Minggu, 26 Mei 2013

MKTS - 7. Hajar Aswad dan Keistimewaannya *)

 _______________________
Oleh Achmad Suchaimi




Hajar Aswad dari dekat


Sejarah Hajar Aswad
Hajar Aswad artinya batu hitam, merupakan batu mulia (yaqut) sejenis batu rubi yang diturunkan dari surga melalui malaikat Jibril. Letaknya di pojok selatan Ka'bah (di sudut Hajar Aswad) pada ketinggian sekitar satu meter dari lantai, dengan panjang 25 cm dan lebar 17 cm.
Warna Hajar Aswad. Dari kejauhan nampak berwarna hitam. Namun jika didekati, warnanya tidak hitam sama sekali, tetapi mirip biru tua kecoklat-coklatan. Menurut riwayat, dulunya batu ini berwarna asli putih, sebagaimana yang disabdakan Nabi, "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga. Warnanya lebih putih dari susu. Dosa-dosa anak keturunan Adamlah yang menyebabkan warnanya berubah menjadi hitam". (HR Tirmidzi, - Status hadis Hasan Shahih).
Dari informasi hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Hajar Aswad sudah ada sejak sebelum zaman Nabi Adam, bersamaan waktunya dengan pembangunan Ka'bah pertama kali oleh para malaikat. Dengan demikian, ibadah haji dalam bentuknya yang sederhana sudah ada sejak masa itu.
Pasca banjir besar di zaman Nabi Nuh, Hajar Aswad pernah terkubur pasir selama ratusan tahun bersamaan dengan hancurnya bangunan Ka'bah, dan ditemukan kembali secara ajaib oleh Nabi Ismail sewaktu ia berusaha mencari batu tambahan untuk meninggikan Ka'bah. Batu ini yang nampaknya dicari-cari Nabi Ibrahim. Saking gembiranya, batu ini beliau ciumi berkali-kali dan sebelum dipasang di pojok Ka'bah, batu ini beliau bopong bersama putranya sambil thawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali
Dulunya Hajar Aswad merupakan seonggok batu saja. Namun sekarang batu ini berkeping-keping menjadi 8 gugusan batu kecil sebesar batu kerikil, yang terbesar seukuran buah korma, karena pernah pecah pada saat batu ini dicuri dan dicabut dari tempatnya oleh gerombolan Qaramithah, salah satu aliran kebatinan dari sekte Syi'ah Isma'iliyah yang mendiami wilayah sekitar Teluk Persia pada tahun 319 H dan dikembalikan lagi pada tahun 339 H atas usaha khalifah Abbasiyah, Al-Muthi' Lillah.
 Kedelapan gugusan batu tersebut ditanam di batu besar lain yang dikelilingi dan diikat dengan perak. Kedelapan gugusan batu itulah yang sunnah dicium dan dipegang, bukannya batu di sekelilingnya atau perak yang mengikatnya 

Keistimewaan Hajar Aswad.
1). Hajar Aswad sejenis batu yaqut berasal dari surga. Hadis shahih riwayat Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr bin ash, bahwa Nabi bersabda: "Rukun (Hajar Aswad) dan Maqom (batu pijakan Nabi Ibrahim) berasal dari bebatuan yaqut surga yang dihilangkan cahayanya oleh Allah. Kalau tidak, kedua batu itu mampu menyinari bumi dari barat sampai timur".
8 gugusan batu sebesar kerikil itulah yang sunnah dicium
2). Hajar Aswad pernah diboponng Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dibawa thowaf mengeliling Ka'bah setelah batu ini ditemukan kembali.
3). Hajar Aswad dibawa dan diletakkan Rosululloh di tempat semula dengan tangannya sendiri, ketika Ka'bah dibangun oleh kaum Quraisy.
4). Rosululloh mengusap dan menciumnya, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para Nabi sebelumnya, sehingga Hajar Aswad menjadi tempat bertemunya bibir dan tangan (salaman) para Nabi, kaum sholihin, jamaah haji dan mu'tamirin sepanjang sejarah.
5). Hajar Aswad merupakan tempat mustajabah, tempat dikabulkannya doa.
6). Hajar Aswad dijadikan sebagai tempat permulaan (start) dan berakhirnya (finish) thawaf.
Peta Hajar Aswad di sudut Ka'bah
7). Di hari kiamat nanti, Hajar Aswad menjadi saksi atas orang yang mencium dan menyalaminya dengan ihlas dan benar. Nabi bersabda, "Demi Alloh, Dia akan membangkitkannya (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Dengan kedua matanya ia akan melihat dan dengan lidahnya ia akan memberikan kesaksiannya terhadap siapa saja yang pernah menyalaminya dengan kebenaran". (HR Tirmidzi).
8). Menyalami (menyentuh / mencium) Hajar Aswad sama artinya dengan bersalaman dengan Alloh. Nabi besabda, "Hajar Aswad merupakan tangan kanan Alloh di bumi, yang dengannya para makhluk bersalaman"
9). Menyalami, menyentuh dan mencium Hajar Aswad merupakan bentuk itba' (mengikuti jejak) sunnah Rosululloh, bukan wujud pengkultusan atau penyembahan pada batu. Ketika hendak menciumnya, Umar bin Khatthab bilang kepadanya, "Aku tahu, bahwa engkau sekedar batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan tidak pula memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rosululloh menciummu, sekali-kali aku tidak akan menciummu". (HR Bukhari).
Berebut Mencium Hajar Aswad





____________________________________________________
*) Sumber tulisan diambil dari buku berjudul "Mengenal Kawasan Tanah Suci Makkah &  Madinah", tulisan Achmad Suchaimi (Surabaya : Athena Sejahtera, cet. 2 - 2010)

Tidak ada komentar: