Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat kepada orang lain (Al-Hadis)
Rabu, 19 Maret 2014
PYPD - 7. Majaz Aqli (Allegoris Rasional) & penerapannya dalam bahasa Sehari-hari
Prof. DR. Sayyid Muhammad Alawi Abbas Al-Maliki Al-Hasani
Ungkapan Majaz ‘Aqliatau Allegoris Rasional tidak dapat disangkal. Ungkapan tersebut sering
diterapkan dan digunakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis nabawi,
seperti firman Allah swt :
“… dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, makabertambahlah iman mereka” (QS Al-Anfal, [8]
: 2).
“Bertambahnya keimanan” dikaitkan dengan “ayat-ayat
yang dibaca” merupakan ungkapan Majaz ‘Aqli, disebabkan kalimat “ayat-ayat
yang dibaca” tersebut merupakan penyebab “bertambahnya keimanan”
mereka. Padahal yang mampu menambahkan keimanan pada diri seseorang, pada
hakekatnya, hanya Allah swt saja, bukan selain-Nya, termasuk “ayat-ayat
Al-Qur’an yang dibaca” tersebut.
Allah swt berfirman lagi,
يَوْمًا
يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا
”pada hariyang menjadikan anak-anak beruban.” (QS
Al-Muzzammil,[73] : 17).
Menyandaran pernyataan “yang menjadikan anak beruban”
kepada pernyataan “pada hari (kiamat)” merupakan ungkapan Majaz ‘Aqli
(Allegoris Rasional, Kiasan Rasional), disebabkan bahwa pernyataan “pada
hari (kiamat)” adalah waktu terjadinya “anak-anak menjadi beruban”.
Dengan demikian, berubannya anak-anak tersebut adalah disebabkan datangnya hari
kiamat. Padahal yang menjadikan anak-anak menjadi beruban, pada hakekatnya,
adalah Allah swt, bukan sesuatu selain Allah.
“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan
nasr". Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia….” (QS Nuh,[71] : 23-24).
Ayat di atas menyandarkan tersesatnya kebanyakan manusia
disebabkan oleh adanya berhala-berhala. Hal itu merupakan ungkapan Majaz
Aqli atau bahasa kiasan, oleh karena berhala-berhala itulah yang
menyebabkan terjadinya kesesatan manusia. Padahal yang dapat menunjukkan dan
menyesatkan manusia, pada hakekatnya, adalah Allah swt semata, bukan sesuatu
selain-Nya.
Demikian pula hadis-hadis nabawi banyak yang menerapkan
bahasa kiasan atau majaz ‘aqli, akan tetapi tidak perlu disebutkan satu persatu
dalam pembahasan ini. Para ulama berpendapat, bahwa “penyandaran”
sesuatu seperti pemberian hidayah, syafaat, dan sejenisnya,kepada selain Allah swt tersebut adalah
lebih disebabkan oleh karena kaum muslimin yang dituju oleh ayat atau hadis di
atasdianggap sudah memahami betul
kedudukan ungkapan dan bahasa tersebut sebagai penyandaran secara majazi atau
kiasan, dan bukan dalam pengertian yang haqiqi atau sebenarnya. I’tiqad
dan keyakinan mereka yang sebenarnya adalah bahwa Dzat Yang Menciptakan langit
dan bumi, semua makhluk beserta setiap gerak gerik aktifitasnya, pada
hakekatnya, adalah Allah swt. Tiada satu pun benda, ruang, waktu, gerak dan
sebagainya yang tidak diciptakan Allah swt.I’tiqad inilah yang lebih dikenal dengan Tauhid, atau monotheisme
murni. Dengan demikian, setiap keyakinan yang menganggap bahwa sesuatu selain
Allah swt memilikikemampuan dan ikut
serta dalam proses penciptaan semua makhluk beserta atifitasnya, maka dapatlah
dikategorikan sebagai keyakinan syirik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar