bahtera itu dengan banyak mata (pengawasan) dari petunjuk
kami”, mengandung makna bahwa alat untuk menciptakan bahtera itu adalah mata
itu sendiri
- Bahwa penetapan kata
“A’yun” (mata-mata) untuk satu wajah adalah buruk sekali, sehingga perlu
ditakwili, yaitu dengan mencari alternatif makna yang tepat secara hati-hati.
3). Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya’ “ulumuddin” juz 1 berkata dalam kaitannya
dengan penisbatan ilmu zhahir terhadap ilmu bathin dan beberapa pembagian atas
sesuatu yang diakibatkan olehnya, pembahasan takwil dan selain takwil : “Bagian
ketiga, sesuatu yang sekiranya disebut apa adanya akan dapat dipahami dan tidak
mengandung bahaya ; akan tetapi perlu dikiaskan untuk menimbulkan kesan makna
yang lebih nyata dan agar kejadiannya lebih cepat di tangkap dalam hati
pendengar … Misalnya Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya masjid itu mengkerut
karena dahak, sebagaimana mengkerutnya kulit karena api”. Maksudnya bahwa ruh
dan keadaan masjid yang demikian agung terkotori oleh dahak. Kesucian masjid
yang terkotori oleh dahak itu di ibaratkan kulit yang terbakar api, dan kamu
tahu bahwa lantai masjid tetap utuh (tak berkurang atau mengkerut) dengan
adanya dahak itu. Demikian pula Sabda Beliau: “Tidakkah takut orang yang
mengangkat kepalanya sebelum imam, bahwa Allah akan mengubah kepalanya dengan
kepala khimar atau keledai”. Dari sudut bentuk ia tidak berubah sama sekali ;
akan tetapi dari sudut makna, bisa saja hal tersebut terjadi. Karena kepala
keledai di sini bukanlah makna sebenarnya, tetapi maksudnya karakternya, yakni
bodoh, tolol. Jadi, siapa saja yang mengangkat kepalanya sebelum imam, maka
kepalanya seperti kepala keledai, dalam pengertian kebodohan dan ketololan.
Dengan kata lain yang dimaksud di sini adalah maksud yang terkandung makna yang
berbeda dari lafazh secara zhahir tersebut adakalanya dengan argumentasi
rasional atau dengan argumentasi syar’i. Adapun secara rasional adalah bila
pemahaman secara tekstual tidak mungkin dilakukan, misalnya Sabda Rasulullah
SAW : “Hati orang mukmin itu berada diantara dua jari dari jari-jari Allah”.
Karena jika kita periksa hati orang mukmin, maka kita tidak akan menemukan
“Jari Allah” di dalamnya, lalu kita tahu bahwa “Jari Allah” itu ternyata kiasan
dari “Kekuasaan Allah” yang merupakan rahasia dan ruh jari yang tersembunyi.
Dikiaskannya “Jari” dengan “Kekuasaan” itu, karena yang demikian itu adalah
kenyataan atau realitas yang lebih mudah dipahami tentang kesempurnaan
kekuasaan.”
Sampai di
sini jelaslah dihadapanmu dua metode atau jalan Ulama Salaf dan Khalaf. Dua pandangan ini dahulu menjadi bahan
pembahasan dan sumber perselisihan dikalangan Ulama kalam, yang masing-masing
mereka didukung dengan argumentasi. Sebenarnya jika kamu membahasnya, tentu
kamu akan tahu bahwa jarak perbedaan antara dua pandangan itu tidak seberapa
bila masing-masing pihak melepaskan sikapnya kaku dan berlebihan. Sebenarnya
pembahasan ini – kalaupun dibahas secara panjang lebar – tidak pernah sampai
kecuali pada satu kesimpulan, yaitu “Penyerahan” kepada Allah SWT. Inilah yang
akan kami terangkan nanti. Insya Allah.
8. Antara Salaf dan Khalaf
Kamu sudah
tahu bahwa mazhab salaf dalam masalah ayat dan hadis sifat adalah mengikuti
saja apa secara tekstual disebutkan, tanpak disertai takwil dan tafsir.
Sementara mazhab khalaf berusaha mentakwilkannya dengan sesuatu yang tidak
menodai kesucian Allah engan cara menyamakan-Nya dengan makhluk. Kamu juga tahu
bahwa perbedaan pendapat aliran ini sangat keras, sehingga kedua-duanya saling
melontarkan julukan secara fanatik kepada lawannya. Berikut ini penjelasannya
dari berbagai sudut pandang :
1). Kedua
golongan sepakat mensucikan Allah dari penyamaan dengan makhluk-Nya.
2). Keduanya
sepakat bahwa maksud dari lafazh-lafzh nash Al-Qur’an dan hadis dalam hal hak
Allah bukanlah apa yang tersurat pada lahirnya sebagaimana jika hal itu
disandarkan kepada makhluk. Hal itu berakibat pada sikap kesepakatan untuk
menafikan tasybih.
3). Keduanya
tahu bahwa lafazh-lafazh itu diletakkan untuk mengungkapkan apa yang ada di
dalam jiwa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemilik bahasa. Bahwa bahasa
– bagaimanapun luasnya bahasa – tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak
diketahui oleh pemilik bahasa. Hakekat sesuatu yang berkaitan dengan hakekat
Dzat Allah termasuk dalm persoalan ini. Bahasa sangat terbatas untuk
menjelaskan inti hakelat ini dengan lafazh-lafazhnya. Penetapan dalam
pembatasan makna dengan lafazh-lafazh ini membahayakan.
Bila sudah
ditetapkanyang demikian ini, maka antara Salaf dan Khalaf sebenarnya sepakat prinsip
pentakwilan. Perbedaan keduanya terbatas pada bahwa ulama Khalaf menambahkan
pembatasan makna yang terkandung dalam lafazh dengan tujuan untuk menjaga
Aqidah orang awam dari keterjerumusan ke dalam faham tasybih. Perbedaan ini
tidak sampai menyebabkan kegoncangan.
9. Tarjih Mazhab Salaf
Kami yakin
bahwa pendapat ulama’ salaf untuk mendiamkan dan meyerahkan maknanya kepada
Allah adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti, dengan menghindari
Takwil dan Ta’thil (Penafian sifat Allah). Kami juga yakin bahwa Takwil-takwil
ulam’ salaf tidak sampai jatuh ke vonis kafir atau fasiq dan tidak menyebabkan
timbulnya pertikainan yang berlarut-larut, baik dahulu maupun sekarang. “Dada”
Islam lebih lapang dari semuanya ini. Orang yang sangat kuat berpegang kepada
mazhab salaf, yakni imam Ahmad Bin Hanbal pernah kembali kepada Takwil pada
beberapa tempat. Diantaranya adalah pentakwilan beliau terhadap Hadis : “Hajar
Aswat adalah “Tangan kanan” allah dimuka
bumi . Hadis : “Hati seorang mukmin itu berada pada dua jari dari jari-jari
Allah maha pengasih”; dan hadis “sesungguhnya saya mendapatkan Dzat Allah yang
Maha Pengasih dari arah Yaman.”
Saya
menemukan pendapat Imam Nawawi yang dapat mendekatkan jarak perbedaan pendapat
dua golongan yang tidak selayaknya menimbulkan pertengkaran, apalagi golongan
khalaf telah membatasi diri dari dalam pentakwilannya dengan batasan logika dan
syariat, sehingga tidak bertentangan dengan prinsip agama.
Imam Ar-Razy
dalam bukunya “Asasut Taqdis” mengtakan : “Lalu, jika kami membolehkan takwil,
tentu kita akan disibukkan untuk membuat takwil-takwil secara rinci. Jika kita
tidak membolehkan takwil, maka kita serahkan maknanya kepada Allah. Inilah
undang-undang umum sebagai rujukan dalam memahami seluruh ayat-ayat
mutasyabihat”.
Ringkasan
pembahasam ini adalah bahwa golongan salaf dan khalaf sepakat makna yang
dimaksud di dalam ayat mutasyabihat adalah bukan makna yang tersurat (tekstual)
sebagaimana yang dikenal dan disandarakan pada makhluk. Ia adalah pentakwilan
secara global. Mereka juga bersepakat bahwa setiap takwil yang bertentangan
dengan prinsip syariat tidak diperbolehkan. Perbedaan pendapat terbatas pada
pentakwilan lafadz-lafadz dengan sesuatu (makna) yang diperbolehkan di dalam
syariat, dan itu sederhana seperti yang kamu lihat dan merupakan perkara yang
kaum salaf sering merujuk kepadamya. Persoalan terpenting yang harus ditegakkan
oleh kaum muslimin adalah penyatuan barisan dan satu kata semampu yang kita
kerjakan. Cukuplah Allah bagi kita, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung.